DIARY RISA - 19

825 72 4
                                    

Aku tidak tahu mana yang harus kupercaya. Diantara kedua wanita ini, hidupku bergantung pada satu orang, yaitu kamu.

Rival Arhamandovi

-----

"Siapa yang nge-foto ini?" Gandra menggeram kesal sambil memegang foto yang menjadi biang masalah antara Risa dan orang-orang.

Sementara Risa menyeka air matanya dan merebut paksa foto itu dari Gandra. Dia merobeknya menjadi kepingan kecil dan membuangnya marah.

Risa tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Seakan setan sedang memasuki dirinya dan dia sangat ingin berteriak. Risa benar-benar terpukul.

"Ris, lo... Nggak apa-apa?" Gandra menyentuh bahu Risa, tapi gadis itu langsung menepis tangan Gandra.

"Kenapa lo juga nggak pergi, kalo memang lo percaya sama apa yang ada di foto itu?" Risa menyeka air matanya dengan kasar.

Gandra tersenyum samar. "Karena gue tahu kalau yang sebenarnya nggak kayak gitu. Gue tahu meskipun lo memang melakukannya, lo punya alasan sendiri."

Risa berdiri dan mengapit kerah baju Gandra hingga laki-laki itu berdiri.

"Jangan sok tahu semua tentang gue. Dan stop buat mencoba melindungi gue dari orang-orang. Gue nggak butuh!"

Gandra mencoba menenangkan Risa yang perlahan mengurangi eratan di kerah bajunya.

"Lo lagi marah, lo nggak sedang berpikir jernih. Sebaiknya lo tenangin dulu diri lo, setelah itu kita ngomong."

"Nggak perlu. Lo seharusnya lebih percaya sama mereka daripada sama gue."

Risa melepaskan tangannya dari kerah baju Gandra. Gadis itu meneteskan air mata tanpa ekspresi. Dia hanya memandang wajah Gandra, seolah sudah tidak ada lagi harapan baginya untuk bertahan.

Gandra menyeka air mata Risa, lalu dia tersenyum sambil memegang pipi Risa.

"Lo nggak usah khawatir, gue nggak akan percaya apapun sebelum lo yang jelasin semuanya."

Risa menyerah pada dirinya sendiri. Gandra memang terlalu baik untuknya, bahkan disaat seperti ini. Gandra yang masih bisa percaya padanya sekarang. Meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, atau kedepannya.

Risa menunduk serta terisak. Baru kali ini dia benar-benar merasa putus asa setelah berkali-kali bangkit dan tegak. Apa kali ini dia akan menyerah? Apa kali ini dia benar-benar menyerah? Apa ini sifat Risa sesungguhnya?

Tangan Gandra menarik bahu Risa mendekat padanya. Lalu dengan benar memeluk gadis itu dan membiarkan Risa menangis di dadanya. Hanya itu yang bisa dia lakukan, jika bisa marah pun, dia tak berdaya.

"Nangis aja, nggak apa-apa kok,"

Entah kenapa Risa terisak semakin keras. Tangannya mengepal kuat dibawah sana. Sementara Gandra mengusap punggung Risa dengan lembut.

"Gue marah sama diri gue sendiri. Kenapa masalah nggak pernah pergi dari hidup gue!!" Risa terisak. Sekarang hatinya sangat rapuh.

"Tuhan punya cara sendiri untuk bikin umatnya tabah.."

Risa menggeleng. "Apa gue salah bilang Tuhan nggak adil?"

"Tuhan maha Adil, Ris. Lo seharusnya bersyukur karena dengan adanya masalah ini, lo jadi bisa belajar, bahwa untuk hidup lo harus punya seribu cara untuk bisa menyelesaikan masalah itu."

"Bukan Tuhan yang memberikan masalah yang berat pada umatnya, tapi manusia yang mempersulit." Lanjut Gandra.

Risa menyeka air matanya dan menatap Gandra. "Kenapa sih lo selalu mencoba menenangkan gue? Padahal..."

Tiba-tiba saja Gandra mundur karena serangan seseorang hingga dia duduk di brench. Risa menutup mulutnya dengan tangan sesaat sebelum akhirnya dia tahu siapa yang barusan meninju Gandra.

"Woy, lo mau ngapain?"

Risa mengeram kesal. Sesegera mungkin Risa menjadi tameng untuk Gandra agar seseorang itu berhenti memukul Gandra.

"RIVAL STOP!!!"

Rival berhenti ditempat dengan tangan yang mengudara itu terkepal.

"Minggir, Ris!" Perintah Rival.

Risa menggeleng dan keukeh berada ditempat yang sama. Malah dia mendorong Rival menjauh dari mereka.

"Pergi lo!!"

"Lo," Rival menunjuk Risa. "Balik sama gue!"

Risa menggeleng cepat. "Gue bisa pulang sendiri, nggak perlu bantuan manusia paling SUCI kayak lo!!! "

Rival terdiam tapi tangannya langsung mencengkram pergelangan tangan Risa.

"Gue maksa!! Sekarang lo ikut gue pulang!"

"Jam sekolah belum selesai, gue nggak mau pulang!!"

"Sebentar lagi pulang, gue mau lo ikut gue,"

Risa melepaskan tangannya dengan kasar dan seketika menampar wajah Rival sangat keras membuat laki-laki itu berhenti bicara.

"Lo lupa posisi kita itu kayak apa? Lo lupa kalau lo berada dipihak yang benar sementara gue berada di pihak yang salah? Lo lupa sama siapa lo percaya? Lo lupa?"

"Makanya gue mau lo pulang bareng gue, lo harus jelaskan biar gue nggak salah paham."

Risa menggeleng. "Val, gue pernah berharap bakal balik lagi sama lo. Dan ternyata harapan itu hanya sekedar harap, bukan realita yang menjadi akan menjadi kenyataan. Val, gue terlanjur kecewa sama lo. Lo nggak tahu apa-apa tentang gue ternyata, sampai lo lebih percaya omongan orang daripada gue." Risa membantu Gandea berdiri. "Selamat atas kemenangan yang udah lo dapatkan."

Risa pergi bersama Gandra menjauh dari Rival. Sementara pria itu teelihat kaget dengan perlakuan Risa dan dia tidak berkutik.

"Apa gue salah?" tanya nya dalam hati.

***

Vote and comment nya jangan lupa yah

Saranghae 💞💞💞

DIARY RISA [COMPLETED✅] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang