--075--

2.5K 264 54
                                    


Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Ify terus berlari menyusuri koridor Rumah Sakit, air matanya terus mengalir membasahi pipi. Tak mempedulikan tatapan heran, bingung juga kasihan dari orang-orang yang ada di Rumah Sakit saat melihatnya.

Ia mengabaikan teriakan Via, Aren dan Zahra yang tertinggal jauh di belakang mengejarnya. Menggumamkan kata maaf saat tak sengaja menabrak seseorang yang dilewatinya. Ia hanya ingin segera pergi dari tempat ini.

"Bang Riko jahat!"

"Bang Riko jahat!"

"Bang Riko udah gak sayang Ify, lagi."

Ify terus menggumam tak jelas. Merutuki Riko yang menurutnya sudah tak menyayanginya lagi, ia hanya tak tahu saja kalau Riko sendiri hanya refleks membentaknya. Namun jiwa sensitifnya tetap beranggapan bahwa Riko memang sudah tak lagi menyayanginya.

Ify merasa sia-sia saat ini, percuma ia beralasan pada Debo untuk pergi menemui teman-temannya di rumah, yang sebenarnya ia pergi ke Rumah Sakit. Debo memang sudah tahu bahwa Shilla sedang di rawat namun pemuda itu sama sekali tak mengizinkannya untuk pergi.

Bukan berniat untuk tega, hanya saja Debo sendiri tahu bahwa dirinya sangat membenci gedung tempat orang-orang sakit itu.

"Prince... aku mau pulang," gumam Ify di tengah isak tangisnya.

Ify mengusap kasar air matanya dengan punggung tangan, sebelah tangannya memegang perutnya yang terasa sedikit keram.

Bruk!

"Awh..."

Ify meringis pelan saat ia menabrak sesuatu ah ralat, lebih tepatnya seseorang. Ia menunduk, minta maaf pada orang yang ditabraknya tanpa melihat siapa orang itu yang kini tengah menyipitkan matanya.

"Ify?"

Ify seketika mendongak saat mendengar suara yang sangat ia kenal. Bahkan ia baru sadar akan aroma tubuh orang yang memanggilnya, senyum manis juga bahagia merekah begitu saja di kedua sudut bibirnya. Meski penglihatannya buram karena genangan air mata di kedua pelupuk matanya.

"Madu!"

Ify langsung menghambur ke pelukan orang yang ia panggil Madu. Rio, membalas pelukan Ify. Pemuda itu menumpukan dagunya pada puncak kepala Ify dengan sesekali menciumnya. Gadisnya ini menangis, entah karena apa? Ia sendiri pun tak tahu.

"Madu... aku kangeeen... hiks..." Ify merengek layaknya anak kecil, akhirnya setelah satu minggu berlalu tanpa bertatap muka dengan Rio, ia bisa melepas kerinduan yang bersarang di hatinya.

"Mama Bear dan Baby Bear kangen Papa Bear," gumam Ify merajuk, mendongak sedikit untuk menatap wajah Rio yang selalu ia rindukan.

"Jangan disini, gak enak kalo ada yang liat."

Rio melepas pelukannya, membawa Ify pergi dari koridor Rumah Sakit yang untungnya sepi itu ke tempat yang lebih nyaman. Ia menggenggam tangan Ify, yang dibalas genggaman pula oleh gadis itu.

Disinilah Rio dan Ify berada, rooftop Rumah Sakit yang cukup nyaman. Keduanya duduk di tepi gedung, memperhatikan hilir mudiknya orang-orang di bawah sana. Entah itu para pengunjung Rumah Sakit, pasien, suster atau pun dokter, semua aktivitas mereka terlihat jelas.

Rio menekuk kaki kanannya sementara kaki kirinya dibiarkan menggantung begitu saja. Ify sendiri duduk seperti biasa, tepat di samping Rio.

Gadis cantik bertubuh mungil itu menyandarkan kepalanya di bahu Rio, salah satu tangannya mengelus punggung tangan Rio yang saat ini tengah mengelus perutnya. Sementara tangannya yang lain melingkar di pinggang Rio yang saat ini menatap lurus ke depan. Entah apa yang Rio tatap, namun yang pasti elusan tangan pemuda itu di perutnya terasa begitu menghangatkan perasaannya.

The Reger's ✔Where stories live. Discover now