19

3.9K 295 33
                                    

Paper Plane #19

Dia menjauhiku. Itulah kesimpulan yang sudah kuambil. Tiba-tiba Reza pindah sekolah, aku tidak tau kemana. Sudah kutanyakan Mas Rendi, tapi dia juga tidak tau, katanya Reza hanya bilang 'Jangan cari gue, yakinlah kawan, Reza masih hidup.' Setelah itu, tiba-tiba datang akbar dia pindah sekolah, pindah tempat tinggal, bahkan pacarnya sendiri juga tidak tau kemana perginya Reza.

Lalu, setiap hari, sejak Reza menghilang, aku selalu mendapat kejutan-kejutan aneh. Pertama, tiba-tiba ada lima novel datang ke rumah, saat itu ketika aku hendak beli novel. Kedua, setiap aku ingin sesuatu, pasti seseorang mengirimkannya untukku. Ketiga, ketika aku merindukan Reza, sebuah pesawat kertas akan datang ke kamarku. Dia tetap menghubungiku, lewat pesawat kertasnya itu.

Hari ini, aku sudah mendapat pesawat kertas entah sudah yang keberapa. Yang membedakan pesawat kertas ini dari biasanya adalah, hari ini warna hitam.

Hai-hai, ini Alas. Bagaimana keadaanmu?

Baik, Za. Aku merindukanmu.

Aku baik di sini, Cia. Setiap malam aku selalu mendengar teriakkan kawan-kawan, termasuk kamu. Mereka selalu berteriak, "Reza aku merindukanmu!" betul bukan?

Betul sekali, setiap malam aku selalu berteriak seperti itu di dalam hati. Bagaimana kamu bisa mendengar itu?

Katakan pada mereka, Reza juga rindu. Sangat rindu. Aku juga merindukan ikan koi, merindukan Cia.

Apa kamu benar-benar merindukanku?

Maaf. Maaf sudah membuatmu patah hati, maaf karena tidak bisa membalas perasaanmu. Sama, Cia. Sama seperti kamu yang tidak bisa memaksa perasaan untuk hilang, saya pun begitu, saya tidak bisa memaksa perasaan saya agar jatuh cinta ke kamu.

Air mataku tiba-tiba jatuh, rasanya dada ini sangat sesak. Ini begitu menyakitkan, bagaimana bisa aku menangis karena hal ini padahal aku sudah memiliki kekasih? Begitu jahatkah aku?

Mungkin memang aneh, dan memang sudah tak pantas kita membahas hal seperti ini. Lupakan saya. Saya hanya bisa menghargai perasaan tulusmu itu, tapi maaf saya tidak bisa membalas perasaan itu.

Sudah, Cia. Saya lelah, dan saya yakin kamu juga lelah dengan segalanya. Selamat malam.

Salam sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. 587.

Aku melipat kembali pesawat kertas ini, menyakitkan bukan? Ketika dia yang kita harapkan, malah menyuruh kita untuk berhenti berharap. Tapi, Reza benar, ini memang melelahkan. Aku lelah harus selalu menunggu, aku lelah harus selalu memendam, aku lelah dengan segala perjuangan. Aku ingin mengakhiri semua, tapi rasanya sangat susah.

Menyerah

Bintang bertanya padaku,
Mengapa aku terdiam.
Bulan bertanya padaku,
Mengapa aku menangis.

Langit bertanya padaku,
Mengapa aku ingin mengakhiri
Dan aku menjawab,
Tak tau. Aku tak tau bagaimana semua terjadi.

Aku tak tau, bagaimana cerita ini semakin menjadi-jadi.
Aku tak tau, mengapa tiba-tiba ingin mengakhiri.
Yang kutau, aku tak ingin pergi dari tempat ini.

***

"Kak, pergi ke toko buku dulu ya?" tanyaku ke Kak Rizal yang sekarang sedang bermain ponsel di sampingku.

"Nggak, males gue," jawabnya dengan cuek, yah seperti inilah dia belakangan ini.

Aku menghela nafas, "Ayo dong, sebentar aja."

Paper PlaneWhere stories live. Discover now