chapter 18

2K 359 20
                                    

Tidak ada teriakan untuk memanggil pengawal. Felix hanya diam di tempatnya, ia menatap lurus-lurus kepada Jisung yang masih menunggu reaksi dari wanita itu.

"Kenapa? Mengapa kau rela melakukannya?" kata Felix pelan.

"Kau tidak terkejut?" Jisung malah balik bertanya.

Felix memberikan senyum kecil, "Tentu, aku sangat terkejut. Tapi—ah, entahlah. Aku bahkan tidak bisa memfokuskan diriku saat ini. Aku—"

Bibir Felix mulai mengeriting. Sontak saja Jisung mendekati teralis penjara gadis itu dan menatap penuh kasihan.

"Felix-ah..." lirihnya. Ia mencoba menggapai lengan Felix, tetapi pintu depan ruang penjara terbuka, seorang pengawal memberitahu Jisung bahwa jam jenguknya sudah berakhir. Jisung meringis, ia tidak bisa meninggalkan Felix. Tetapi pengawal itu mulai menariknya keluar dengan paksa.

Jisung tidak bisa lagi protes. Ketika ia keluar dari sana, matanya membesar tiba-tiba ketika melihat kerumunan massa di depannya. Kerumunan itu terdiri dari pengawal dan dayang-dayang yang memakai hanbok hitam, tidak ada yang memasang wajah sedih maupun muram. Mereka justru lebih... antusias? Astaga, di mana perasaan keprimanusiaan mereka?

Jisung berjalan dengan cepat. Matanya mencari seseorang di tengah kerumunan orang itu. Tidak ada! Hyunjin tidak duduk di singgasananya! Di sana hanya ada kedua orang tuanya. Raja Hwang Minhyun tampak serius berbicara dengan salah seorang penasihat kerajaan, sedangkan Raju Suzy menatap kosong di depannya, terlihat sedang terbebani. Ternyata, masih ada satu orang yang peduli dengan keadaan ini.

"Tuan Puteri Jimim?" Jisung menoleh ke belakang, bodyguard-nya Mark yang memanggilnya. Lelaki itu tampak gusar, mungkin ia baru menyadari kalau salah satu pemimpinnya akan dihukum. 

Ah, ada satu orang lagi yang peduli akan kejadian ini.

"Sebelah sini. Anda harus berkumpul bersama peserta yang lain." Jisung menatap marah pada lelaki itu.

"Mengapa kau diam saja saat pemimpinmu—bukan, temanmu Seo Changbin dihukum?"

Mark menundukkan kepalanya sebentar, "Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya tidak bisa melakukan apapun."

Rasanya Jisung ingin menumpahkan segala sumpah serapah yang sudah ia tahan daritadi. "Aku berani sumpah ingin menghancurkan negara ini kalau mereka terus-menerus melakukan sistem ketidakadilan seperti ini."

Ketika ia berdiri di samping gadis-gadis Seleksi, beberapa dari mereka masih bisa terkikik senang seolah-olah ini bukanlah kejadiaan yang besar. Apa mereka saking senangnya kalau jumlah saingan mereka berkurang?

Mata Jisung tidak sengaja bertemu dengan tatapan Ratu Suzy. Beliau hanya memberikan senyum kecil, jari-jarinya meremas hanbok hitamnya. Wanita itu pasti sedang dilanda keraguan.

Tiba-tiba gerbang Istana Gyeongbok terbuka, sontak saja kerumunan lain yang lebih banyak menyeruak masuk ke dalam istana. Kerumunan itu berasal dari penduduk sekitar yang diperbolehkan melihat hukuman ini. Beberapa pengawal menggiring peserta untuk duduk di deretan kursi khusus untuk mereka.

Ini seharusnya bukan sebuah pertujukan! Untuk apa sebuah penyiksaan dipertunjukkan?!

Baiklah, tidak akan masalah kalau kerumunan ini saja yang menonton penyiksaan itu, tetapi lihatlah kamera-kamera yang sudah siap merekam kejadian penyiksaan itu. Mereka akan menampilkan acara ini ke seantero negeri. Salah! Ini semua salah!

Sampai saat itu juga, Jisung belum melihat Hyunjin. Di mana lelaki itu berada di saat sahabatnya membutuhkan bantuannya? Apa ia melarikan diri? Apa Hyunjin begitu lebih peduli pada negerinya dibandingkan sahabatnya sendiri?

THE SELECTION (hyunsung ver) || ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora