Part 3

32.3K 1.5K 23
                                    


"Assalamualaikum."

"Bagusss,, kemana saja kamu hah? Jam segini baru pulang sekalian saja gak usah pulang. Dasar anak tidak tahu di untung." Tanpa menjawab salam anaknya Dina langsung menarik hijab Kenzie.

"Maaf bu tadi aku di suruh ke ruangan KepSek katanya aku dapat beasiswa di SMA ternama di jakarta terus pulang nunggu angkotnya lama jadi aku mutusin buat jalan kaki." Kata Kenzie sejujur mungkin tapi tidak membuat ibunya luluh atau iba, Dina seakan-akan menulikan pendengarannya. Dina terus menyeret Kenzie sampai ke teras samping rumah lalu ia mendorong anaknya sampai terjatuh ke tanah.

"Kalau kamu berani melangkah masuk ke dalam saya tidak segan-segan mengurungmu di gudang dengan seribu tikus." Ancamnya yang tidak pernah main-main Kenzie hanya mengangguk patuh lalu Kenzi mengambil air wudhu di keran yang ada di taman samping ia melaksanakan kewajibannya untung ia selalu membawa mukena kemana-mana.
Setelah sholat Kenzie duduk di teras samping rumah hari sudah semakin gelap tak ada bintang, bulan pun tertutup mendung yang pekat.

"Kuatkan hamba ya Allah." Gumamnya lalu menengok ke jendela kaca yang menampakan kedua orang tua dan adiknya lagi bersenang-senang menikmati berbagai makanan di atas meja ruang keluarga membuat perut Kenzie berbunyi nyaring.

"Ckkk si tong sampah minta di isi juga hah, tenang aku masih punya stok nasi goreng sisa tadi pagi aku harap kamu tidak memuntahkannya biar kuat buat hari esok." Tangan Kenzie menggeledah tas lalu ia membuka wadah makanan tadi pagi. Kenzie mulai menyuapkan nasi goreng yang sudah tak enak di makan itu sampai habis.

"Alhamdulillah akhirnya kenyang juga. Hmmm mudah-mudahan tidak hujan." Tapi harapannya lenyap karena gerimis pun sudah berlomba tuk membasahi bumi.

Kenzie mencari tempat yang tidak kena air hujan tapi apalah memang terasnya sempit yang pastinya akan kena air hujan semua.

Kenzie menyelamatkan buku serta isi tasnya dari air hujan ia masukkan ke plastik lalu ia masukan lagi ke dalam tas.

Hujan pun makin deras baju Kenzie sudah setengah basah ia hanya berharap hujannya cepat reda kalau sampai pagi bisa mati kedinginan disini pikirnya.

Ia menengok ke arah jendela lagi kedua orangtua dan adiknya sedang bercanda gurau ibunya mengelus rambut Lorenza yang ada di pangkuannya seketika membuat mata Kenzie memanas padahal sudah menjadi makanan setiap hari ia di perlakukan tidak adil tapi hati ini rasanya masih sama sakitnya.

"Tidak kah kau sudah kebal Zie janganlah iri dengan saudara mu, jangan terlalu berharap lebih masih untung sudah di kasih makan dan tempat tinggal." Lirihnya lalu tetes demi tetes air mata pun membasahi pipinya yang sudah basah karena air hujan.
Kenzie menyenderkan kepalanya di lutut ia terisak pelan tubuhnya sudah menggigil karena dingin.

Entah kesalahan apa sampai orang tuanya tega memperlakukannya seperti ini. Kata orang hidup itu pilihan tapi tidak untuk Kenzie kalau saja hidup boleh memilih ia tidak ingin hudup di keluarga seperti ini.

Kasih sayang itu seperti aliran darah yang kan terus mengalir dan takkan bisa dihentikannya
Kasih sayang itu seperti nafas karena jika menyakiti maka diri sendiri yang akan merasakan sesaknya
Jangan samakan kasih sayang dengan cinta karena jika cinta sudah terjatuh maka harus menerima rasa sakit karena hati yang terluka

Ceklek
Suara pintu terbuka mengagetkan Kenzie yang sedang menunduk memeluk lutut. Kenzie melihat ke arah pintu lalu mendongakan kepala melihat wajah ibunya. Kenzie langsung bersimpuh memeluk kaki sang ibu.

"Ibu, maafkan Kenzie bu, ampuni Zie." Lirihnya dan kembali terisak.
Dina melepaskan tangan anaknya lalu menendangnya sampai membuat Kenzie terjatuh kebelakang.
Kenzie hanya diam dalam tangisannya yang bercampur dengan air hujan ia melihat ibunya yang berkacak pinggang.

"Masuk!" Perintahnya lalu Dina melenggang pergi begitu saja.
Kenzie tersenyum samar lalu bergumam.

"Terimakasih bu, aku sayang ibu." Lirih Kenzie yang masih bisa di dengar Dina.

Kenzi masuk dengan tubuh lemah sudah hampir tengah malam dengan hujan yang menemaninya ia hanya berharap di jauhkan dari sakit.

Kenzie masuk ke dalam kamar lalu langsung menuju ke kamar mandi, ia mengguyur tubuhnya yang masih mengenakan seragam sekolah dengan air hangat kemudian terduduk di bawah guyuran shower berharap rasa dingin di tubuhnya akan segera hilang dengan rasa hangat dari air.
Setelah dirasa tak ada perubahan di tubuh Kenzie menyudahi ritual mandinya.

Waktupun terus berputar Kenzie tak bisa mengabaikan rasa tidak nyaman dalam tidurnya ia terbangun memegang kepala yang terasa sakit dan berputar-putar badannya pun terasa panas.
Ia membuka laci samping ranjang lalu ia mengambil obat agar rasa sakitnya berkurang, ia meminum obat sakit kepala lalu melanjutkan tidur.

"Jangan sakit Zie, kamu harus kuat jangan manja karena hanya kamu sendiri yang peduli dengan dirimu." Lirihnya, kata-kata itu yang selalu ia ucapkan seperti mantra penyemangat untuk dirinya sendiri.

Jika tak ada penopang dalam keterpurukanmu
Apa yang akan kamu lakukan?
Menangis, berteriak juga percuma karena takkan ada orang yang peduli dengan keadaanmu
Hanya kepadaNya yang menjadikan dirimu kuat

---

Hari libur pun telah tiba Kenzie sudah menyiapkan bekal buat orang tua serta adiknya yang akan berlibur keluar kota.
Setelah semua siap Kenzie membawanya ke dalam mobil beserta koper-koper mereka. Bagi Kenzie ini hal biasa dari mengurus rumah sampai semua kebutuhan di dalam rumah itu tugas Kenzie sedari kecil Kenzie sudah mandiri ia selalu menurut tidak pernah membangkang karena ia tidak mau dapat hukuman dari kedua orang tuanya yang selalu membekas di kulit tapi apalah dayanya karena setiap hari ia selalu mendapatkan hukuman dari orang-orang rumah.

"Sudah Kenzie masukin semua bu." Ujarnya yang di balas tak acuh oleh Dina.

Dina keluar rumah menggandeng suami serta anaknya Lorenza sebelum masuk mobil Dina mengatakan sesuatu kepada Kenzie yang harus di patuhi.

"Jaga rumah baik-baik awas kalau ada yang hilang saya akan hukum kamu, jangan keluyuran, jangan bikin malu keluarga kalau ada yang mengadu ke saya tentang kamu awas ajah kamu tahu sendiri kan saya tidak segan-segan buat hukum kamu. Ingat itu." Lalu masuk ke dalam mobil begitu saja. Kenzie hanya menganggukan kepalanya mendengar kata-kata ibunya.
Lorenza melihat ke arah Kenzie lalu menjulurkan lidah meledek sang kakak.

"SAMPAH!!" Ucap Lorenza tanpa suara, Kenzie hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang menggemaskan menurut Kenzie.

"Hati-hati di jalan Bu, Yah, selamat bersenang-senang dek." Kenzie menjulurkan tangan berniat salaman dengan kedua orang tuanya tapi kaca mobil langsung di tutup. Kenzie menarik tangannya kembali seketika mobil melaju di hadapan Kenzie begitu saja. Kenzie refleks memundurkan kakinya sambil mengelus dada.

"Astagfirullah al'azim, lindungilah mereka ya Allah." Kenzie berjalan masuk ia berencana untuk mencari pekerjaan sambil mengurus beasiswanya.

Yang TertinggalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora