EKSTRA PART 2

2.9K 299 67
                                    

👻👻👻

Mereka bilang, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan untuk selama-lamanya. Ditinggalkan bersama puncak kerinduan dan menunggu yang berakhir sia-sia. Lalu Zea kembali menjadi dirinya yang dulu, berusaha ceria menutupi kesedihannya.

"Siap-siap, kita mau ke acara nikahannya Dana sama Zifa," ujar Bram kepada putrinya yang sedang memoleskan lipstik ke bibir.

"Hm," jawab Zea malas.

Bram yang berdiri di ambang pintu menatap aneh pada Zea yang duduk di meja rias membelakangi dirinya, berpikir sejenak sebelum akhirnya dia sadar akan sesuatu.

"Sudah belom?"

"Iya."

Bram tersenyum hangat, menyambut betapa cantiknya sosok Zea yang sudah menginjak dewasa. Pria itu mengusap rambut buah hatinya penuh sayang, bagaimana bisa dia melepas Zea untuk laki-laki lain? Sementara Zea tidak lebih dari gadis kecil yang patut dilindungi baginya.

Zea bersama sang papa telah tiba di sebuah gedung mewah dan sudah berjejer rapi mobil-mobil di area parkir. Tepat di gerbang utama, mereka dapat disuguhkan karangan bunga juga berjejer di samping kiri kanan karpet merah.

Selamat kepada pasangan Dana Sidharta Harun & Zifa Kayth Himeka.

Kira-kira seperti itu tulisan di karangan bunga. Si bobrok Dana ketika di Airlangga dulu kini telah menjadi bos besar perusahaan dan ia telah mendirikan cabangnya di berbagai negara, mengalahkan sosok Dartha—papanya. Jadi, wajar jika yang diundang adalah orang berkelas.

Memaksakan sebuah senyum, perempuan bergaun pink dengan rambut yang tergerai rapi itu menyambut pelukan Zifa dengan hangat.

"Selamat, Zifa."

Zifa yang terlihat sangat cantik dengan gaun megah itu lantas tersenyum. "Makasih udah dateng."

Senangnya, kedua pasangan itu menyambut hari bahagia sepanjang hidup tanpa memikirkan suatu hal yang membuat mereka terbebani. Zea pikir, mereka juga tidak tahu soal Azzam?

Ah, bagaimana bisa?

"Kapan nyusul, ngek?" Zea yang tengah duduk meminum air mineral, seketika tersedak kala seseorang menoyor kepalanya.

Itu Mike, pria tampan yang tengah menggandeng istrinya.

Zea menatap pria itu dengan datar seraya mendengus kesal.

"Kenapa mukanya gitu?" Zola ikut menggoda.

"Samperin Zifa sana! Ntar gue nyusul kalo udah bisa move on!" Zea mengembuskan napas lelah.

"Kenapa move on?" tanya Zola dan Mike bersamaan.

"Kalian ... bener-bener gak tau?" tanya Zea dengan mata berkaca-kaca.

Lantas, Zola dan Mike saling pandang, melempar tanya melalui lirikan mata. Keduanya serentak memandang Zola kemudian menggeleng.

"Yaudah deh, kita mau nyamperin Zifa sama bucinnya dulu."

Apakah ini hanya mimpi? Mimpi buruk yang terasa sangat sesak hingga Zea ingin sekali bangun, berharap ia bisa menghirup udara dengan bebas. Kapan nyusul katanya? Zea tertawa hambar, bukankah kecelakaan pesawat tersebut sudah jelas, bahwa semua korban tewas?

Alarm pengingat di ponsel Zea seketika berdering. Ah! Dia lupa kalau hari ini dia akan mengadakan kunjungan di salah satu toko buku dan memberikan tanda tangan pada pembaca yang telah membeli komiknya.

Melihat sang papa yang tengah berbincang dengan rekannya, rasanya tidak sopan jika Zea meminta agar ia diantarkan ke toko buku yang dimaksud. Alhasil, Zea hanya mengirimkan pesan berpamitan untuk pulang lebih dulu.

ZIEL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang