5. Luluh

125 11 1
                                    

"Pagi Aurora." Sapa Dinan pada Cindy.

Ya, Dinan sudah sembuh dan sudah mulai menjalani rutinitas seperti biasanya. Hari ini ia menjemput Cindy untuk bersama pergi ke kampus, karena kebetulan keduanya sama-sama ada kelas pagi.

"Pagi kurcaci." Cindy tersenyum menunjukkan pipi bolongnya.

"Mana ada kurcaci seganteng gue!" Dinan mendelik sebal.

"Pede lu, gantengan juga Limbad daripada lu."

Dinan tertawa mendengar perkataan Cindy.

"Ayo neng naik, ntar keburu telat."

"Iye bwang. Lo udah sarapan?"

"Belom. Mau sarapannya sama lo. Makanya buruan."

Cindy terkekeh, ada saja memang kelakuan manusia satu ini. Ia pun naik ke motor Dinan. Lalu Dinan melajukan motornya menuju kampus.

Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi ketika Cindy dan Dinan tiba di kampus. Kelas keduanya dimulai pukul 8, akhirnya Cindy menemani Dinan sarapan di kantin.

"Lo ngga makan?" Tanya Dinan sambil menyuapkan bubur ayam ke mulutnya.

"Udah tadi di rumah." Ucap Cindy.

"Makan lagi nih, gue suapin. Aaaa.." Dinan mengarahkan sendok ke mulut Cindy.

"Ngga mau ih, lo aja. Udah kenyang." Tolak Cindy.

"Yaudah."

"Nan, gue boleh nanya?"

"Apa?"

"Devi itu siapa?"

"Oh, temen gue."

"Masa?"

"Bener deh. Kenapa lo kaya ngga percaya gitu?"

"Ya abisnya pas lo sakit tuh lo manggil-manggil dia mulu, lo sadar ngga sih?"

"Hah? Emang iya?"

"Iyaa. Apa dia yang lo maksud waktu malem itu si Devi itu?"

"Gila ya Hap, segitunya efek dia buat gue. Padahal baru kenal."

"Baru kenal?" Tanya Cindy bingung.

Akhirnya Dinan menceritakan pertemuan pertamanya dengan Devi, hingga sekarang hatinya dicuri begitu saja oleh Devi.

"Jadi gitu. Gue sayang dia Cinhap. Gue tau mungkin terlalu cepet, tapi gue selalu ngerasa pengen jagain dia." Ucap Dinan sedikit tak bersemangat mengingat kondisi Devi dan Papah Devi yang membencinya.

Bagaimana dengan Cindy? Sakit. Itulah yang dirasakan Cindy saat ini. Orang yang ia sayangi ternyata menyayangi gadis lain. Ah, andai saja dulu ia menerima Dinan, mungkin rasa sakit yang ia rasakan sekarang tak akan pernah ada.

"Cinhap, kok lo ngelamun?" Dinan menyenggol tangan Cindy.

"Eh gapapa kok, Nan. Lo udah selesai belum makannya? Bentar lagi kelas mulai nih." Cindy mengalihkan pembicaraan.

"Iya udah. Yok gue anter ke fakultas lo, biar ngga ada yang gangguin."

"Yang ada mah lo yang suka gangguin gue!"

"Haha Iyaiya. Eh ntar selesai jam berapa?"

"Jam 6."

"Buseet, lama bener? Gue aja selesai jam 3."

"Mau ada diskusi juga."

"Oh, yaudah ntar gue jemput."

Dinan pun mengantar Cindy sampai ke gedung fakultasnya, setelah itu ia menuju gedung fakultasnya sendiri.

Rewrite The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang