5. Sepasang Pematah Hati

85 11 3
                                    

"Udah! Lo gak usah manja! Gue tau lo cuma pura-pura! Sekarang terserah, lo mau tetep di sini atau ke kelas, gue mau ke kelas! Gue udah ketinggalan pelajaran gara-gara ulah kekanak-kanakkan lo!" Setelah sekian lama, akhirnya Raden kembali memarahi Nayu, marah dalam artian yang benar-benar marah pada gadis itu.

Terakhir kali Raden memarahi Nayu, akibat ulah Nayu yang terlibat perkelahian dengan cewek yang Raden tak tahu siapa. Nayu yang susah diatur membuat Raden harus sabar menghadapinya.

Mendengar kalimat sarkasme yang dilontarkan Raden, bukannya membuat Nayu merasa bersalah, cewek itu malah turun dari brankar, dan berdiri di hadapan Raden, dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo bilang gue kekanak-kanakkan?!" Nayu sedikit meninggikan suaranya.

"Nayu jaga ucapan lo, lo itu perempuan gak usah teriak-teriak!"

"Lo yang buat gue marah pengen teriak Raden! Lo jadi cowok gak ada romantis-romantisnya! Masa gue harus pura-pura sakit dulu, supaya dapat perhatian lo?! Sebenarnya lo anggap gue pacar lo, gak sih?!"

"Ya udah kalau lo mau cari yang romantis, gak usah pacaran sama gue!" Putus Raden emosi, dan pergi dari sana meninggalkan Nayu.

***

"Den, lo kenal sama cewek pembuat onar itu?" Ken bertanya di sela-sela kegiatannya menyalin catatan yang tertulis di papan.

"Siapa?" Tanya Raden yang fokus melihat ke depan papan dan kemudian beralih pada buku tulisnya.

"Nayu, siapa lagi?!"

"Urusannya sama lo apaan?!" Raden bertanya balik tak berniat menjawab pertanyaan Ken, temannya.

"Yah, gak ada sih, tapi kalau lo bener ada hubungan sama tu cewek, alhamdulillah deh. Berarti lo masih normal," Raden mengernyitkan keningnya mendengar penuturan Ken yang terdengar aneh.

"Maksud lo apa?" Raden melepas pulpen yang dipegangnya dan menatap Ken dengan raut wajah penuh tanda tanya.

"Yah, lo normal. Habis semua cewek lo tolak, Den. Bahkan lo dengan teganya nolak Nessa?! Gila sih, cewek secantik dan sebaik itu lo sia-siain,"

Raden terdiam mendengar kalimat yang terlontar dari mulut temannya itu. Setelag kurang lebih satu menit, Raden berhasil mengingat siapa yang dimaksud oleh Ken.

"Lo tau darimana?! Jangan-jangan lo yang kasih nomor gue ke tu cewek?! Ngaku lo!"

"Hehe, yah habisnya dia pengen banget dapet nomor lo. Dan lo dengan teganya ngebalas chat dia buat gak usah gangguin lo lagi!"

"Gue gak mau kasih orang harapan," ujar Raden yang kembali menulis catatannya.

"Yah, seenggaknya lo gak usah ngegas juga, Raden! Kan hati anak orang retak gegara lo!" Ken berujar kesal melihat Raden. Bayangkan saja, dari sekian banyaknya cewek yang mendekati temannya itu, pasti ujung-ujungnya di tolak, bahkan belum sehari ingin di dekati, Raden sudah membuat hati anak gadis orang retak.

"Mending retak di awal daripada di akhir!" Sarkas Raden yang membuat Ken menghela napas pasrah, mungkin dugaannya bahwa Raden tak normal itu benar, mungkin.

***

Nayu berjalan menyusuri koridor sekolah dengan Rani, temannya.

"Nay, kayaknya Bara suka deh sama lo, gue gak nyangka Nay ternyata ada juga yang suka sama cewek bar-bar kayak lo," Rani berujar antusias di sela-sela jalannya.

"Yang suka sama gue banyak, Rani. Tapi gue-nya yang gak suka sama mereka! Lo-nya aja yang gak tau!"

"Idih, jijik gue dengernya," ejek Rani.

"Lo gak percaya? Ya udah! Emang gue pikirin! Wlehh," ketus Nayu, tak lupa menjulurkan lidahnya mengejek Rani.

"Emang!" Jawab Rani tak kalah ketus. "Ngomong-ngomong lo sama si anak bela diri itu, kenapa tadi pagi?"

"Emang gue kenapa?"

"Lo di gendong dia ke UKS!"

"Terus?! Lo mau juga gitu?! Awas aja, kalau lo sampe punya pikiran kayak gitu!"

"Yah, enggak juga. Kan gue nanya anjir!"

"Udah, lo gak usah kebanyakan nanya! Sana itu jemputan lo udah ada," ujar Nayu kala ia dan Rani sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Gue duluan yah, Nay!" Teriak Rani masuk ke dalam mobilnya.

Dan jadilah Nayu, sendirian. Cewek itu hendak melangkah menuju halte, sebelum ada yang menghentikan langkahnya.

"Hai," Nayu berbalik dan mendapati cowokyang asing baginya.

"Iya?"

"Lo Nayura Kansya, yah?" Tanyanya.

"Kenapa? Emang kita kenal?"

"Nama gue, Dimas," cowok bernama Dimas itu mengulurkan tangannya di depan Nayu, yang tak kunjung di balas oleh Nayu.

"Gue gak nanya nama lo siapa! Gue nanya emang kita kenal? Lo gak tau bahasa indonesia, yah?!" Ketus Nayu, membuat Dimas menarik kembali uluran tangannya.

"Gue, suka sama lo,"

"Hah?!"

"Nayu," sebuah motor berhenti tepat di samping Nayu. "Naik," ujar pengendara motor yang ternyata adalah Raden.

Nayu melihat sekilas ke arah Raden. Sebelum netranya kembali melihat ke arah cowok bernama Dimas itu. "Gue gak suka sama lo. Jadi berhenti suka sama gue, kalau lo gak mau sakit hati. Karna gue udah suka sama orang lain," ujar Nayu menatap serius ke arah Dimas, dan sesekali melirik ke arah Raden.

Tbc

RADENAYUWhere stories live. Discover now