13

11.6K 477 6
                                    


Diam, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menutupi semua luka ini tanpa ada satu pun yang tahu.

~~~~

Malam, gelap dengan pancaran bulan dan bintang disana. Diandra kini ia tengah berada di balkon kamarnya, menikmati angin malam yang membendung.

Entah kenapa Diandra sangat menyukai bintang, ia rela menemani bulan di kegelapan membantu memancarkan sinarnya. Diandra memejamkan matanya saat angin menerpa wajahnya, rambutnya ia biarkan terurai.

Jeddarrr.....

Diandra terkejut mendengar suara petir diatas sana, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Ia berjalan mundur untuk memasuki kamarnya.

Tiba tiba hujan datang dengan sangat deras tak lupa petir yang mengkilat dan gluduk di atas sana. Diandra meringkuk diatas kamarnya, ia menutupi telinganya. Air mata mulai membasahi wajahnya, ia takut ia takut dengan semuanya.

Biasanya orang akan senang dengan hujan karena hujan bisa membuat kita tenang dan jika kita menangis dibawah hujan maka kita tidak akan ketahuan jika kita menangis, hahhh lucu ya.

Tapi tidak dengan Diandra ia tidak suka dengan hujan bisa juga disebut ia benci dengan hujan. Ia punya trauma tentang hujan yang hampir membuat dirinya dan orang yang ia cintai tewas.

Tiba tiba semuanya gelap, lampu kamar yang ia buat untuk menerangi kamarnya tiba tiba mati. Pandangannya kini hanya gelap yang ia lihat hanya kegelapan tanpa sedikit  pun cahaya.

Diandra semakin terisak ia memeluk tubuhnya yang mulai bergetar, rasa takut semakin terasa ia meraung tidak jelas.

"Jangan jangan.... Diandra gak mau semuanya pergi Diandra sayang mereka"

"Tolongggg" teriak Diandra yang tak jelas karena suara yang serak

"Diandra benci hujan hikss dia udah buat orang yang hikss diandra sayang hampir pergi hikss jangan"  ucapnya lagi.

"Diandra sayang bukan bunda disini Diandra"

"Dekk buka dekk"

"Sayang disini ada ayah jangan takut buka pintunya  sayang"

Teriak mereka semua diluar kamar Diandra,  mereka cemas dengan keadaan Diandra saat ini mereka takut trauma Diandra semakin menjadi.

"Tolong Diandra tolong" ucap Diandra semakin lemah, tubuhnya lemah akibat ia ketakutan dan air mata yang selalu turun tanpa henti.

"Yahh gak ada balasan dari Diandra bunda takut Diandra kenapa napa di dalam sana yah" ucap April disamping Arsen kini April mulai terisak ia tidak ingin anak bungsunya kenapa napa. Arsen yang melihat istrinya menangis pun langsung mendekapnya ia menyalurkan kekuatan untuk istrinya yang rapuh.

"Malvin dobrak aja Yah Bun Malvin gak mau kenapa napa sama Diandra" ucap Malvin yang diangguki oleh keduanya, ayah dan bundanya pun mundur sedikit untuk memberi ruang untuk Malvin.

Satu dobrakan tidak berhasil namun Malvin tidak menyerah begitu saja ia diam sambil memejamkan matanya ia berdoa kemudian membuka matanya dan menghela nafasnya pelan.

"Yaallah bantu Malvin untuk membuka pintu ini, semoga Diandra di dalam sana baik baik saja"

Brakkk....

AndreasWhere stories live. Discover now