chapter 21

2K 333 32
                                    

Jisung memaksa tubuhnya untuk berbalik dan berusaha bersikap sopan.

"Ya, Minho-ssi? Ada apa?"

Lelaki itu masih saja belum menyerah pada Jisung. Seingat Jisung, ia sudah menolak lelaki itu untuk keberapa kalinya dan terakhir kalinya ia lakukan adalah satu minggu yang lalu saat pesta dansa. Ia kira, Minho akan berhenti mengejarnya, tetapi lihatlah sekarang. Minho masih saja menggunakan mulut manisnya kepada Jisung.

"Aku merindukanmu," ujarnya. Simpel, tetapi sempat membuat Jisung merinding dan salah tingkah.

Jisung berdehem. "Um, terima kasih. Ada apa kau datang ke sini?"

"Kau tidak merindukanku?" tanyanya dengan suara penuh manja.

Jisung memutar bola matanya. "Uh, ya. Terserah. Kubilang ada apa kau memanggilku? Aku harus cepat-cepat menuju ruang belajar, Minho—Uh, Minho Oppa." Jisung mengingatkan dirinya sendiri untuk memanggil lelaki itu dengan embel-embel tadi. Tetapi Jisung menyesalinya, lihat saja betapa mengerikannya seringai yang dipasang Minho. Yang semakin mengerikannya bahwa senyum itu ditujukan padanya.

"Aku suka panggilan itu," gumamnya sendiri. "Ah, aku datang ke sini hanya untuk berpamitan."

"Pamit? Kau ingin pulang ke Incheon? Mengapa mesti pamit segala kepadaku?"

Minho tersenyum sambil mendekat kepada Jisung. "Aku hampir setiap hari pulang ke Incheon, Han Jimin. Tetapi kali ini aku berpamitan untuk meninggalkan negara ini."

Rasa penasaran menggelitik Jisung, "Kau mau ke mana?"

"Negara sebelah. Ada tugas yang harus kulaksanakan di sana bersama Pangeran Hwang Hyunjin."

Jisung tersentak mendengarnya. "Pangeran juga ikut?"

Minho mengangguk, "Ya, ia tidak berpamitan padamu seperti yang kulakukan?"

Jisung terpaksa menggeleng, ia tidak mau mengakuinya di hadapan Minho. Ia merasa terluka karenanya. "Tidak, sepertinya ia terlalu sibuk untuk mengucapkan "selamat tinggal sementara" padaku."

"Ya, sepertinya begitu. Kalau tidak salah, tadi aku melihatnya sedang berpamitan dengan salah satu peserta Seleksi. Oh, mungkin lebih cocok dikatakan sedang berkencan daripada berpamitan."

Jisung tidak suka cara Minho memanasi dirinya. Tetapi, mau tidak mau ia terpancing oleh kata-kata itu kemudian cemburu. 

Lelaki itu pergi ke tempat berbahaya yang mana negara itu bisa saja membahayakan nyawanya. Bukannya berpamitan kepada kekasih nyatanya, Hyunjin justru terlalu sibuk dengan wanita-wanita yang ia berikan harapan palsu itu.

"Mengapa kau tidak menemuinya sendiri?"

Ia tahu kalau Minho berusaha menunjukkan sifat buruk Hyunjin padanya. Jisung berusaha tenang dan menjauhkan pikiran negatifnya. Sudah cukup Yiren membuatnya kesal hari ini, jangan sampai kata-kata Minho selanjutnya bisa membuat Jisung panas dan memukul wajah tampan kedua lelaki itu. Ya, baik itu Minho yang memanasinya maupun Hyunjin yang memiliki kesalahan itu.

"Tidak perlu, ia pasti berpamitan pada setiap peserta Seleksi. Lagipula, tidak akan susah berpamitan pada gadis yang tersisa enam orang saja, bukan?"

Minho nampaknya tidak menyukai ketika Jisung yang ternyata menahan emosinya agar tidak meledak. Tetapi, ia sudah cukup puas melihat Jisung yang marah pada sang Pangeran. Itu artinya, ia kembali menang.

"Kapan kalian berangkat?" tanya Jisung.

Minho mengecek jam tangannya, "Dalam waktu tiga jam lagi. Setelah makan siang."

THE SELECTION (hyunsung ver) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang