Pertemuan Singkat

23 9 7
                                    

Bandung. Kota yang paling aku cintai. Karena disinilah aku merasakan pahit manisnya kehidupan. Mengalami yang namanya seleksi alam.

Suasananya selalu menjadi candu bagiku. Dan aku sangat senang berjelajah sendiri, mengitari indahnya kota kembang.

Seperti sekarang ini, aku sedang ingin memotret suasana bandung di jalan Asia Afrika. Dengan bermodalkan EOS 60D. Apalagi ini malam minggu, sudah dipastikan akan ada para cosplayer.

Aku sangat senang kesana kemari bersama kamera pemberian kakakku ini. Aku mengambil gambar mulai dari deretan costum anime sampai para hantu.

Jangan tanya aku bersama siapa. Karena aku akan selalu pergi sendirian. Aku lebih senang seperti ini.

Setelah cukup lama berkeliling. Kakiku pegal juga, hingga memutuskan untuk duduk. Tapi, tanganku tak berhenti memotret objek yang tak pernah membosankan di Tempat ini.

Aku mengecek galeri, untuk mengetahui berapa objek hari ini yang aku ambil gambar. Semuanya nampak sama. Sama-sama istimewa. Tapi ada satu gambar yang paling menarik perhatianku.

Sebuah gambar yang terdapat sosok laki-laki mengenakan kemeja abu-abu yang digulung sampai sikut, celana hitam, dan sneakers hitam yang menggendong ransel hitam dipunggungnya. Dia sedang memerhatikan mural.

Aku merasa penasaran. Aku coba zoom. Ya ... Meski tak terlalu jelas wajahnya, tapi laki-laki itu sangat menarik perhatianku. Ah masa iya aku menyukainya.

Aku coba lihat ke Tempat dimana ia berdiri. Namun, sayang dia terlanjur melenggang pergi menggunakan motor maticnya.

****

Besoknya...
Disore hari setelah hujan. Suasana yang paling aku suka ketika tak bisa bersapa ria dengan senja.
Aku duduk disebuah kursi Taman menikmati aroma petrikor yang menguar, sambil membaca cerita yang tersaji di wattpad.

Aku ingin menghabiskan waktuku sampai malam nanti disini saja. Seperti biasa sehabis mengunjungi ayahku, aku tak pernah langsung pulang. Mana mungkin aku pulang dengan mata bengkak. Aku tak ingin membuat ibuku semakin sedih.

Tiga tahun yang lalu, ayahku pergi karena sakit yang bersarang ditubuhnya tak dapat disembuhkan. Itulah kehilangan terbesar dalam hidupku. Aku sempat tak memiliki lengkung senyum.

Setiap hari Jumat aku selalu menaburkan bunga untukknya. Bercerita tentang apa saja yang aku lalui tiap minggunya. Sedikit gila memang. Tapi hal itu bisa membuat rasa rinduku sedikit terobati. Aku bisa mengeluarkan apa yang dalam isi hatiku untuknya. Karena aku yakin bukan hanya ayahku yang mendengarnya. tapi, semesta juga.

Ketika aku tengah menatap satu persatu foto yang kuambil kemarin. Aku teringat kembali ayahku. Dulu, Ayahku seorang fotografer. Tak terasa air mataku kembali jatuh.

Saat aku mencoba menghapus air mataku. Tiba-tiba ada suara yang tak kukenali. Seseorang duduk begitu saja disampingku.

"Pantas saja hujan kali ini tak ada pelangi," Begitu katanya. Aku heran. Pada siapa dia berbicara.

Aku hanya menoleh tak ada niatan untuk menjawabnya.

"kenapa menangis? Kamu gak sayang sama air matanya? Gak baik loh kalo terus-terusan dikeluarin. Bandung sudah cukup macet. Kamu mau bikin Bandung tambah macet dengan banjirnya air matamu itu?"

Aku hanya menunduk. Lagi pula aku tak mengenali siapa dia. Namun, aku rasa aku mengenali sneakers itu. Sama persis seperti yang laki-laki itu pakai difoto kemarin. Padahal mungkin saja itu sneakers yang sama tapi orang yang berbeda. Di Bandung bukan hanya dia yang memilikinya.

Aku memberanikan diri menatapnya. Lama sekali kita bertatapan. Mengapa aku selancang ini? Bahkan dulu aku belum pernah menatap laki-laki sedalam ini. Tapi, dia pun tak mengelak dia sama dalamnya dengan sorot netraku.

"Kalingga," sambil mengulurkan tangan kanannya dihadapanku.

"maksudnya?"

"namaku Kalingga. Namamu?"

"kenalan? Bilang ke! Ayu," Jawabku sembari menyambut tangannya untuk berjabat. Tunggu. Kenapa aku dengan mudah menerima perkenalannya? Ah sudahlah.

"cantik."

Aku hanya mengerutkan dahiku dan menggembungkan kedua pipiku. Terlihat dia tertawa sedikit ditahan.

"udah berapa lama nangisnya? Matamu sudah seperti biji alpukat saja. Hehe"

Apa katanya 'biji alpukat' rese. Baru kenal juga.

"pipinya gak takut pecah? Dikembungin gitu?"

"ih apaan sih? Terserah Ayu dong!"

"kamu suka kopi?"

"enggak. Kopi bikin asam lambung Ayu naik."

"mau nemenin saya ngopi gak?"

" mmmm ... Asal ada wifinya Ayu mau aja deh."

Apa-apaan aku ini? Mengapa mau saja menemaninya ngopi. Tapi, disisi lain aku juga sangat membutuhkan wifi. Kuotaku habis tadi malam. Semua gara-gara kakakku yang menyebalkan. Meminta hotspot seenaknya.


===============

Akhirnya Kalian bertemu Kalingga juga.
Jangan lupa votemen zeyenk. 😘
See you next part.


Winter Triangle [hiatus]Onde histórias criam vida. Descubra agora