Chapter II

314 26 0
                                    


Hatiku sudah terlanjur jatuh padanya dan juga hancur karenanya, aku terlalu mengiba padanya untuk mencintaiku. " I've lost somebody, who wasn't even mine".

Kau bertanya, apakah aku membencinya? Dan akan kukatakan.

Ya, aku sangat membencinya, tapi cinta yang kurasakan padanya lebih dalam lagi, aku lelah mencintainya meski nanti dia mungkin bukan jadi milikku lagi, karena memang dulu hingga saat ini dia bukan milikku. Lantas kau bertanya padaku, apakah aku membenci wanita yang selalu berada disampingmu itu?

Tidak Adrian, aku tidak membencinya. Mana mungkin aku membenci wanita yang telah membuat pria yang kucintai tersenyum bahagia, lalu kau bertanya padaku lagi, apakah aku cemburu? Tentu saja, tapi, aku cemburu pada siapa? Kau? Hatimu? Untuk apa? Sedangkan aku tak pernah singgah dihatimu meski hanya sesaat.

Setiap hembusan nafasku, aku hanya mengingat setiap rasa sakit yang dia torehkan. Apakah aku harus bertahan dalam ikatan suci ini? Sementara dia sama sekai tidak mencintaiku, meski ribuan kali sudah kucoba agar dia mau mencintaiku tapi tetap tak pernah behasil. Dan pada akhirnya aku menyerah. Aku tak sanggup lagi menahan caci maki yang dia lontarkan pada anaknya sendiri.

Saat ini, aku dan putraku Revan sedang berada disebuah gedung dimana suatu ikatan suci akan terputus, ya aku dan Revan berada di Pengadilan agama. Aku yang mengajukan cerai pada akhirnya. Aku sudah tak sanggup menahan rasa sakit ini, tak mengapa bila aku yang dia sakiti. Tapi dia pernah menyakiti anakku meski hanya sekali. Revan anakku, aku mempertaruhkan nayawa untuk melihatnya. Revan jiwaku, hatiku, darahku, nafasku, dia segalanya bagiku. Aku tak akan pernah rela jika Revan disakiti, sekalipun kau adalah ayah kandungnya.

" Bunda," aku menoleh pada mahluk kecil yang duduk manis disampingku.

" ya sayang, kenapa?" tanyaku sambal mengusap kepalanya.

" tadi aku liat ayah disana, sama tante Dira" jawabnya.

aku melihat arah yang dimaksud anakku, " ada Dira disana"

aku membalas senyum ketika dia tersenyum padaku.

" kenapa ayah gak kesini, bunda?" Revan bertanya lagi.

" ayah lagi ngobrol sama tante dira kan sayang, nanti setelah selesai ngrobrol sama tante dira, pasti kesini" jawabku.

Revan hanya mengangguk mengerti.

Aku menoleh ke sembarang arah agar tak melihat kemesraan yang Adrian dan Dira tunjukan, meski aku akan bercerai dengannya, tapi haruskah seperti ini?

" Anggun," aku menoleh arah sumber suara ketika namaku dipanggil." Apa kamu yakin akan bercerai dengannya?"

Aku tersenyum pada pria yang menanyakan hal itu. " iya, aku yakin.  Kenapa kamu menanyakan hal itu lagi, aku sudah yakin Pak Pengacara"

" Entah mengapa aku yak tak yakin akan hal ini, Anggun.  Aku mengenalmu sejak lama, sejak dulu, bahkan semenjak kita masih berseragam putih merah. Terlalu mengenalmu melebihi diriku sendiri" ujar ditya Pengacaraku, Sahabatku dan kakaknya Dira.

" seperti katamu, kamu mengenalku sejak kita kecil artinya kamu gak harus tanya lagi, bahwa aku benar-benar ingin berpisah dengannya, ditya" jelasku.

" aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, Anggun. Karena sampai detik ini, kamu gak cerita sama aku. Dan percuma kalua aku paksa kamu, gak aka nada jawaban sampai kapanpun juga, kecuali kamu yang mau cerita sama aku"ujar ditya

" suatu saat nanti, ketika hatiku sudah mulai tenang, aku akan bercerita semuanya padamu. Saat ini aku hanya akan menyimpannya sendiri, aku hanya ingin semua cepat selesai dan kembali ketempat asalku dulu dimana aku dibesarkan. Dimana gak ada sosoknya yang terlihat, meski hanya bayangannya saja" ujarku.

" Apa kau yakin? Kamu tahu besarnya perasaan ini sama kamu dan merelakan wanita yang aku cintai memilih jalan hidupnya. Dan kini wanita itu menangis, terluka karena pria yang ia pilih, apa kau fikir , aku akan merelakannya dia melakukan itu padamu?" ujar ditya lagi.

Dan aku hanya kembali tersenyum " apa yang aku pilih dulu, tak akan pernah aku sesali, karena aku yang memilihnya, aku yang meminta padaNya, dan aku tak pernah menyesalinya. Dan kau tahu kenapa?"

" aku tahu, Revan yang membuatmu bertahan, revan yang membuatmu kuat menghadapi semua masalah yang kau hadapi, aku tahu itu" jawabnya. " aku akan selalu ada untukmu, sampai kapanpun"

" aku tahu, ditya. Tapi, ini sudah waktunya kau melepasku, melepaskan perasaan itu, bahagialah dengan wanita yang sangat mencintaimu. Jangan pernah berharap apa yang tidak akan pernah terjadi diantara kita, ditya. Hatiku sudah terlanjur jatuh jauh padanya, dan juga jatuh karenanya, ditya. Dan rasa ini tak akan pernah sama" ujarku pelan.

" apakah kamu masih mencintai laki-laki itu, yang menyakitimu" tanyanya lagi.

" hmm, apakah aku harus menjawab pertanyaan yang kamu pun sudah tau jawabannya, ditya. Aku sangat mencintainya, teramat sangat, hingga aku rela disakiti olehnya, dulu " jawabku.

" apakah tak ada secercah kebencian padanya?" Tanya ditya.

Aku mengangguk " iya, aku juga sangat membencinya, tapi cinta yang kurasakan padanya lebih dalam lagi,"

" aku lelah mencintainya, tapi aku tak mau berhenti mencintainya, tak mengapa bila aku mencintainya meski nanti dia bukan jadi yang sah untukku, aku tahu itu berdosa, apalagi dia adalah kekasih dari adikmu, Dira" lanjutku.

Kulihat rahang ditya mengeras ketika aku mengatakan itu, dia tidak sebenarnya tau alasan aku berpisah dengan Adrian, yang dia tahu aku berpisah karena Adrian berselingkuh dengan Dira, ditya tidak tahu bahwa aku tahu itu semenjak aku menikah dengan Adrian.

" Kamu membenci dira?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng." Bagaimana aku bisa membenci wanita yang dapat membuat pria yang aku cintai bahagia?"

" Ya Allah, terbuat dari apa hatimu" ujar ditya. " dan sejak kapan kau mengetahui perbuatan mereka" lanjutnya

" hanya beberapa bulan lalu,"terangku.

Ditya benar, terbuat dari apa hatiku ini? Sampai saat ini aku masih mencintai pria itu dan aku tak membenci wanita yang merebut hati suamiku karena memang sejak dulu aku tak pernah bertahta dihatinya.

Cemburu? Tentu saja, tapi cemburu untuk apa dan kenapa? Bagian mana yang aku harus cemburui, hati siapa yang harus aku cemburui?

Adrian, aku hanya mencintai'mu dan entah sampai kapan perasaan ini akan berakhir? Aku pun tak tahu dan tak ingin tahu, yang terjadi saat ini hanya sampai nafas ini berhenti berhembus, mungkin pada saat itulah, aku berhenti mencintaimu.

TBC

AnggunWhere stories live. Discover now