1. Pregnant

13.5K 781 22
                                    

Ketika Ten melihat pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, ia mendesahkan napas panjang. Pukul tiga sore, dan ia masih melihat temannya, Kim Doyoung, sibuk kesana kemari mengawasi kegiatan kampus yang sedang berlangsung sejak pagi.

"Kau belum makan siang." Pada akhirnya, Ten menghampiri Doyoung, menepuk pundaknya dan memberitahu. "Istirahat dulu saja dan ambil makan siangmu."

Temannya berbalik untuk saling bertatapan mata. "Tanggung, Ten. Aku tidak ingin meninggalkan mereka sampai acaranya selesai."

"Sampai kapan? Tengah malam? Astaga, Kim Doyoung... mereka bukan anak kecil lagi yang harus diawasi setiap waktu. Kau hanya harus mengontrolnya dan memastikan acara kita berjalan sesuai rencana. Tidak dengan mengabaikan waktumu untuk istirahat."

"Tapi, Ten..."

"Aku tahu, kau ketua dari fakultas kita untuk kegiatan ini. Tapi mengertilah, kau butuh untuk mengisi perutmu. Tidak akan memakan waktu lama, dan kau bisa kembali lagi mengawasi acara kita."

Kali ini, Doyoung yang menghela napas. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling, melihat dengan seksama teman satu fakultasnya yang sedang melakukan tugas mereka masing-masing.

"Kau ingin aku mengadu pada Jaehyun, huh?"

Doyoung kembali menatap sepasang mata cantik milik temannya dengan terburu. Kedua matanya membesar, tidak menyetujui opsi yang di suarakan si pemuda Thailand. "Kenapa membawa-bawa Jaehyun?"

"Karena hanya dia yang bisa membujukmu untuk makan, Kim." Ten bersungut tidak mau kalah. "Kau harus ingat, sekarang kau sedang―"

"Hyung."

Belum sempat Ten menyelesaikan perkataannya, sebuah suara lain terdengar memanggil dari arah lain. Membuat keduanya mengalihkan pandangan dan mendapati Jaehyun melangkah mendekat dengan sebuah paper bag di tangannya.

"Jae..."

"Makan siangmu," Pemuda Jung itu mengulurkan apa yang di bawanya pada Doyoung. "Aku tahu pasti akan seperti ini. Kau sibuk sampai melupakan makan siangmu."

Mendengar itu, Ten tersenyum puas sementara Doyoung hanya membuang napas merasa kesal. Tapi tetap saja, ia menerima paper bag dari tangan Jaehyun.

"Aku sudah mengingatkannya sejak jam makan siang tapi dia tetap di tempatnya dan sibuk mengawasi acara." Ten mulai mengadu, membuat Doyoung membulatkan kedua mata kelinci itu kearahnya.

Jaehyun mengangguk kecil. "Aku sudah menduganya. Terimakasih, Ten hyung..." Setidaknya Jaehyun harus mengatakan itu karena pemuda Thailand itu sudah berbaik hati mau mengingatkan Doyoung yang keras kepala.

"Aku hanya merasa belum lapar―"

"Tetap saja kau tidak bisa mengabaikannya dan membiarkan perutmu kosong." Jaehyun berkata dengan sedikit meninggikan suaranya. "Kau berjanji padaku untuk tidak terlalu lelah dan tidak melupakan makan. Tahu begini, aku tidak akan mengijinkanmu ikut acara ini dan meminta Ten hyung saja yang menjadi ketua untuk fakultasmu."

Doyoung merengut. "Oke, aku kalah."

Yang bermarga Jung itu tersenyum lembut, mendekatkan wajah untuk meraih pelipis Doyoung dan menyematkan satu ciuman singkat disana. "Baguslah. Sekarang makan dulu dan istirahatlah sebentar. Kau tidak sendiri disini, masih ada banyak orang di fakultasmu yang bersedia untuk membantu. Jangan terlalu lelah, ya..."

Setelah mendapat anggukan manis dari Doyoung, Jaehyun mengambil langkah meninggalkannya, ia juga masih memiliki pekerjaan untuk acara kampus di fakultasnya―omong-omong.

"Dengar apa yang di katakannya? Sekarang, pergilah ke kantin fakultas dan makan yang banyak." Ten menggerakkan kedua tangannya untuk mendorong punggung lebar temannya dengan main-main. "Aku akan memastikan semua berjalan dengan baik sampai kau kembali."

litcas23's Story ArchiveWhere stories live. Discover now