PART-19

61.4K 2.6K 15
                                    

"Detak jantungnya melemah dok"

Lukman langsung menggunakan alat kejut jantung untuk anak itu agar detak jantungnya kembali stabil, namun masalah lain datang lagi.

"Pernafasannya mulai terganggu dok"

"Sepertinya ada masalah, kita selesaikan operasi ini secepatnya"

Mereka segera menyelesaikan operasi ini, dan sepertinya anak ini tidak mungkin selamat Karena melihat kondisinya yang seperti ini.

Tutt...tutt..ttutttttt.....monitor berbunyi nyaring menandakan jika anak itu sudah meninggal, mereka merasa gagal dan terduduk lemas di lantai ruang operasi yang hanya bisa meratapi kegagalan mereka dalam menyelamatkan anak ini.

"Kita gagal" ucap frustasi Salma.

Suster Yuni keluar dari ruang operasi, dan berlari kearah kerumunan para tentara yang sedang berkumpul.

"Maaf mengganggu"

"Ada apa?"

"Dimana keluarga anak itu?"

"Memangnya apa yang terjadi?"

"Anak itu meninggal saat melakukan operasi pengangkatan peluru di kepalanya, dan kami harus menyerahkan anak itu pada keluarga untuk dimakamkan"

"Tapi anak itu tidak memiliki keluarga"

"Itu artinya dia sebatang kara?"

Mereka mengangguk, suster Yuni terlihat bingung ia kembali berlari untuk mengatakan hal ini pada mereka.

Mereka masih di ruang operasi dan Baru selesai membersihkan tubuh anak itu dan menutupnya dengan kain kafan, lalu dimasukan kedalam peti kayu. Suster Yuni datang kembali.

"Gimana sus? Keluarganya dimana?"

"Anak itu dia hidup sebatang kara, keluarganya terbunuh"

"Lalu gimana ini?"

"Kita makamkan saja di sekitar sini, setidaknya dia bisa istirahat dengan tenang"

****
Setelah selesai pemakaman, mereka pergi kekantin barat untuk makan siang Karena sudah memasuki jam makan siang.

"Kasian anak itu harus menderita di usia semuda itu"

"Gua gak habis pikir, dimana letak otak mereka sampe orang yang gak berdosa di bunuh gitu aja!!"

"Iya, seharusnya di usia itu mereka menikmati masa kecil dengan indah dan penuh tawa tapi di renggut paksa oleh mereka yang gak bertanggung jawab"

Kirana hanya memainkan makanannya ia tidak nafsu makan sama sekali mengingat penderitaan anak kecil itu.

"Mbak ki? Kenapa gak dimakan? Kangen yah sama pak Kenneth" goda Dio yang membuat mereka tersenyum.

"Gua gak mikirin Kenneth, gua cuma pikirin nasib anak-anak disini yang harus hidup dengan kondisi negara seperti ini. Dimana pemerintah yang seharusnya melindungi anak-anak? Dimana pemerintah yang harusnya selalu ada disaat rakyatnya seperti ini?"

Mereka mengerti yang dirasakan Kirana, mereka juga merasakan hal yang sama rasa iba dan kasihan hanya itu yang bisa mereka berikan.

"Besok kita bakalan berkunjung ke salah satu menara tenaga surya di sini" ucap Dio yang memberi tau mereka.

"Ngapain kesana?"

"Kita bakalan ambil sampel darah para pekerja disana, dan bantu-bantu jika ada kecelakaan kerja"

Mereka mengangguk mengerti dan melanjutkan makan siang mereka.
.
.
.
.
Kenneth turun dari dalam mobilnya dan langsung lari masuk kedalam rumah orang tuanya, ia membanting pintu cukup keras hingga membuat semua orang yang ada disana melihat kearahnya.

Matanya menangkap sosok perempuan yang dulu meninggalkan tengah duduk dengan pria yang mengambil miliknya, dan menampilkan senyuman seperti orang tidak punya salah sama sekali.

"Kenneth?"

"Ma, anak-anak mana?"

Hal itu yang ia tanyakan pertama kali setelah ia tiba dari URK.

"Mereka ada di rumah Dylan, gimana keadaan Kirana?"

Kenneth menghela nafas lega ketika tau anaknya bersama Dylan, ia tidak ingin anaknya mengenal sosok perempuan yang sudah meninggalkan mereka. Walaupun mereka melihatnya ia tidak akan mengatakan jika dia adalah Ibunya.

"Kirana baik-baik aja, berkat Dio sama Salma"

"Duduk dulu, Bi ambil minum buat Kenneth! Dio sama Salma emangnya apa yang mereka lakuin?"

"Mereka berdua berusaha buat obat untuk Kirana yah walaupun di bantu profesor Ardi dan hasilnya bagus, Kirana langsung sembuh tanpa membutuhkan waktu lama" cerita Kenneth yang melihat bagaimana perjuangan mereka menyelamatkan Kirana.

"Wah hebat, Papa bakalan rekomendasiin mereka buat jadi profesor di rumah sakit kita dan bakalan papa kasih penghargaan buat profesor Ardi"

"Kenneth, sebaiknya Kamu pergi istirahat sana kamu pasti cape kan"

Kenneth mengangguk lalu pergi masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, didalam kamar Kenneth menghubungi anak buahnya untuk mengetahui kondisi keempat anaknya.

"Hallo, anak-anak gimana?"

"....."

"Syukurlah, biarkan Mereka disana dulu sampai Kirana pulang"

"....."

"Nanti saya transfer uang buat mereka, perketat penjagaan disitu jangan sampai ada orang asing yang datang kecuali ada keperluan dengan Dylan. Jika ada orang yang mencurigakan awasi takut terjadi sesuatu"

"....."

Tuttt...Kenneth mematikan sambungannya dan membaringkan tubuhnya yang lelah karena menempuh perjalanan cukup jauh.
.
.
.
.
Malam hari di URK begitu dingin, tapi tak membuat mereka menyerah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan medis disini.

"Kalo siang panas, kalo malam dingin" ucap Yuni yang berada di hadapan api unggun bersama yang lain.

"Tapi sekarang hangatkan?" Lukman memakaikan jaket yang ia gunakan kepada Yuni.

"Cieeee... Tanda-tanda balikan nih!!" ejek mereka.

"Apaan sih, nih makasih"

Suster Yuni langsung pergi kedalam basecamp, Dokter Lukman menyusulnya memberi sinyak kuat bahwa mereka akan kembali membangun cinta mereka.

"Caelahh pake acara kabur segala lagi, kaya di film india aja"

Dokter Anastasya dan suster Bella datang ikut bergabung, Kirana langsung memasang wajah tidak suka padanya.

"Malam semuanya, besok aku ikut sama kalian berkunjung ke menara tenaga surya yah" ucapnya dengan suaranya yang cempreng dan gaya centilnya.

"Yailah lo ikut kata Alex Karena lo Dokter jadi ikut, tadinya gua pikir lo biduan kampung sini ternyata lo Dokter yah?" ucap Kirana dengan sikap juteknya dan tidak perduli dengan tatapan tidak suka mereka berdua.

"Ihh...nyebelin banget sih saya ini Dokter tau gak dan calon profesor di rumah sakit BARATADIKARA HOSPITAL ngerti"

"Calon profesor? Aduhh maaf calon PROFESOR ataa perkataan saya tadi saya sungguh sangat senang mengejek anda"

Kirana dana Anastasya sudah saling memberikan tatapan mematikan, mungkin jika ada yang melihatnya tatapan mereka terdapat laser merah yang beradu. Mereka yang disana hanya bisa memutar bola matanya mereka jengah dengan sikap kedua dokter ini.

Mereka selalu seperti ini jika di pertemukan, jadi melihat mereka bertengkar sudah jadi makanan sehari-hari para pekerja rumah sakit.

"Jangan sampe gua kasih tau kesemua orang disini kalo dulu waktu kuliah lo-"

"Apa?" tanya Kirana ketus.

"Kalo lo pernah nembak Kak Vero dan di tolak!!"

Mereka langsung tersedak oleh makanan mereka sendiri-sendiri, blushh Kirana yakin sekarang wajahnya pasti sudah berubah menjadi merah Karena malu rahasianya di bongkar.

"Dan Kak Vero milih gua!" ucap Anastasya bangga.

"Dan gak lama kak Vero ninggalin lo, karena lo mirip ondel-ondel terus nembak gua dan jadian sama gua"

To Beatiful Doctor From My Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang