7. Perfectly Perfect (Sequel Bag. 2)

3.5K 331 3
                                    

Doyoung benar-benar membuatkan sup rumput laut setelah ia selesai mandi. Dan Jaehyun hampir menghabiskannya sekali makan. Jaehyun bilang, "Sup rumput laut buatanmu yang terbaik. Sama seperti masakan eomma saat aku ulang tahun."

Sang istri hanya tersenyum mendengarnya. Senang rasanya bisa membuat suamimu menyukai masakanmu; Doyoung merasa semakin tersempurnakan oleh Jaehyun.

Jam dua tiga puluh. Mereka sedang berada di ruang tengah. Jaehyun menonton tv, sementara Doyoung disampingnya sedang memompa payudaranya yang terasa penuh sejak Jeno dibawa pergi oleh keluarga dari suaminya.

"Penuh sekali, ya?" Jaehyun mengalihkan tatapannya pada sang istri yang terlihat meringis samar karena pompa yang sedang dia gunakan.

Doyoung mengangguk. "Aku tidak menyusui Jeno sejak pagi. Saking penuhnya sampai keras dan sakit begini." Sesekali wanita itu menggigit bibir―rasanya sedikit perih ketika alat pompa ASI itu bekerja. "Lihat saja, botol seratus duapuluh mili itu hampir penuh." Doyoung menunjuk botol dot milik Jeno yang hampir terisi penuh oleh air susunya.

"Jagoan kita pasti ingin minum ASI-nya..." Jaehyun refleks bergumam seperti itu. "Anak-anak apa kabar, ya?"

Doyoung melihat suaminya itu meraih ponselnya yang ada diatas meja lalu menghubungi seseorang. Tidak lama, Jaehyun nampak berbincang dengan seseorang di seberang teleponnya. Dari cara bicaranya, Doyoung tahu kalau orang yang dihubungi oleh Jaehyun itu adalah Minhyung, adiknya.

Doyoung tidak terlalu mendengarkan apa yang sedang Jaehyun bicarakan dengan Minhyung. Ia sibuk berbenah menyudahi acara memompa ASI-nya. Wanita itu menyelipkan sebuah kain tipis di bra-nya, mencegah bra-nya tiba-tiba basah jika payudaranya penuh lagi nanti. Setelah merapikan bra dan pakaiannya, ia membawa peralatan pompanya ke dapur, dan menyimpan botol yang berisi ASI itu ke dalam lemari pendingin.

Saat Doyoung kembali ke ruang tengah, ia melihat Jaehyun sudah menyudahi panggilannya. "Minhyung?"

"Hm-hm. Dia bilang anak-anak baik. Mereka sedang dalam perjalanan kemari."

"Aku penasaran kemana appa dan eomma membawa anak-anak bermain." Doyoung bergumam, sambil pandangannya yang lurus pada tv yang sedang menyiarkan acara berita.

"Eomma pergi dengan Jeno ke rumah temannya yang ada di dekat kawasan Lotte sementara Minhyung dan appa membawa Herin bermain di sana."

"Jadi mereka terpisah?"

Jaehyun mengangguk. "Minhyung bilang begitu tadi."

"Astaga~ aku jadi merepotkan kalau begitu."

Suaminya itu tersenyum lalu membawa Doyoung pada dekapannya. "Mana mungkin seperti itu? Mereka sendiri yang membawa anak-anak untuk bermain. Mungkin memang mereka berniat pergi ke Lotte, tapi karena Jeno masih terlalu kecil jadinya eomma mengunjungi temannya yang ada di daerah sana saja."

Selanjutnya, mereka berdua hanya berbincang santai mengenai beberapa hal sambil menunggu anak-anak datang diantar oleh kakek, nenek, dan juga pamannya.

.

.

.

Herin menguap. Kedua tangan mungilnya memeluk sebuah boneka beruang besar dan lalu mendongak untuk menatap ayahnya yang sedang memangkunya. "Appa~ nanti bonekanya simpan di mobil, ya?"

"Hng? Wae?" Jaehyun menanggapi. Tangannya mengusap rambut halus yang tumbuh di sekitar pelipis tuan putrinya―menyadari jika putri kecilnya itu tengah menahan kantuk.

"Glandpa belangkat minggu depan dengan glandma dan uncle. Helin pasti lindu nanti..." Dekapannya pada boneka beruang berwarna kuning pemberian Yunho itu mengerat. Seolah tidak siap jika kakek, nenek, beserta pamannya akan pergi lagi.

litcas23's Story ArchiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang