1 - Awal

3.1K 204 38
                                    

Senin pagi yang cerah menjadi hari pertama dimulainya awal tahun ajaran baru. Beberapa siswa-siswi di Sekolah Swasta ternama Joifuru High School telah tiba di sekolah mewah nan megah tersebut.

Sang ketua OSIS terutama. Tengah berkaca dengan wajah cukup tegang di toilet sekolah. Rambut pendek keritingnya sedikit lebih rapih karena pomade yang dipakainya.

Hari ini, siswa tampan tersebut akan memberikan pidato sambutan kepada para siswa-siswi baru di sekolahnya. Walau bukan pertama kalinya pemuda itu berpidato di depan umum, tetap saja rasa tegang dan gugup menerpanya.

Dia pun mencuci mukanya, sedikit untuk memberikan rasa tenang dan rasa segar yang akan membuatnya semangat. Saat itulah bilik toilet terujung terbuka. Mengalihkan sedikit perhatian pemuda tersebut. Dari ujung sana, seorang siswi keluar. Merapihkan seragamnya yang cukup berantakan. Gadis itu melewati punggung sang Ketua OSIS begitu saja, tanpa merasakan rasa takut, cenderung terlihat santai.

Tak sampai semenit, pintu bilik terujung kembali terbuka. Kali ini seorang pemuda tampan sang Ketua OSIS yang keluar. Mengancingkan kembali seragamnya yang terbuka. Wajahnya tersenyum miring saat berjalan keluar. Tak peduli pada tatapan penuh tanya sang Ketua OSIS.

Pemuda itu pun terus berjalan dengan santainya. Menuju ruangan khusus di sekolah tersebut yang disediakan untuk dirinya dan ketiga sahabatnya. Ketiga pemuda yang baru saja sampai di sekolah. Membuat suasana di lobi utama sekolah jadi ramai karena kehadiran ketiganya.

"Eh, ada apaan, deh? Busett!!" Seorang siswi berteriak dengan kaget. "Pada ributin apa, deh?"

Ketiga sahabat siswi tersebut yang tengah bersamanya ikut mengalihkan perhatian dari majalah dinding sekolah. Memperhatikan suasana yang makin ramai di lobi utama sekolah. Banyak siswa-siswi yang turun atau datang berlari ke lobi utama hanya untuk melihat ketiga siswa yang baru datang itu.

"Duh, Kak Febi kok rame banget ini?"

Febi yang merasa dipanggil namanya menoleh pada pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Biasa Zee, nikmatin aja."

"Zee takut, Kak. Banyak ceweknyaaa." Zee meringis, nampak sedikit berlindung dibalik tubuh Febi.

"Elah, bocah."

Keempat siswi yang melihat dari dekat majalah dinding kembali berkomentar.

"Mau ngedeket, La? Mel? Fa?"

Gadis yang dipanggil La menoleh pada sahabatnya yang satu itu. "Ngapain? Amel juga pasti ogah."

"Mending ke ruang OSIS aja langsung." Amel berjalan lebih dulu meninggalkan lobi utama sekolah, yang langsung diikuti ketiga sahabatnya.

Setelah dilindungi oleh beberapa orang security, ketiga pemuda itu akhirnya lolos dari kepungan para siswa-siswi. Ketiganya pun langsung menuju ruangan mereka.

"Akhirnyaaa sampe. Capeee." Zee mengeluh lalu membanting tubuhnya di sofa empuk yang ada di ruangan tersebut.

Febi ikut membaringkan tubuhnya setelah mengambil komik yang ada di rak buku.

"Baru hari pertama, Zee. Bakal begini terus sampe lo lulus nanti. Hahaha."

"Demi, Kak? Kak Febi sama Kak Sigit dari dulu ngalamin ini?" Zee memandang Febi tak percaya, pertanyaan itupun diangguki Febi. "Ahh, takut!!"

Febi malah tertawa melihat Zee yang takut. "Udah, santai aja. Mereka gak bakal aneh-aneh kok sama lo."

Zee hanya menatap Febi, wajahnya murung dan terlihat masih takut. Febi lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah blazer yang menggantung di pinggir sofa, ia lalu menoleh pada Sigit, yang tengah duduk membaca novel di sudut ruangan.

A New FourWhere stories live. Discover now