| t h i r t e e n

1.1K 150 30
                                    

"Lebih baik hari ini?"

"Hm." Mina mengangguk pelan. Dirinya lebih fokus memakan makanannya.

"Aku membawakanmu sesuatu." ucap Jimin sebari mendekati Mina, menyelipkan setangkai bunga mawar putih ditelinga Mina.

Mina tersenyum, menatap wajah Jimin yang dekat dengannya. Jimin yang sadar ditatap ikut menatap Mina.

Cup~

Satu kecupan mendarat di puncak kepala Mina. "Cepatlah sembuh, aku tidak sabar mempersiapkan pernikahan kita."

Seketika Mina tersedak ludahnya sendiri. Dirinya belum terbiasa dengan sikap Jimin yang semakin hari semakin manis pada dirinya.

"Biarkan aku menyuapimu."

Jimin mengambil alih sendok dan piring dari tangan Mina.

"Aku bisa makan sendiri." Ucap Mina diikuti dengan kemunculan rona merah dikedua pipinya.

"Biarkan aku saja. Aku ingin memastikan calon istriku menghabiskan sarapannya."

"Ish, menyebalkan."

"Mwo? Apa katamu? Aku menyebalkan?"

"Iya, kau sangat menyebalkan." Jawab Mina yang tidak bisa menahan senyumnya.

"Terserah kau saja. Buka mulutmu." Jimin menyodorkan satu sendok makanan ke arah Mina. Mina menggeleng pelan, menutup mulutnya rapat-rapat.

"Buka mulutmu atau aku yang buka?" Ancam Jimin.

"Mw-"

Cup~

Kini Jimin melumat perlahan bibir Mina. Menaruh piring yang berisi makanan ke atas meja, kedua tangan Jimin beralih menahan tubuhnya sendiri agar tidak terlalu mendorong Mina. Sedangkan Mina, dirinya mengalungkan kedua tangannya dileher Jimin ---menarik mendekat tengkuk Jimin pelan agar kekasihnya itu memperdalam ciuman mereka.

Perasaan Mina saat ini tentunya tidak bisa dibohongi, dirinya bahkan tidak bisa menahan senyumannya disela-sela ciuman mereka. Menyalurkan rasa rindu yang amat besar satu sama lain.

"Ekhem."

Satu deheman membuat ciuman keduanya terlepas lalu menoleh dengan cepat.

"Appa~! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?!" Protes Mina yang malu lalu menenggelamkan wajah merahnya diperut Jimin, memeluk pinggang Jimin erat.

Jimin terkekeh pelan melihat kelakuan Mina. Appa Mina tertawa, bahkan appa Jimin yang ada dibelakangnya ikut tertawa.

"Apa kami mengganggu kalian tadi? Maaf kalau begitu." Ucap appa Jimin disela-sela tawanya. Keduanya keluar dari ruang rawat inap Mina.

"Sepertinya kita langsung nikahkan mereka berdua saja." Jimin yang mendengar percakapan kedua pria paruh baya tadi hanya bisa terkekeh pelan. Dirinya mengelus pelan surai hitam milik Mina.

"Baiklah, kau harus makan sekarang." Jimin kembali mengambil piring yang dirinya taruh tadi. Tapi Mina menggeleng pertanda dirinya tidak mau.

Wangi parfum kesukaannya menusuk penciuman Mina. Dirinya mempererat pelukannya pada Jimin.

"Kamu harus olahraga lagi." Ucap Mina sebari mengelus perut six pack Jimin dengan sensual.

"Hei~ jangan menggodaku."

Pipi Jimin mulai menampilkan seburat merah. Mina mendongkakkan kepalanya menatap Jimin. "Siapa yang menggodamu?"

"Kau." Keduanya terkekeh, Jimin lebih memilih untuk duduk kembali di tempat duduk, menaruh piring makanan tadi di meja kembali. Menarik Mina kedalam pelukannya, menarik gadisnya untuk lebih erat memeluknya.

SEA ✔Where stories live. Discover now