one

464 66 15
                                    

"Dan,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





"Dan,"

Seriusan, sepertinya pemuda ini adalah orang terbawel setelah ibuku. Dan dia sepertinya sangat hobi memanggil namaku. Membuat diriku lagi-lagi menatapnya dengan malas, "Apa lagi?" tanyaku.

Dia tersenyum, "Yuk, ke kantin! Sini bekelnya gue bawain," ujarnya yang lalu mengambil bekalku tanpa izin. Baru saja aku mau protes, dia sudah menutup mulutku dengan tangannya, "sekarang kumpul perdana nya panitia, di kantin. Kita kesana sekarang. Tenang, gue pastiin lo sama gue terus," lanjutnya yang membuat diriku mau tidak mau mengangguk.

Aku berdiri dan berjalan bersama pemuda ini menuju kantin sekolah. Yeah like, how cliché, gadis seperti diriku berjalan dengan pemuda seperti Corbyn dan mengakibatkan kami menjadi pusat perhatian. Orang-orang di dunia ini benar-benar harus belajar untuk mengurus urusan mereka sendiri di bandingkan memperhatikan orang lain tanpa keuntungan.

Aku membiarkan orang-orang tersebut sampai akhirnya kami sudah berada di hadapan orang-orang berkumpul. Semuanya ada di angkatan kami, tidak ada adik kelas ataupun kakak kelas. Terdapat dua kursi kosong, dan tentu saja aku duduk bersebelahan dengan Corbyn. Aku tidak terlalu akrab dengan yang lain, tapi aku kenal mereka semua begitu pula sebaliknya. Banyak yang tersenyum dan menyapaku. Sampai akhirnya pemuda berwajah tampan tertawa dan memukul pelan bahu Corbyn, "Gue kira lo dari kemarin bercanda," lalu beberapa orang ikut tertawa.

Pemuda itu melihat ke arahku, "Dan, lo harus tau, dari kemarin si Corbyn bawelnya kebangetan. Dia terus-terusan bilang kalo satu tempat terakhir harus kita sisain buat lo. Dia bener-bener usaha keras keknya biar lo ikut jadi panitia," lanjutnya lalu kembali membuat beberapa orang tertawa.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Jadi, Corbyn telah menceritakan tentangku pada mereka?

"Jonah, diem, ya? Sekali lagi, gue bubarin tim marawis lo," ujar Corbyn yang mengancam temannya itu. Aku tertawa mendengarnya, mengingat seorang Jonah ini adalah anggota tim marawis sekolah.

Jonah terlihat kesal, "Lah, gue disini ketua osis, lo cuman wakil. Ya, gak bisa lah seenak jidat lo yang bubarin tim marawis. Lagian, lo anggota tim marawis aja bukan," balasnya yang membuat orang-orang tertawa kembali.

"Udah, udah. Yuk, mulai aja bagi-bagi tugas," ujar salah satu gadis membuat kami semua berkumpul mengelilingi meja, membentuk lingkaran.

Semuanya berjalan dengan baik. Entahlah ini di sebut rapat atau bukan, yang jelas kami semua membicarakan semua hal yang bersangkutan dengan acara pensi nanti. Awalnya aku tidak banyak mengeluarkan suara, tapi setelah Corbyn terus-terusan berpendapat dan meminta pendapatku, aku akhirnya berbicara juga walau hanya beberapa kali. Ini suatu kemajuan karena aku tidak pernah mengusulkan sesuatu atau pun hanya bilang setuju/tidak pada orang-orang, dan sekarang lihatlah diriku yang sedang mengusulkan dekorasi panggung.

Melihat Corbyn dengan nyaman mengeluarkan pendapatnya, membuat diriku juga ikut nyaman. Dia sepertinya berpengaruh padaku, aku saja tidak mengerti kenapa. Aku memperhatikan dari caranya dia menjelaskan sesuatu yang di maksud olehnya, sangat jelas. Dia sungguh pintar dalam hal seperti ini. Pantas saja nilai presentasinya selalu besar, memang tidak salah dia terpilih sebagai wakil ketua osis di sekolah ini. Dan Jonah? Tidak kalah bagus oleh Corbyn. Pemikiran mereka saling melengkapi, membuat mereka menjadi salah satu duo terhebat yang pernah ku temui.

Dan semua berjalan lancar sampai akhirnya bel yang menandakan waktu istirahat pun selesai. Corbyn merapihkan kotak bekal ku yang sudah tidak ada isinya itu. Pemuda itu mengembalikannya padaku, "Makasih, enak nasgornya," ujarnya yang membuat diriku terkekeh. Ya, kami memakannya bersama. Karena dia lupa membawa bekalnya.

"Lain kali kalo tau gak bakal sempet beli makan, inget sama bekel. Jangan ketinggalan lagi," ujarku.

"Ah, tau makanan lo enak gini mah mau ketinggalan terus bekel gue,"

Aku tertawa mendengarnya. Lalu setelah sampai di kelas, aku duduk di kursiku, baris ketiga. Corbyn yang dari baris paling depan itu mendekatiku dengan membawa sebungkus oreo, "Harus nepatin janji," ujarnya tersenyum lalu menyimpannya di atas mejaku.

Setelah dia duduk di kursinya, dia menghadap ke belakang, ke arahku. Aku membalas senyumannya, "Thanks,"

"No problem,"







"No problem,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now