Bellatrix

13.6K 1.6K 92
                                    

(*) Bellatrix adalah bintang tercerah ketiga dirasi Orion dan bintang paling cerah kedua puluh tujuh dilangit malam. Bintang ini berada pada jarak 243 tahun cahaya dari Bumi dan merupakan bintang kelas B2III. Bintang ini bermagnitudo 1.64.

Angin pagi ini begitu menyegarkan, menyapa hati dua sejoli yang basah akibat perang air baru saja. Denyut rasa menggema sampai ke telinga mereka sendiri. Nyata segala keinginan itu bersatu padu.

Sesaat senyuman itu mengembang. Lalu hilang dalam sekejap mata, Diingat lagi siapa mereka saat ini. Tubuh Bintang merosot di balik pintu kamar mandi.

Dingin ditubuhnya kini menjadi gigil yang menguar kembali nyeri dalam hati.

"Kita terlalu naif bisa melewati semua ini, Tapi nyatanya selalu seperti ini."

Bintang langsung membersihkan dirinya. Mengguyur badannya kembali dengan air pagi ini. Dia harus pergi dari sini.

Saat dia sedang membereskan pakaian, Handponenya berdering tanda ada panggilan masuk.

"Pak Rio? Iyaa. Jadi sudah di Indonesia? Kenapa baru bilang." Ujar Bintang.

"Baik, Nanti aku akan menemuimu. Sampai bertemu nanti." Sambung Bintang lagi lalu menutup telponnya.

Baru dia keluar dari pintu kamar yang dia tempati. Surya sudah menunggunya.

"Sarapan dahulu sebelum pulang."

Bintang pun mengiyakan tanpa penolakan. Dimeja makan sudah terhidang menu sarapan yang menggiurkan. Senja belum nampak di sana.

"Bi, Coba panggilkan Senja untuk sarapan." Perintah Surya.

Pembantu rumah besar ini pun mematuhi lalu naik ke lantai atas untuk memanggil tuannya. Dikamarnya Senja sedang termenung sendiri. Mengeja hatinya sendiri.

Pintu kamarnya diketuk dan Pembantu memberitahukan perintah tuannya. Senja menghela.

"Iya. Saya akan turun." Ujarnya.

Senja turun dengan langkah lunglai. Dia merasa segala kebahagiaan yang bersarang dihatinya hanya semu. Walaupun semua itu tepat berada di hadapannya.

Dia melihat Bintang yang duduk dimeja makan. Mengobrol dengan papanya. Dia pun menghampiri dengan senyuman palsu barunya yang selalu bertengger diwajahnya.

"Pagi semuaa. Senang melihat adik dan Papa mengobrol seru dipagi hari."

Surya mencoba tersenyum seolah dia pun senang. Bintang, tidak. Dia malah murung mendengar penuturan itu.

"Kenapa kok Bintang murung? Apa omongan kakak salah?" Tanya Senja.

Bintang menggeleng.

"Pa, Kita pun harus mencarikan dia suami. Suami yang baik. Kalau perlu kita menikah dihari yang sama saja." Ujar Senja lagi.

"Keputusan yang bagus. Apa Bintang sudah mempunyai calon sendiri?" Tanya Surya.

"Belum Pak, Senja saja yang duluan menikah. Bintang masih banyak hal yang harus dipikirkan."

"Apa yang kamu pikirkan? Jelas-jelas semua tentang kita tidak akan pernah jadi kenyataan." Ujar Senja tanpa diduga.

Senja sedang semerawut saat tadi mendapati telpon dari Jingga yang menangis.

"Hatimu dan janjimu selalu menyakitiku Senja. Apa yang kamu harapkan lagi dari Bintang, Hah? Cintamu itu pun tak lebih dari cinta yang tak pantas dimata tuhan."

"Apa yang kurang dariku? Memang ada perempuan yang mau menerima seorang lelaki yang hatinya milik adiknya sendiri. Pikirkanlah. Kita sebentar lagi akan menikah."

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang