three

280 56 5
                                    

Kami baru saja sampai di suatu tempat, "Cetak banner, undangan, poster, brosur," aku membaca tulisan yang berada di atas bangunan ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.





Kami baru saja sampai di suatu tempat, "Cetak banner, undangan, poster, brosur," aku membaca tulisan yang berada di atas bangunan ini.

Aku turun terlebih dahulu dan Corbyn membukakan helm yang ku pakai. Lalu dia melakukan hal yang sama pada dirinya. Pemuda ini menggenggam tangan kananku lalu kami berdua masuk ke dalam. Kami bertemu dengan seorang wanita dengan rambut sebahu, "Selamat datang. Mau cetak undangan?" tanya nya yang membuat diriku menatap Corbyn.

Pemuda ini hanya tersenyum dengan ramah, menunjukkan deretan giginya itu, "Oh, itu nanti aja dulu, Bu. Di tunda, nunggu lulus dulu," jawabnya yang membuat wanita itu tertawa dan aku hanya diam kebingungan, "cetak banner, Bu. Buat acara pensi sekolah," lanjutnya.

"Oh, iya. Maaf, ya. Kirain mau cetak undangan," ujar wanita itu yang membuat diriku kebingungan. Dan baru saja aku mau bertanya pada Corbyn, aku sadar bahwa kita memang terlihat sangat dekat dengan genggaman tangan ini. Pantas saja.

"Duduk disini aja, Dan. Nih, mending nyemil," ujarnya yang membuatku duduk di ruang tunggu dan menerima bungkus Oreo yang di berikan olehnya. Corbyn sedikit menunduk menyetarakan tingginya dengan diriku yang sudah duduk ini, "tunggu disini bentar, jangan kangen," lanjutnya lalu tersenyum dan pergi begitu saja.

Pipiku? Sudah memerah tentunya. Ayolah, wajahnya tadi berada tepat di hadapanku. Aku bisa jelas-jelas menatap matanya yang indah berkilauan itu. Jatuh cinta padanya? Ah, tidak. Suka? Mungkin saja? Entahlah. Aku memang merasa sangat nyaman dengan Corbyn. Tentu saja aku akan menerima jika dia mengajakku untuk kencan. Tapi, aku sendiri tidak tahu dia menganggapku apa. Mungkin perlakuan kita lebih dari teman. Yang membingungkan adalah aku takut jika dia menganggapku hanya sebagai sahabat atau lebih parahnya lagi, yaitu sebagai adik.

Tapi aku tidak terlalu memusingkan hal ini. Aku tetap santai dan menjalankan apa yang ada saja. Kita lihat saja bagaimana akhirnya. Semoga aku mendapatkan akhir yang menyenangkan. Ya, semoga saja.

Aku mengeluarkan ponselku dan melihat lockscreen yang bisa membuat diriku tersenyum setiap kali melihatnya. Foto Corbyn. Tenang saja, ini bukan kemauanku. Melainkan pemuda itu sendiri yang bilang bahwa aku harus adil, karena dia juga memasang fotoku sebagai lockscreen nya. Maka dari itu aku tidak menyalahkan orang-orang di sekolah yang menganggap kami berpacaran. Well, kami memang dekat. Tetapi semakin dekat karena sama-sama menjadi panitia pensi ini. Dan lagipula, aku senang menghabiskan waktu bersamanya. Membuat diriku tidak keberatan kalau Corbyn sekali-kali datang ke rumah dan bertemu orang tuaku ataupun sebaliknya. Ya, kami sudah kenal keluarga satu sama lain.

Aku membuka kunci ponselku dan mulai membuka aplikasi line. Aku memutuskan untuk membaca pesan-pesan dari groupchat panitia pensi. Kebanyakan yang menanyakan bahan persiapan, lalu ada yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan ada juga yang memberikan informasi tidak penting seperti yang ku baca saat ini, "Masa tadi aing liat si Zachary ade kelas kita yang cute itu ngantin bareng sama si Inem," ujarku yang membaca pesan itu lalu tertawa sendiri.

"Ha? Si Zachary Herron? Kok bisa sama si Inem?" ujar seseorang yang tentu saja Corbyn.

"Nguping ih, serem. Lagian gak apa-apa kali, Inem kan cantik," jawabku seraya kembali menyimpan ponsel ke dalam saku.

"Nah, itu masalahnya," ujar Corbyn yang membuat diriku mengangkat sebelah alisku. Pemuda ini duduk di sebelahku, "nah, kan si Inem cantik, tuh. Masa mau-maunya ngantin sama anak cem babi gitu,"

Tentu saja aku terbahak mendengar ucapan Corbyn. Bahkan aku hampir saja tersedak oreo yang telah di berikan olehnya ini. Perutku terasa sakit akibat tertawa. Astaga, ini sangat receh. Aku mengusap air mata yang sedikit keluar dari sudut mataku, "Corbyn, gila," ujarku lalu berusaha untuk menghentikan tawaku, "dia tuh ganteng tau, cute gitu. Lo seenak jidat aja ngomong cem babi. Emang lo pikir lo seganteng apa, ha?"

"Yang jelas lebih ganteng dari dia, lah," ujarnya dengan percaya diri, "ngaku aja. Gue lebih ganteng dari dia, kan?"

"Yakin?"

"Yakin banget,"

"Serius?"

Corbyn menatapku dengan tatapan malas, "Mau serius? Ayo, cari penghulu kita. Sekalian cetak undangan disini, mau?"

"Amit-amit," jawabku lalu tertawa.








"Amit-amit," jawabku lalu tertawa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora