5. ...

380 61 5
                                    

Mingyu duduk di sofa dalam ruangan Seungkwan yang kini menjadi ruangan Hangyeol. Wanita itu tidak merubah apapun dalam ruangan itu, dan Mingyu terkadang masih merasa Seungkwan ada disana, duduk di belakang layar komputer ,bekerja seperti biasa dan ketika Mingyu datang dia akan melihat ke arahnya nya kemudian tersenyum.

Mingyu tidak sengaja meraung kesal ketika sadar bahwa orang di balik layar komputer itu bukan lagi Seungkwan.

"Kenapa sih? Bikin kaget." Hangyeol menggerutu karena terkejut dengan raungan Mingyu.

Pria bertubuh besar itu tidak menjawab, dia hanya cemberut dan memandang Gyeol dengan tatapan sedih. "Apa kamu bisa menghubungi Seungkwan?" Dia bertanya dan Gyeol menggelengkan kepala nya. Mingyu sudah menduga dengan jawaban Gyeol, tidak ada seorangpun yang bisa menghubungi pria itu sejak dia pergi lebih dari 2 bulan lalu.

"Gyu, i know you missed him, me too, the others too, tapi aku lagi banyak kerjaan jadi tolong berhenti mengerang dan ngagetin aku." Gyeol berkata, kemudian kembali mengerjakan pekerjaan nya.

Mingyu belum diizinkan kembali ke dapur, selama 2 minggu ini dia hanya bisa memeriksa Wine, atau sekedar membantu Gyeol dengan pekerjaan nya, kadang dia berada di rumah dan sibuk sendiri di dapur nya. Mingyu terus mencari kesibukan untuk mengalihkan sesuatu, tentu mengalihkan nya dari memikirkan Seungkwan. Walaupun dia tau itu tidak mungkin.

Gyeol mengintip Mingyu dari balik layar komputer nya, dia melihat Mingyu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ada wajah frustasi dan lelah disana. Gyeol merasa iba melihat keadaan Mingyu. Dia menghentikan pekerjaan nya dan berdiri, duduk di sebelah Mingyu, bersimpati dengan pria tinggi itu.

"Wanna talk?" Gyeol bertanya. Mingyu menoleh ke arah nya. Mingyu ingin sekali tapi dia tidak tahu mulai dari mana. Mingyu bisa saja menceritakan pada Gyeol soal kejadian sehari sebelum Seungkwan pergi, dan bagaimana hatinya di buat galau oleh pria itu, tapi dia tidak bisa, karena semua terasa samar, dan Mingyu tidak tahu bagaimana dia harus menggambarkan atau menceritakan masalah itu. Jadi dia hanya bisa menggeleng.

Gyeol menghela nafas nya. "Kim Mingyu, kamu terlalu merindukan nya." Gyeol berkata, seakan bisa membaca apa yang dipendam oleh nya. Gyeol memang benar, mungkin saat ini tidak ada kata lain yang tepat yang menggambarkan perasaan Mingyu kepada Seungkwan kecuali kata Rindu.

"Dia juga pasti merindukanmu, jauh dari orang yang dia sayangi pasti juga sulit buat Seungkwan." Gyeol berkata. "Kamu tahu kan dia menyayangimu mu?" Gyeol bertanya.

"Tentu, kita sudah berteman selama 15 tahun. Tidak akan semudah itu kita berpisah." Mingyu mencoba mengalihkan topik pembicaraan, walau dia tahu apa yang Gyeol maksud susungguhnya.

Gyeol mengernyitkan dahinya, "Bukan Gyu, bukan perasaan itu yang aku bicarakan, Seungkwan menyayangimu lebih dari sekedar seorang teman." Gyeol berkata.

Mingyu menatapnya tajam, heran, bagaimana dia tahu soal itu, Mingyu saja baru menyadari nya ketika dia akan pergi. "Darimana kamu tahu?" Mingyu bertanya.

Gyeol tersenyum. "Aku selalu tahu, Seungkwan melakukan segala nya buat kamu. Selama 3 tahun aku bekerja disini tidak ada satu hal pun yang Seungkwan lakukan tanpa memikirkanmu. Dan mungkin semua orang tahu akan hal itu." Gyeol berkata yakin. Yakin karena dia tahu.

"Aku? Restoran ini maksud kamu, dia melakukan segala nya untuk restoran ini." Mingyu menyangkal. Mingyu tahu tapi dia hanya ingin mengetahui apa yang Gyeol ketahui soal perasaan Seungkwan, dan apa yang Seungkwan lalukan untuk nya.

Gyeol menggelengkan kepala nya. "Buat kamu. Kamu tau ga seberapa mudah nya membuat restoran sebagus ini untuk terkenal?" Mingyu menggeleng. "Beberapa bulan saja dengan menjual suasana, tapi Seungkwan butuh waktu hampir setahun, karena dia tidak mau menjual itu, yang ingin dirinya jual adalah makanan. Dia mengutamakan makanan yang kamu buat, your pride as a chef. Not his pride as businessman."

CONGRATULATION, I MISSED YOU, I LOVED YOU....Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ