17 - Rilis

989 158 51
                                    

Setelah 2 minggu lebih proses produksi dan editing, akhirnya JHS Magz edisi spesial De Vier Angel dan Anin pun rilis. Banyak yang menantikan edisi tersebut, terutama para siswa penggemar kelima gadis tersebut. Anin yang tengah mengobrol dengan Grace dan Michelle di kelasnya, jadi menoleh saat Stefi yang baru datang sedikit menghebohkan mereka.

"Ada apa nih, Stef?" Tanya Grace.

"Tadaaa!" Stefi menjulurkan JHS Magz terbaru dengan Anin bersama empat anggota De Vier Angel menjadi covernya.

"Wahh, keliatan akur, Nin?" Tanya Michelle meledek.

"Profesional aja," jawab Anin lalu membuka isi majalah. Ia lalu berhenti pada halaman yang membahas ia dan Amel. "Sejak kapan JHS Magz jadi majalah gosip gini?"

"Apa sih, apa? Kepo nih Michelle."

Michelle mengambil majalahnya dari Anin lalu melihat halaman yang baru saja dilihat Anin. "Dianggap rebutan Erik, Amel bilang tidak, Anin tidak peduli." Michelle membaca judulnya. "Beneran akur," komennya pada foto bersama Anin dan Amel.

"Tanya-tanya soal Erik buat rubik ini, ya?"

"Iya, ide Peta."

Sigit yang baru saja datang dan duduk di tempatnya langsung membuat Anin menoleh. Ia rebut paksa JHS Magz dari tangan Michelle, lalu memperlihatkannya pada Sigit.

"Git, mau liat, gak?" Sigit melirik Anin sekilas. "Ada Elinya."

"Gue gak peduli," jawab Sigit lalu memakai earphone-nya untuk mendengarkan lagu.

~~~

"Majalah edisi kita udah rilis, ya?" Tanya Amel saat ia tiba di kelas. "Tadi adek-adek kelas pada heboh pas gue lewat."

Eli dan Rifa yang sudah tiba lebih dulu kompak menoleh. "Oh, ya?" Tanya Eli. "Pantes sih pada rame."

Lala yang baru saja tiba, memasang senyum merekahnya. Sambil berjalan dengan riang ia lalu menaruh tumpukan JHS Magz yang baru di mejanya. "Udah, rilis. Dah." Ucapnya lalu pamit kembali.

"Mau kemana lo, La?" Tanya Eli.

Sambil melambaikan tangan, Lala melangkah dengan riang dan kembali keluar dari ruang kelasnya. "Nyari Azizi," jawabnya semangat.

"Dasar bucin!" Cibir Eli. "Eh, Masgit dah liat belom, ya? Apa gue harus temuin juga terus ngasih liat."

Amel langsung menggeleng cepat. "Jangan, deh. Jual mahal dikit kek, Ceu."

"Heuhhh. Gitu ya, Mel?" Amel mengangguk. "Tapi, gue gak bisa. Terlanjur cinta mati sama Masgit." Eli pun merebahkan kepalanya di meja. "Mana bisa jual mahal."

"Dasar bucin."

~~~

Gadis dengan rambut sebahunya itu kini tengah berjalan menuju ruangan De Vier Vinci. Nampaknya tak ada siapapun saat gadis itu tiba di sana.

Beruntung, Febi yang tiba lebih dulu di sana seorang diri. Dengan herannya, Febi pun menghampiri Lala yang masih celingukan itu.

"Woy!" Sapanya sambil menepuk bahu Lala. "Ngapain, lo?"

"Astaga, Febi. Ngagetin dah, lu."

Sigit yang baru saja datang pun menaikkan sebelah alisnya. Bertanya tanpa berbicara pada Febi. Febi hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

"Lo ngapain? Nyariin Zee?"

"Iya, anaknya belom ke sini, ya?"

"Kenapa gak ke kelasnya, deh?"

A New FourDove le storie prendono vita. Scoprilo ora