46. It's Alright

4.2K 741 1.2K
                                    

Kadang kala seseorang memutuskan untuk menjauh bukan berarti ia menyerah, bukan berarti ia kalah, bukan berarti ia lelah.

Kadang kala mengalah itu lebih terhormat dari pada menang dengan cara yang salah.

Tolong diingat! Mengalah. Bukan menyerah.

Ada juga sesuatu yang sulit diterima..

Sesuatu yang sulit diterima itu ketika semua yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba harus berubah.

Dan sesuatu yang lebih sulit lagi itu adalah ketika kau harus memilih sebuah pilihan antara melepaskan atau tetap bertahan.

Yang mana yang akan kau pilih?

Melepaskan hati yang sudah ditanam ditempat terdalam?

Itu tidak mudah.

Bertahan disaat yang lain tidak menginginkan?

Oww, itu lebih parah.

Kegundahan muncul, dilema membuat hati resah.

Apa yang harus dipilihnya? Melepaskan atau bertahan?

Suatu kebohongan besar jika Jisoo masih berkata i'm Jisoo, i'm okay.

**

Seulgi membuka perlahan pintu kamar rawat Rose. Dia mendorong masuk kursi roda Irene dengan pelan.

Tidak ada Jisoo, hanya Rose yang terbaring lemah dengan selang infus yang tertancap ditangan kirinya dan selang oksigen yang menyumpal mulutnya. Namun bunyi percikan air didalam kamar mandi meyakinkan Seulgi dan Irene jika Jisoo ada didalam sana.

Tak lama setelah mereka duduk, pintu kamar mandi terbuka dan benar saja dugaan mereka.

Jisoo keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tersampir dibahunya.

"Eoh? Ada kalian.. Sudah lama?" Tanya nya yang ikut duduk di sofa yang sama dengan Seulgi. Jisoo tersenyum kecil pada Irene.

"Aniyo, kami baru saja tiba." Jawab Irene yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Tatapan nya beralih menatap Rose. "Memang nya Rose sudah boleh keluar dari ruang ICU?"

Tatapan Jisoo pun berpindah pada Rose yang masih memejamkan matanya dengan damai. "Tadi pagi-pagi sekali Dokter memeriksa keadaan Jennie dan Chaeyoungie, dia bilang mereka sudah boleh pindah kamar, jadi disinilah aku dan Chaeyoung sekarang."

Seulgi hendak membuka mulutnya untuk berbicara namun suara ketukan pintu menahannya.

Mereka menoleh secara bersamaan dan mendapati Wendy dan Joy yang masuk dengan membawa bingkisan buah ditangan Joy serta 2 kantung plastik ditangan Wendy.

"Annyeong.." Ucap Joy dan Wendy. Lalu mereka duduk disofa lain yang berbeda dengan Jisoo dan Seulgi. "Jisoo maaf aku tidak bisa membantu mu apa-apa.. Beberapa hari ini aku benar-benar disibukan dengan pemotretan." Ucap kekasih Wendy itu dengan penuh penyesalan.

Jisoo tersenyum kecil kearah Joy. "Gwenchana Joyie, bantuan Wendy saja sudah lebih dari cukup. Ngomong-ngomong, aku belum mengucapkan terima kasih sekaligus maaf pada Wendy."

"Untuk apa sih Ji?" Saut Wendy cepat setelah mendengar keinginan Jisoo. "Tidak perlu lah. Lagi pula sudah seharusnya sebagai sahabatmu aku ikut menolong mu."

"Gomawo Wen.. Aku begitu beruntung memiliki sahabat seperti kalian." Jisoo beralih menatap Irene. "Irene-ah.. Atas nama Chaeyoungie, aku meminta maaf yang sebesar-besarnya padamu.."

"Aniyo, aku sama sekali tidak menyalahkan Rose atas kejadian ini. Aku mengerti dan aku memahaminya, gwenchana, sekarang yang terpenting kita sama-sama berdoa untuk kesembuhan Jennie dan Rose."

Double J (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang