Epilog III

2.5K 167 9
                                    


Happy Reading!!!!

Sasuke masih setia menatap wajah polos istrinya yang masih tidur. Ia membelai wajah itu pelan takut membangunkan bidadari nya. Inilah yang menjadi impiannya sejak bertemu wanita musim semi ini pertama kali. Ia terkekeh pelan saat mengingat masa lalunya saat masih di high school. Sakura itu polos, lugu, ramah, sederhana, dan yang paling mencolok darinya itu adalah sifat galaknya yang tak pandang bulu. Meskipun ia tahu Sakura nya itu gadis yang kuat, tapi tetap saja dia itu perempuan. Ia bahkan kaget dulu dibentak untuk pertama kali olehnya, membuatnya tujuh hari tujuh malam merenung. Bagaimana bisa ada makhluk bergender wanita yang berani membentaknya sementara yang lain malah memujanya tanpa henti.

Sasuke menggeleng tanpa menghilangkan senyum tipis yang entah sejak kapan sudah bertengger di wajahnya. Ia menatap wanitanya yang mulai membuka mata, menampakkan iris hijau yang menenangkan. Senyumnya makin lebar saat wajah cantik itu mulai tersenyum ke arahnya.

"Pagi Papa Suke!" Sapa Sakura dengan suara serak khas bangun tidur, matanya setengah terbuka berusaha mengumpulkan kesadaran. Ia makin menyamankan diri di dada bidang suaminya.

Sasuke tertawa mendengar panggilan sayang dari wanitanya baru-baru ini.

"Pagi Mama Saku!"

Kenapa baru-baru ini? Itu karena Sakura nya tengah mengandung anak pertama mereka yang kini sudah memasuki bulan ke sembilan. Mendekati kelahiran dan tentu saja membuatnya selalu dihantui rasa khawatir yang berlebih. Melihat istrinya yang tersiksa saat menghadapi morning sickness nya saja sudah menyulapnya menjadi zombie karena terlalu memikirkan kesehatan anak dan istrinya. Meskipun sudah berulangkali diberitahu kalau itu hal wajar untuk ibu hamil, tetap saja dimatanya istrinya itu sedang kesakitan.

Tentunya berita kehamilan istrinya menjadi kabar gembira sekaligus buruk untuknya saat pertama kali mendengar. Karena, di satu sisi ia senang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Tapi, disisi lain ia juga harus menahan hasratnya untuk tak menghabisi wanita kesayangannya di atas ranjang tiap malam. Untung saja ia bisa mulai mengendalikan diri sekarang.

"Bangun Mama pemalas, kau tidak merindukan matahari setelah ditinggal semalaman?" Ucap Sasuke sambil mengecup kepala merah muda itu.

Sakura tertawa pelan mendengar ucapan suaminya. Ia mendongak menatap manik kelam itu, "aa, aku lebih merindukan pelukan suamiku," ujarnya sambil tersenyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.

Sasuke tercengang dengan tingkah istrinya, "kau makin berani ya sekarang," ia menyatukan dahi mereka membuat nafas mereka saling berbenturan, "aku makin gemas padamu." Sasuke langsung menghujani wajah Sakura dengan kecupan membuat Sakura terkikik dan berusaha menjauhkan diri.

"Aw, berhenti monster mesum. Hahaha, sudah!" Sakura makin menggeliat saat tangan Sasuke dengan jahil menggelitik perut buncitnya. Tak mengindahkan, Sasuke dengan semangat menjahili istrinya hingga tawa keduanya memenuhi ruangan. "Kasihan anakku," Sasuke refleks berhenti dan berganti memandang Sakura khawatir. Sakura tersenyum lembut, "ia mungkin terombang-ambing di dalam sana karena Papanya jahil."

Sasuke tersenyum, mengecup kening Sakura dan beralih menatap gumpalan yang tertutup selimut. "Pagi sayang, maafkan Papa ya," ia membelai penuh sayang makhluk mungil yang hidup di perut istrinya. "Papa dan Mama menantikan mu." Ia mengecup perut Sakura beberapa saat sebelum mengusapnya kembali dengan senyum terpatri di wajahnya.

Sakura tersenyum haru melihat suaminya yang penuh perhatian dan kasih sayang pada keduanya. Ia sungguh beruntung memiliki Sasuke yang melengkapi hidupnya. Orang yang begitu memanjakannya, membelai rambutnya saat akan tidur, menghiburnya, menjadi sandarannya, dan tentu saja mampu menuruti ngidamnya yang aneh-aneh tanpa mengeluh.



My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang