Serpihan Petunjuk

154 25 7
                                    


Daniel terbangun di sebuah ruangan yang penuh barang-barang aneh. Tempat tidur nyaman membuatnya tidak ingin bangkit. Daniel memegangi kepalanya dan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

"Semalam terjadi hal yang mengerikan." Gumam Danial yang akhirnya mengingat kejadian semalam.

Daniel bangkit dan berjalan perlahan keluar dari ruangan. Tidak ada seorangpun saat itu, hanya ada Daniel yang sedang memperhatikan seisi ruangan. Ada meja bundar yang dikelilingi beberapa kursi, dan ada secangkir coklat yang masih panas diatasnya.

"Ini untukku." Pikirnya setelah membaca secarik kertas yang dijepit di bawah cangkir.

Daniel meminum coklat itu dan berhenti sejenak sambil memperhatikan coklatnya. Daniel merasa pernah meminum coklat itu sebelumnya. Coklat panas yang dipadukan dengan marshmallow dan sprinkle mengingatkannya pada seseorang yang dikenalnya beberapa tahun lalu.

"Kau sudah bangun rupanya, sudah merasa baikan?" Felix barusaja tiba.

"Iya, hmm, di mana ini?" tanya Daniel.

"Occult Club, bagaimana menurutmu?" Felix menjawabnya dengan bertanya.

"Aneh."

Felix duduk di kursi sebelah Daniel. Felix hanya tersenyum pada Daniel lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya.

"Jadi, yang semalam itu apa?" tanya Daniel.

"Semalam? Semalam kenapa?" Felix memandang Daniel dengan wajah heran.

"Semalam kau, aku dan Pierre seperti dikelilingi hantu." Daniel sedikit berbisik.

"Hantu? Kau bicara apa? Mimpi buruk, ya?"

Buru-buru Daniel membuka seragamnya dan memastikan tanda di tubuhnya. Tanda itu sudah tidak ada, semuanya terjadi memang seolah seperti mimpi buruk.

"Jangan buka baju di sini," protes Felix, "kemarin kau tidak bangun-bangun setelah bilang akan beristirahat. Aku membawamu ke ruang kesehatan, tapi kau tidak sadarkan diri sampai malam. Karena tidak enak meninggalkanmu di ruang kesehatan sendirian, jadi aku membawamu kesini. Kak Dominic yang menjagamu semalaman." Lanjut Felix.

Daniel terdiam, mencoba memikirkan yang terjadi padanya. Apa semua itu memang hanya mimpi? Atau Felix berbohong? Berbagai pertanyaan dia telan dan mempercayai yang dikatakan Felix.

"Coklat ini kau yang buat?" Daniel mengangkat cangkir yang dipegangnya.

"Bukan, itu Kak Aru yang buat. Dia selalu bawa kue-kue dan minuman ke ruang klub. Enak, kan." Kata Felix lalu membaca bukunya.

"Kak Aru?"

"Yang itu, berambut pirang. Dia kelas dua."

Daniel berbalik dan melihat foto yang di tunjuk Felix. Daniel tercengang. Keheningan berlangsung beberapa menit hingga Daniel ingin kembali ke kamarnya.

"Sebentar lagi jam ketiga akan dimulai, ayo ke kelas. Aku sudah bawa buku pelajaranmu." Ajak Felix.

"Terima kasih," ucap Daniel, "sampaikan juga pada Kak Aru, coklat buatannya enak." Lanjutnya.

"Oke."

Setelah Daniel dan Felix kembali ke kelas mereka, Aru muncul dari dalam dapur. Aru memperhatikan cangkir coklat untuk Daniel. Tidak ada yang tersisa, kertas yang bertuliskan nama Daniel masih terjepit di bawah cangkirnya.

"Kau sudah tahu kebenarannya, apa kau akan memberitahu Felix dan Pierre?" tanya Aru yang masih memperhatikan cangkir coklatnya.

Sore hari tiba, menara jam menunjukkan pukul 3 tepat. Felix berjalan keluar dari kelasnya, di luar Neva sudah menunggunya. Neva menarik tangan Felix dan mengajaknya keluar sekolah.

Unexpected Occult Club [LENGKAP]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora