DIARY RISA - 34

548 44 15
                                    

Karena kebahagiaan itu mulanya dari rasa, hati, dan kita

Alexandrine Parisa

-DIARY RISA-

Risa terdiam.

"Lo bahagia kan, Ris?"

Beberapa menit Risa masih diam, tidak berkutik untuk menjawab pertanyaan Rival.

"Ris?" Rival jadi sedikit takut. Jarang seorang Rival merasakan takut hanya karena seorang gadis.

"Kasih gue jawaban bahwa lo adalah orang yang tepat untuk gue selipkan cincin ini."

Risa menghela napas membuat Rival tidak mengerti, heran. Apa selama ini Risa tidak bahagia selama bersama dengannya? Maksudnya setelah bereka memutuskan untuk putus.

Setelah lama Risa hanya diam. Menampilkan wajah datar sementara tangan Rival masih menggenggamnya. Namun perlahan genggaman itu melonggar.

"Jangan dilepas!" kata Risa, tangan Rival kembali mengerat. Lalu tangan Risa menimpa tangan Rival dan akhirnya gadis itu tersenyum.

Ketakutan Rival perlahan menghilang ketika melihat gadis itu memasang senyumnya. Dia gadis tercantik yang bisa membuat perasaannya naik turun.

"Lo mau gue bilang apa?" tanya Risa kemudian.

Rival terkekeh, "Gue mau lo bilang kalau lo bahagia saat bersama gue, dan lo nyaman selalu ada disamping gue. Maksud gue, setelah kita putus."

Risa menatap Rival hampir beberapa menit lalu menatap cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Val..." kata Risa. Rival tidak sabar mendengar jawaban gadis itu, "buat gue, bahagia maknanya cuma satu."

"Cuma satu?"

Risa mengangguk, "Kita."

Rival mulai melebarkan senyumnya. Menimpa tangan Risa yang menimpa tangan dirinya.

"Kita?"

"Buat cincin ini, gue mau bilang makasih sama lo. Udah jadikan gue orang yang lo percaya buat milikin cincin ini. Dan sampai detik ini, gue nggak percaya kalau kita bisa duduk kayak gini lagi, saling tatap, becanda,"
Mata Risa terasa berair. Ingin rasanya Risa memeluk Rival namun dia tahu situasi dan kondisi sedang tidak memungkinkan. Dan Risa menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Kalau ini mimpi gue berharap gue nggak akan bangun."

Mendengarnya hati Rival sesak. Mengingat kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama, namun Rival ingkari janji yang pernah mengantar mereka pada gerbang kasih sayang. Membuat hati gadis itu terluka, tapi Risa masih mampu bertahan. Bertahan untuk sekedar memeganginya. Memeluknya ketika dia sedang rapuh.

"Lo nggak lagi mimpi," kata Rival pelan.

Risa hanya bisa tersenyum sambil merasakan hangat tangan Rival, hangat senyumnya dan semua perkataannya. Meskipun Risa tahu jika suatu saat semuanya kembali seperti semula. Tersakiti sudah hal yang biasa yang akan Risa jalani untuk hari-hari kedepan.

"Kalau seandainya gue mimpi?" tanya Risa.

"Jangan bangun deh. Biar kita kayak gini terus..."

Risa terkekeh, lalu mereka melanjutkan makan yang belum selesai.

Tiba-tiba, Risa teringat tentang Lessa yang diceritakan Gandra. Sesaat dia ingin bertanya tentang Lessa pada Rival. Tapi apakah nama gadis itu seketika akan membuat mood Rival berubah? Dia tidak ingin melihat Rival marah seperti saat foto pelukan itu tersebar.

DIARY RISA [COMPLETED✅] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang