Ajakan

222 35 40
                                    

Aku berdiri tegak di depan pagar sekolah yang sangat tinggi sambil merasakan angin yang menerpa rambutku hingga poniku terangkat.

"Mulai besok aku akan bersekolah di sini." Pikirku.

Bangunan tinggi dengan gaya Eropa berada di depanku. Salah satu sekolah menengah atas terkenal di negaraku.

"Alfaro High School." Ucapku yang tanpa sadar berjalan mendekati pagar sekolah.

Suara angin mengiringi langkah kakiku yang masih berjalan mendekati pagar sekolah. Tangan kiriku terangkat untuk meraih pagar besi itu.

"Hari ini sekolah libur, kan." Mendadak seseorang menepuk pundakku.

"Waah!" Teriakku lalu dengan cepat berbalik.

Perempuan dengan rambut hitam bergelombang panjang menatapku dengan wajah yang sama kagetnya denganku. Syal merah yang dipakainya melambai tertiup angin. Warna syalnya sama dengan warna rambutku, aku menyukainya.

"Si-siapa?" tanyaku.

'Harusnya aku yang bertanya," ucapnya lalu tertawa kecil.

Perempuan itu memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung sepatuku dan aku hanya terdiam. Jujur saja itu membuatku tidak nyaman, apalagi matanya yang mengeluarkan air mata darah.

"Eh?"

Sepertinya aku mulai menghayal. Sejenak kupikir aku melihat darah keluar dari matanya. Itu pasti efek salah tingkah karena dia terus memperhatikanku.

"Kau siswa baru, ya?" tanyanya, "aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Mulai besok aku bersekolah disini." Jawabku.

"Mau kuajak berkeliling di dalam? Siapa namamu?"

Perempuan itu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Saking dekatnya kurasa wajahku memerah, kuharap dia tidak menyadarinya.

"Felix Trasmoz." Kataku lalu berjalan mundur hingga punggungku menyentuh pagar sekolah.

Selain ibuku, aku belum pernah melihat wajah perempuan sedekat itu. Aku bahkan belum pernah punya pacar. Perempuan itu, entah dia sedang menggodaku atau memang kebiasaannya.

"Kau laki-laki, kan?" pertanyaan yang tidak terduga keluar dari mulutnya.

"Sudah jelaskan?! Bagian mana yang menurutmu terlihat seperti perempuan?!" Bentakku yang merasa tersinggung.

"Soalnya mukamu merah sampai telinga."

"Itu gara-gara kau, kan!"

Perempuan itu tertawa hingga membuatku semakin tersipu malu. Tidak ada yang salah dengan situasi saat itu. Hanya saja, aku merasakan sesuatu yang lain. Rasanya seperti ada seseorang yang memperhatikanku dari kejauhan. Tapi saat aku melihat sekeliling, aku tidak menemukan siapapun. Saat itu hanya ada aku dan perempuan yang masih tertawa di depanku.

"Aku Neva, siswa kelas 3 di sekolah ini." Katanya setelah puas menertawaiku.

Neva mengajakku berkeliling di dalam sekolah. Tidak ada siapapun di dalamnya. Tentu saja karena hari ini masih libur, besok semester pertama akan dimulai.

Aku menyimak setiap penjelasan Neva yang menunjuk satu per satu tempat yang kami lewati. Mulai dari taman yang sangat luas dengan bangku dan meja batu yang berjajar di ujung taman. Lalu ada lapangan basket dan volley yang berdekatan. Di sebelah lapangan olahraga, ada bangunan sekolah yang dipenuhi ruang kelas untuk para siswa belajar. Dari kejauhan terlihat menara jam tinggi.

"Menara jam itu perpustakaan lama, letaknya jauh jadi banyak siswa yang memilih datang ke perpustakaan yang bersebelahan dengan cafetaria." Kata Neva menunjuk ke arah bangunan yang tidak jauh dari bangunan kelas.

Unexpected Occult Club [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang