DIARY RISA - 21

900 68 5
                                    

Seharusnya lo ga perlu bangunin rasa yang pernah ada diantara kita!

Alexandrine Parisa

-DIARY RISA-

Hanya sebentar. Risa berkata pada dirinya didalam hati setelah kabur diam-diam dari kamar Rival. Sudah hampir memasuki waktu subuh, Risa mendadak terbangun saat tangan Rival menyentuh pipinya. Bukan karena Rival mencuri pandang dengan Risa diam-diam, tapi karena anak itu mengigau Risa adalah Salsa.

Hufft! Ingin rasanya Risa menonjok wajah Rival dengan tangannya, lalu dengan kejam dia menekan wajah Rival dengan bantal dan membiarkannya kehabisan oksigen, itu lebih baik untuk mengobati lukanya tentang foto-foto itu, dan kepercayaan Rival.

Dia ingin membalas apa yang sudah dilakukan Ibu angkatnya itu. Semua orang yang mengenalnya dengan baik malah menjauhinya karena permasalahan itu, mereka pasti mengira Risa adalah wanita malam. Tapi apalah yang bisa Risa lakukan, sementara hatinya bergeming dan menangis tidak bisa melakukan apa-apa.

Ponselnya berdering, Risa mengusap wajahnya setelah selesai mengambil wudhu. Notifikasi dari Gandra, Risa membuka pesannya.

Gandra
Ris, nanti gue jemput ya.

Gandra
Tunggu gue, jangan cabut sebelum gue jemput.

Gandra
Dah

Risa hanya tersenyum. Dengan anggukan kecil Risa membalas pesan tersebut.

To : Gandra
Iya,

Send

Setidaknya Risa tidak terlalu sendirian. Dia punya Gandra dan Devi yang selalu mempercayainya dan menemaninya. Risa buru-buru berjalan ke luar dan masuk kekamar nya. Menunaikan sholat subuhnya sebelum dia pergi mandi dan bersekolah.

*

Risa merapihkan rambutnya dengan ikat rambut berwarna cokelat. Sudah rapi dan setidaknya dia tidak terlihat menor didepan orang-orang. Risa mencoba tersenyum, namun rasanya sangat ganjil.

Risa menggandeng tasnya dan keluar dari kamar. Tiba-tiba saja Risa menabrak sesuatu hingga harus membuatnya terjungkang ke belakang, dia memegang kepalanya yang sakit.

"Astaga," umpatnya. Risa menatap tubuh Rival yang diam menatapnya tanpa ada rasa untuk membantunya berdiri. Dengan begitu Risa akhirnya bangun sendiri.

"Udah siap, yuk berangkat," ucap Rival ketus membuat Risa sangat jengkel pagi itu. Dia menghiraukan Rival lalu berjalan melewati pria itu menuju dapur. Dia melihat Kanaya sudah siap dengan setelan putihnya dan menata meja makan dengan sarapan pagi.

"Pagi, tante," sapa Risa lembut, Kanaya tersenyum lalu mencium pipi Risa.

"Pagi, Ris. Nih sarapan dulu ya sebelum pergi," kata Kanaya dan menyodorkan sepiring roti dengan selai kacang kesukaan Risa, "Rival, ayo makan dulu."

Risa menghiraukan Kanaya yang memanggil Rival. Hingga Rival akhirnya duduk disebelah Risa dan memakan sarapannya pagi itu.

"Oh iya, mama dapat dinas keluar kota, papa juga sibuk ngurus dikantor polisi dan mungkin gak akan pulang dalam waktu dekat. Kalian bisa kan jaga diri?"

Risa mengangguk pelan, "Bisa, tan. Tenang aja,"

Ancaman!

"Rival, jangan macam-macam sama Risa ya," Kanaya memperingatkan puteranya itu sambil terkekeh, "Kalian lagi berantem ya?"

DIARY RISA [COMPLETED✅] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang