8

4.1K 775 16
                                    

Jinhyuk kira Wooseok akan memprotes bahwa Jinhyuk baru saja minum dan malah menyetir, tetapi Wooseok tampak sedang larut dalam pikirannya. Ia bahkan tidak melontarkan sepatah kata pun selama di perjalanan. Sepertinya ia masih terguncang setelah kejadian tadi.

Jinhyuk ingin mengusap kepala Wooseok untuk membuatnya merasa lebih baik, seperti apa yang dilakukan Hangyul dan Seungwoo, tetapi menurutnya mereka tidak sedekat itu untuk Jinhyuk bisa seenaknya menyentuh Wooseok.

Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Tempat ini memang bukan tempat yang ideal untuk makan (kecuali kalau mereka ingin duduk di atas rumput di tengah dinginnya malam, apalagi di daerah setinggi ini), tetapi mereka bisa makan di dalam mobil sambil melihat pemandangan di depan.

"Wooseok," panggil Jinhyuk, membuat pria manis tersebut akhirnya mengalihkan pandangannya dari ponselnya untuk melihat pemandangan di depan.

Dari ketinggian tersebut, mereka bisa melihat kelap-kelip lampu kota, dan jika menoleh sedikit ke atas, mereka bisa melihat langit malam yang dipenuhi dengan kilauan bintang-bintang. Jinhyuk sudah cukup sering melihat pemandangan ini, membuatnya tidak sekagun saat ia pertama kali melihatnya. Ia lebih memilih untuk fokus melihat bagaimana mata Wooseok melebar dan berbinar, dengan mulutnya sedikit terbuka, sebelum pria itu menoleh ke arah Jinhyuk.

"Bagus, kan?" Jinhyuk tersenyum. "Kita makan di mobil aja. Gue cuma mikir kalo lo ngeliat ini mungkin bakal kehibur dikit."

"Lo tau tempat ini dari mana?"

Mendiang ibunyalah yang memperkenalkannya pada tempat ini. Dulu ibunya sering membawanya dan adiknya kesini ketika ayah mereka sibuk bekerja di luar negeri. Walaupun jawabannya sudah berada di ujung lidahnya, ia hanya mengedikkan bahunya, "Rahasia," katanya.

Jinhyuk mengambil plastik makanan mereka dari paha Wooseok, agak puas ketika merasakan makanan mereka masih hangat. Dengan hati-hati, ia membuka bungkus makanan Wooseok dan menyiapkan peralatan makannya sebelum memberikannya kepada Wooseok. Setelah itu ia menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

Mereka makan dalam diam, dengan Wooseok terfokus pada pemandangan di depan mereka, dan Jinhyuk terfokus pada steaknya. Kesunyian tersebut tidak terlalu mengganggu Jinhyuk, sampai akhirnya Wooseok mulai berbicara lagi.

"Gue selalu ngira kalo di Seoul ga bakal bisa liat bintang di langit." Jinhyuk tidak merespon, membuat Wooseok melanjutkan perkataannya. "Gue ga lahir di sini. Di tempat gue dulu, kalo ngeliat ke langit pasti bisa ngeliat bintang. Seoul ga kayak gitu. Yang keliatan cuma gedung-gedung tinggi."

"Lo kenapa pindah ke sini?"

"Karir. Sejak gue umur 14."

Jinhyuk mau berkomentar bahwa usia tersebut terlalu muda untuk fokus bekerja, tetapi fakta tersebut cukup jelas dan ia yakin Wooseok sudah tau apa yang ia pikirkan walaupun ia tidak menyuarakannya.

"Gue kesini sama Yohan, latihan bareng juga." Mungkin Jinhyuk bisa menanyakan Yohan untuk lebih detilnya. "Gue ga tau kami bakal bisa sejauh ini," tawanya terdengar kering. "Gue juga ga tau di Seoul bisa liat bintang ternyata."

"Sama-sama."

"Jangan kepedean juga lo, ya." Walaupun kata-katanya menusuk, Jinhyuk bisa melihat senyuman lembut Wooseok yang sedang menikmati pemandangan di depannya. "Tapi, ya, makasih. Buat yang tadi, dan buat yang ini juga."

"Oho? Gue ga tau lo tipe orang yang suka bilang makasih."

"Emang nggak. Tapi yang di restoran tadi..."

"Tadi lo keliatan ga nyaman," jelasnya sembari merapikan kotak makanannya yang telah kosong. "Lo seharusnya ngomong aja kalo ada yang bikin lo risih. Gue yakin fans lo bakal ngerti."

"Ga segampang itu. Wooshin itu idol, dia ga bisa asal ngomong kayak gitu."

"Wooshin emang ga bisa," Jinhyuk menyutujuinya, membuat Wooseok menatap matanya. Di saat itu, Jinhyuk dapat mengagumi indahnya mata Wooseok yang berbinar, menyatu dengan kelap-kelip lampu di balik jendela di belakangnya. Hampir seperti lukisan yang dipajang di museum. "Tapi Kim Wooseok bisa."

Wooseok terdiam sejenak, sampai akhirnya suara yang hampir seperti sebuah tawa keluar dari tenggorokannya.

"Gue serius nih. Wooseok sama Wooshin itu beda." Jinhyuk bersikeras meyakinkan Wooseok yang masih tertawa. "Dari tadi gue ngomong sama Wooseok, kan?"

"Iya, Jinhyuk." Wooseok tertawa lagi, sembari menyeka air matanya yang sedikit keluar. "Mungkin lo bener."

________

TBC

________

hih yang kemaren panjang yang jni kependekan;_; yasudahlah ya mau begimana lagi

aku kayaknya double up lagi
mau ngejarin up all chapter sebelum mulai kkn:) kalo udah mulai, takutnya ga bisa up lagi

teruntuk kepada para pembaca yang suka diam aka silent readers: tinggalkan komen dong biar aku tau reaksi kalian pas baca:(

Thanks for reading^^
Vomments would be appreciated✨

Blackmailed?; Weishin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang