Jam pulang sekolah telah tiba, Febi langsung bangkit dari duduknya tanpa melirik pada Peta sedikitpun. Ia langsung melangkah menuju ruang kelas Rifa yang berada di seberang kelasnya. Rifa masih bersama ketiga sahabatnya tengah membereskan barang-barangnya.
Febi melongokan kepalanya dari ambang pintu. "Faaaa, ayo pulang." Ucapnya.
Rifa jadi menoleh, menatap ketiga sahabatnya bergantian. Ia melihat teman-teman sekelasnya, memperhatikan dan langsung membicarakan mereka. Dengan ini seolah Febi membenarkan apa yang diberitakan oleh JHS Magz.
"Faaa, ayooo."
Rifa kembali menatap ketiga sahabatnya. Lala mengangguk seolah mengizinkan Rifa untuk pamit terlebih dahulu. Rifa lalu menghampiri Febi di depan ruang kelasnya.
"Bihh,"
"Ayo balik." Febi langsung menarik dan menggenggam tangan Rifa.
"Loh, ekskul kita?"
"Aku dah izin. Kita balik."
"Tapi, Bihh..."
"Gak ada tapi-tapian. Kita balik."
Sekali lagi Rifa menoleh, menatap ketiga sahabatnya yang masih duduk di dalam kelas. Rifa menghela nafasnya, mau tak mau mengikuti keinginan Febi.
~~~
Brielle tengah membereskan barang-barangnya di dalam kelas. Ia langsung bangkit selesai memastikan semua barangnya sudah ia simpan. Mengabaikan Nanda yang duduk di sampingnya, ia hanya tersenyum pada Muthe yang duduk di depannya.
"Duluan, Muthe." Ucap Brielle dengan pelan.
"Iya, Brielle." Balas Muthe sambil melirik Nanda yang hanya menunduk.
Brielle lalu melewati Zee yang tengah sibuk dengan ponselnya. Brielle tidak menyapa Zee, hanya melewati Zee begitu saja. Membuat Zee sedikit kaget dan bingung. Zee terus menatap punggung Brielle hingga hilang dari pandangannya. Ia lalu menatap Nanda, yang kini tengah dihibur oleh Muthe.
"Brielle..."
~~~
Mobil mewah yang membawa Kinan dan Erik akhirnya tiba di daerah pinggir Bandung. Sebuah rumah sedehana milik keluarga saudara Kinan. Kedua orang dewasa yang tinggal di dalamnya menyambut hangat kedatangan Erik dan Kinan. Sapaan basa-basi dilontarkan keduanya pada Kinan. Erik hanya tersenyum tipis saat menyalami keduanya.
"Anterin Erik ke kamarnya, Mah."
"Iya, Pah." Wanita itu lalu tersenyum pada Erik. "Yuk, Erik kita ke kamar kamu dulu."
Erik mengangguk lalu mengikuti Tantenya itu. Suasana di dalam rumah tersebut tidak banyak berubah, masih sama seperti saat kali terakhir Erik mampir kemari bersama kedua orang tuanya. Kala itu Veranda dan Kinan masih akur. Mereka masih menjadi keluarga yang hangat.
"Udah lama banget kamu gak ke sini. Dulu kayaknya masih kecil banget. Sekarang udah gede. Ganteng lagi."
Erik hanya tersenyum tipis mendengar pujian Tantenya. Langkah Erik terhenti saat ujung matanya mendapati sebuah foto menarik yang terletak di dekat tangga. Erik menghela nafasnya saat melihat foto tersebut. Foto dirinya bersama Om dan Tantenya serta Veranda dan Kinan. Sang Tante menyadari tatapan sedih Erik, kembali mendekati Erik dan mengusap punggungnya.
"Mama kamu orang baik. Dia gak pernah benar-benar pergi dari kamu. Kamu istirahat dulu, yuk." Ucap Tantenya sambil mengusap punggung Erik.
Erik mengangguk lalu kembali berjalan menuju kamar tamu yang berada di lantai 2 rumah tersebut.

YOU ARE READING
A New Four
FanfictionKisah tentang anak-anak mereka 4 Cowo tampan yang menjadi Idola satu sekolah. Ditakuti namun dipuja. Tak ada yang tak menyukai mereka. Apakah termasuk keempat cewek yang mengaku membenci mereka? Inspired by Meteor Garden and Hormones the series