12 - Pesta Kemenangan

1.2K 182 64
                                    

Seluruh peserta yang mengikuti dan menjadi peserta dalam ajang Pekan Seni dan Olahraga sudah berkumpul di hall lapangan indoor Joifuru. Di depan sang ketua panitia tengah berbicara, mengumumkan hal yang paling ditunggu-tunggu.

"Juara umum Pekan Seni dan Olahraga tahun 2019 jatuh kepada...." Pria itu menjeda sedikit ucapannya. "Joifuru High School!!"

Seluruh siswa-siswi Joifuru pun bersorak gembira, saling berpelukan, saling mengucapkan selamat. Terlihat jelas mereka sangat-sangat bahagia, terutama mereka yang kini telah duduk di bangku kelas 12.

"Silahkan satu perwakilan peserta untuk menerima piala juara umum."

Erik dan Ariel langsung saling pandang. Namun, Ariel tersenyum, mempersilahkan Erik lah yang mewakilkan Joifuru untuk menerimanya. Erik pun perlahan melangkah maju. Semua mata langsung tertuju padanya, tersenyum bangga pada pemuda yang berhasil memberikan piala kemenangan itu.

Sang ketua panitia tersenyum, menyalami Erik dan memberikan selamat pada Erik yang masih mengenakan jersey basketnya. Erik pun mengambil alih piala besar di hadapannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di depan seluruh siswa-siswi. Sebuah piala yang melengkapi medali emas di lehernya. Tepuk tangan meriahpun diterimanya.

~~~

Senyuman Erik masih terpatri jelas di wajah tampannya. Erik tak pernah sebahagia ini karena bermain basket. Setidakhnya, sudah lama sekali ia tak merasakannya. Namun, senyum itu perlahan luntur saat pagar rumahnya yang otomatis terbuka memperlihatkan mobil sang Papa terparkir di sana.

Erik pun memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Menatap dengan tidak suka mobil yang tak kalah mewah dari yang ia pakai. Tidak, lebih tepatnya Erik tidak suka terhadap sang pemilik mobil. Erik selalu menghindari pertemuan dengan Papanya, kenapa di saat seperti ini Papanya malah muncul dan malah merusak mood-nya?

 Erik selalu menghindari pertemuan dengan Papanya, kenapa di saat seperti ini Papanya malah muncul dan malah merusak mood-nya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Erik menghela nafasnya kasar, mencoba tak peduli. Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Namun, baru saja ia menginjakkan kaki di ruang tamu rumahnya yang besar, Kinan yang tengah duduk memunggunginya di sofa menyadari kehadirannya.

"Erik," panggilnya.

Erik terpaksa berhenti lalu menoleh pada Kinan. Menatap pria itu dengan wajah datarnya. Ada yang membuat Erik semakin tidak suka pada pria itu, wanita yang tengah bersamanya. Dari kemeja serta rambut keduanya yang berantakan, Erik tahu bahwa kedua orang dewasa tersebut tengah melakukan sesuatu yang tak seharusnya.

"Papa denger kamu berhasil menang. Selamat, ya. Maaf, Papa gak bisa nonton pertandingan kamu."

Erik hanya tersenyum tipis. "Gak usah sok peduliin gue, karena gue juga gak akan ganggu urusan kalian. Permisi."

"Erik, tunggu! Erik!"

Mengabaikan panggilan Kinan, Erik pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang terletak di lantai 2. Dibantingnya kasar pintu kamarnya. Ia menghela nafasnya kasar, meletakkan asal tasnya di lantai.

A New FourWhere stories live. Discover now