41

6.1K 230 1
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.

Semoga suka sama cerita aku ini yang absurb hehehe.

Happy reading teman!!

~~~~

Diandra sekarang tidak mementingkan dirinya sendiri, yang penting sekarang dirinya harus menjauh dari wanita itu.

Gadis itu mengabaikan tatapan murid padanya. Rambut yang berantakan, air mata yang mengalir di pipinya dan keringat yang membasahi tubuhnya ia abaikan sekarang.

Diandra terus berlari menjauhi area taman itu, ia berlari tanpa memperdulikan ocehan murid yang tidak disengaja ia tabrak.

Diandra mengusap air matanya di sela sela ia berlari. Ia harus menjauh dari wanita itu ia tidak ingin semuanya terjadi lagi.

Bruk...

Kini Diandra terjatuh akibat ia tidak sengaja menabrak dada bidang seseorang. Ia tidak menggubris rasa sakit akibat ia tersungkur.

Seperti sebelumnya ia masih menangis, ia menundukkan kepalanya dengan bahu yang naik turun akibat ia menangis.

Rambut yang menutupi sebagian wajah Diandra membuat pria di depan Diandra sulit mengenali wanita yang tidak sengaja menabrak dirinya.

Pria tersebut menundukkan tubuhnya, ia menyibak rambut Diandra agar pria tersebut bisa melihat wajah Diandra.

Semua murid juga menatap Diandra heran, ada apa dengan wanita itu sehingga bisa menangis dengan keadaan begitu?

Pria tersebut kaget melihat wajah Diandra, ternyata adiknya lah yang tidak sengaja menabrak dirinya.

"Dek kamu kenapa? Kenapa nangis gini?"

Diandra yang semula menunduk sekarang ia mendongakkan kepalanya mendengar suara khawatir kakak pertamanya, ya dia Malvin.

Tanpa aba aba Diandra memeluk Malvin, ia menangis di dada Malvin membuat Malvin semakin heran ada apa sebenarnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Malvin sekali lagi, Diandra tidak menjawab pertanyaannya.

Malvin membantu Diandra berdiri dan ia membawa Diandra duduk. Tidak nyaman jika duduk di teras begitu apalagi semua pasang mata murid mengarah pada mereka.

Diandra menarik nafas dan membuangnya setelah tangisnya mulai mereda.

"Kamu kenapa?" Tanya Malvin sekali lagi.

Diandra menoleh pada Malvin yang sedang menatapnya, ia menundukkan kepalanya karena ingatan itu kembali terlintas di pikirannya.

Malvin memegang dagu Diandra dan mengangkatnya. "Jangan nunduk, jangan biarkan mahkotamu jatuh" Diandra hanya membalasnya dengan senyum tipis.

"Abang tanya lagi, kamu kenapa bisa gini?"

"Aku ketemu diva bang" ucap Diandra pelan namun bisa didengar oleh Malvin.

Tangan Malvin turun dari dagu Diandra mendengar ucapan adiknya ini. "Dia apakan kamu?" Tanya Malvin.

Kini suara Malvin berubah, yang awalnya khawatir kini terdengar dingin. Ia menatap datar di depannya.

Diandra hanya menggelengkan kepalanya. "Kalau dia gak ngapain kamu, kenapa kamu nangis?"

Diandra menarik nafasnya pelan. "Tiba tiba ingatan tentang dia terlintas di pikiran aku dan ternyata dia adalah sepupu kak Andreas"

Malvin terdiam. Jika memang hanya sepupu saja mengapa terlihat bukan seperti itu?

"Di kamu gapapa?" Ucap seseorang membuat Diandra dan Malvin mengangkat kepalanya.

AndreasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang