Chapter VII

549 33 6
                                    

Ada yang tunggu POV'nya Adriaa, sii Manusiaa jahat, demit , kodok bengkong, haha

POV Adrian

Setelah sidang perceraian'ku dengan Anggun berakhir, aku langsung kembali kerumah dimana dulu ada aku, Anggun dan Revan putra'ku, hanya kami bertiga. Tidak ada siapapun.

Rumah ini terasa sepi, tak'ada teriakan Anggun yang memarahi revan karena berbuat jahil, atau teriakan-teriakan revan yang mengemaskan memanggilku ayah, dulu mungkin aku muak dengan hanya mendengar deru nafas'nya, nafas mantan istriku.

Tapi apa kau tahu, setelah revan lahir, aku menyukainya, aku suka mendengar suaramu yang memanggil namaku, aku suka melihat gerak-gerik'mu yang kuamati diam-diam dibalik koran atau buku yang sedang kubaca, dan kau tahu anggun, apa yang paling kusuka darimu, Mata cokelat indahmu yang begitu teduh.

Apa kau tahu anggun, selelah apapun aku bekerja, sepagi apapun aku pulang kerja dari berbagai negara atau kota, aku pasti pulang kerumah, bukan ke tempat lain, tapi ketempat aku pulang, dimana ada kau dan revan.

Dan kau tahu apa yang selalu ingin kulihat ketika pertama kali menginjakkan kaki dirumah, kau dan revan, wajah lelahmu mengurus rumah yang selalu terlihat rapih dan wangi dengan tanganmu sendiri, apa kau tahu itu? Kau tahu, aku malu mengakuinya sejak kapan , aku jatuh padamu, jatuh cinta padamu yang begitu rela kusiksa, kuhina dan kucaci, kau pernah bertanya padaku, apakah aku pernah mencintaimu? Dan aku hanya diam tak mengatakan apapun, kau mau tahu apa jawaban'ku? Aku sangat mencintaimu, Anggun. Entah sejak kapan rasa ini tumbuh? Apa karena kau melahirkan revan, atau karena kau yang selalu menungguku tertidur dimeja makan dengan semua masakan'mu yang kusuka yang sudah dingin dan selalu aku habiskan, karena aku menyukainya. Apa karena suara lembutmu yang memanggil namaku?

Dan kini rumah ini terasa sepi, aku kehilangan kalian berdua karena keegoisan'ku, harga diriku yang teramat tinggi, karena aku begitu malu, bukan, bukan karena kau cucu dari pembantuku, tapi aku malu bersanding denganmu, dengan wanita baik dan aku takut kau akan meninggalkan'ku ketika aku mengakui itu.

Kau tahu anggun, rumah ini akan selalu menjadi rumah'mu dan revan. Aku tak membiarkan dira tinggal disini. Rumah ini akan selalu mengingatkan aku tentang'mu, tentang kita.

Anggun, aku tahu kesalahan'ku kemarin sangat fatal, memukul revan, aku pun tak tahu kenapa aku melakukan hal yang begitu buruk pada anak'ku sendiri. Aku ayah yang jahat, aku tak pantas disebut ayah olehnya.

Anggun, kau tahu, dipengadilan tadi, kau terlihat begitu Anggun dan cantik sesuai nama'mu, dengan jilbab dengan warna yang kusuka. Apa kau tau, tadi aku ingin memelukmu terakhir kalinya, tapi menatapku saja , kau tak mau. Karena kita bukan yang sah lagi, katamu.

Anggun, aku sekarang tahu apa arti dari kata cemburu, aku merasakannya ketika kau bersama ditya, kau terlihat begitu akrab, kau tersenyum dengannya, tapi denganku, kau tak pernah melakukan itu, apa kau takut denganku? Apa aku terlihat seperti monster bagimu? Apa aku membuatku dalam ketakutan selama pernikahan kita? Maafkan aku anggun.

Anggun, berulang kali aku mencoba memberanikan diri, untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu, tapi lagi-lagi tak kulakukan, aku takut, aku terlalu pengecut.

" Adrian, " lamunanku buyar ketika mamah dan papah datang.

Tanpa ampun mamah menamparku berulang kali sambil menangis. Aku hanya diam, aku tahu aku salah, aku jahat dan tak ada kata ampun bagi laki laki jahat spertiku.

" kamu keterlaluan, Adrian. Melepaskan wanita sebaik anggun, hanya karena sampah itu."ujar mamah samabil menangis.

Aku hanya diam.

" kamu tahu ga, kamu berutang nyawa sama anggun dan keluarga'nya, kamu tahu ga, Adrian, Ya Allah?"ujar mamah histeris.

Aku berhutang nyawa? Apa maksudnya.

AnggunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora