Akhir Dari Masalah

160 26 13
                                    

Neva mengejar Aru yang sudah masuk ke dalam menara. Buku-buku beterbangan di mana-mana dan sebagian mengelilingi Felix dan Kepala Sekolah di atap menara. Kepala Sekolah memegang pisau dan terus menyuruh Aru untuk tidak mendekat.

"Aru, kau tidak perlu membunuhnya. Walaupun Kepala Sekolah tidak meninggalkan kalian saat itu, keadaan tidak akan berubah. Kalian akan tetap tergigit dan berubah menjadi seperti sekarang. Membunuhnya tidak akan mengubah apapun, malah semuanya akan menjadi lebih buruk," ucap Felix yang berdiri di depan Kepala Sekolah.

"Kau benar, aku tidak perlu membunuhnya," Aru mulai menangis, "tapi aku sudah membunuh yang lainnya, perasaan ini tidak bisa berhenti dan semakin menjadi-jadi. Kalau saja aku tidak menyuruhnya melepas segel itu, semuanya tidak akan jadi seperti ini, kan! Felix, apa yang sebaiknya kulakukan?" Lanjut Aru sambil tetap melangkah mendekati Felix dan Kepala Sekolah.

"Aku yang akan menolong Kepala Sekolah. Kau tenangkan dirimu dulu."

"Felix, aku juga ingin diselamatkan." Tangis Aru lalu menurunkan semua buku yang diterbangkannya.

Aru berjalan menuju ujung menara, Felix mencoba menghentikan Aru tapi mendorongnya menjauh. Aru melompat dari atap menara, tapi Neva muncul dan menarik lengan Aru. Dengan sekuat tenaga, Neva menarik Aru kembali ke atas.

"Ayo cari jalan lain." Neva berusaha meyakinkan Aru.

"Tidak ada jalan lain," kata Aru, "kau, aku dan Dominic suatu hari nanti akan jadi lebih tidak terkendali. Hanya Felix yang belum berubah, dan seterusnya dia tidak akan berubah." Lanjutnya.

"Apa maksudmu?"

"Menara ini punya cerita tentang pengabul permohonan, kan. Tapi sebagai bayarannya, jiwa seseorang harus diambil. Kalau begitu, aku berharap Felix tidak akan berubah menjadi penyihir sampai kapanpun. Sebagai gantinya, kuberikan nyawaku."

Aru terjatuh di pelukan Neva. Neva hanya terdiam sambil memeluk temannya yang sudah tidak bernafas lagi. Menara jam berdentang dengan keras menandakan sudah tengah malam.

Neva membaringkan Aru. Wajah Aru terlihat putih pucat, tapi masih terasa hangat. Neva berbalik dan menemukan Dominic sudah berada di sebelahnya, matanya membelalak melihat Aru yang sudah tidak akan berbicara lagi. Perasaan emosinya berubah menjadi rasa sakit yang sangat dalam. Tangan Dominic yang telah kembali seperti semula, meraih pipi Aru.

Felix mendekati Neva dan Dominic, membuat mereka menjauh dan bersandar pada pagar batu di ujung menara.

"Kalian sebaiknya pergi, aku yang akan mengurus sisanya." Kata Felix.

"Yah, kau benar. Di sini bukan tempat kami lagi," ucap Neva lalu menepuk pundak Dominic.

Dominic membalasnya dengan senyum suram. Felix melepaskan syal merah yang dipakainya lalu memakaikannya pada Neva.

"Itu tanda terima kasihku karena selama ini sudah membiarkanku bergabung dengan kalian." Kata Felix masih memasangkan syalnya di leher Neva.

Kepala Sekolah mendekat, Neva dan Dominic meminta maaf. Kepala Sekolah hanya diam, Neva dan Dominic tidak memperdulikannya.

"Aku ingat sekarang, aku sudah ingat semuanya," kata Felix dari masa depan, "kepala sekolah yang-," sesuatu terjadi sebelum Felix menyelesaikan kalimatnya.

Kepala Sekolah menyayat syal merah dan mengenai leher Neva dengan pisau yang di pegangnya. Darah mengalir deras keluar dari leher Neva dan tidak lama dia akhirnya tewas karena kekurangan darah. Felix dan Dominic membatu melihatnya.

"Felix, menjauh darinya." Kepala Sekolah memerintah Felix.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku?" Dominic mengancam.

Unexpected Occult Club [LENGKAP]Where stories live. Discover now