--084--

1.8K 210 50
                                    


Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Di ruang tengah sendiri Riko, Day, Aren, Zahra, Via, Alvin, Gabriel dan Cakka hanya berdiam diri setelah menghilangnya Rio dibalik pintu.

Menghela napas, Riko pun berjalan kembali ke arah sofa, duduk di samping Zahra yang sudah terlebih dulu duduk. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Zahra, ekspresi lelah terpeta jelas di wajahnya yang tampan.

"Sebenernya ini ada apa sih, Bang?" Day yang saat ini sudah duduk seraya mengepalkan kedua tangannya di atas lutut dengan badan yang setengah membungkuk, ia menatap semua orang dengan tatapan bertanya.

"Gue juga gak tau, Day. Bingung gue," Riko menyahut dengan nada frustasi.

"Hh," Day hanya menghela napas, semakin menundukkan kepala dalam-dalam. Aren yang duduk di sampingnya mengelus punggung tegap Day yang terlihat lelah.

"Nah, sekarang gue mau nanya sama lo, Kka." Aren menunjuk Cakka seraya menggerakan tangannya memberi isyarat pada Cakka agar duduk.

"Apa?" tanya Cakka mengangkat sebelah alisnya.

"Duduk dulu," paksa Aren melotot yang membuat Cakka mendengus namun tetap mengikuti keinginan gadis cantik itu.

Dengan malas Cakka duduk, diikuti Gabriel dan Alvin yang berdiri di belakangnya.

"Kapan lo nikah sama Agni?" tanya Aren langsung yang seketika menarik perhatian Riko, Zahra, Day dan Via.

"Penting buat lo tau?" bukannya menjawab Cakka justru balik bertanya, Aren berdecak kesal.

"Gue serius!" tegas Aren tak main-main, menatap tajam Cakka yang hanya memandangnya datar.

"Kapan gue nikah sama Agni itu bukan urusan, lo. Jadi lo gak usah ikut campur." Ujar Cakka dingin yang membuat Aren menganga tak percaya.

"Lo!" Aren mengangkat salah satu kepalan tangannya, merasa gemas dengan sikap dingin Cakka.

"Gue nanya baik-baik, ya Kka. Dan asal lo tau kalo pertanyaan gue itu sangat penting." Aren menekan setiap kata-katanya terutama di bagian sangat. Menegaskan bahwa ia benar-benar serius.

"Penting buat lo tapi nggak buat gue." Tandas Cakka tajam kemudian berdiri dari duduknya, berjalan menuju kamarnya meninggalkan Aren yang syok.

"Dasar iblis kurang ajar!" umpat Aren kesal.

"Udah sayang, kamu kalo ngurusin urusan mereka gak bakal ada ujungnya. Tenang ya, tenang." Day mengelus pelan puncak kepala Aren, menatap lembut Aren yang tengah merajuk.

"Tapi kan-"

"Ssstt," Aren mendengus saat Day menatapnya dengan tatapan memperingati, membuatnya mau tak mau harus diam.

"Hah," Riko menghela napas kasar.

Tatapannya teralih pada Via yang saat ini terlihat sedang melamun. Ia mengernyit.

"Vi?" panggilnya.

"Via?"

Riko semakin mengernyit saat Via tak menggubris panggilannya, gadis cantik itu terlihat tak bernyawa. Tatapannya entah kemana.

"Via!" panggilnya lagi dengan suara yang lebih tegas.

"Eh? Iya? Hah? Apa? Eh?" Via terlihat linglung, gadis itu melirik kesegala arah dengan ekspresi bingung.

"Lo kenapa, Vi?" tanya Zahra.

"Gue?" tanya Via balik yang langsung diangguki oleh Zahra.

Via tak menjawab, gadis itu hanya menggelengkan kepala. Kembali diam yang membuat Riko, Day, Aren dan Zahra kebingungan. Sementara Gabriel dan Alvin hanya melihat saja tanpa ada niat untuk komentar.

The Reger's ✔Where stories live. Discover now