Chapter III

285 22 0
                                    


Aku hanya seorang manusia biasa yang tak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa menangis, mengadu padaNya.

FlashbackOn

" berkali-kali sudah kukatakan padamu, Nay, jangan menganggu'ku" ujar pria tampan yang telah merenggut hatiku.

" aku tidak menganggumu, Ar. Aku hanya duduk disini, ya karena aku ingin duduk,"ujarku yang semakin membuatnya kesal.

" aku benar-benar membencimu, dan jangan memanggilku dengan nama itu, aku sama sekali tak menyukainya" sahutnya lagi.

" kau juga hanya memanggilku , Nay. Padahal nama lengkapku, Anggun Kanaya" sahutku lagi.

" hanya wanita cantik yang pantas dipanggil Anggun, tapi kau?? Kau hanya seonggok manusia tak tahu diri, jelek , bodoh, entahlah apa kata -kata busuk yang pantas untuk ku lontarkan padamu" ujarnya dengan sangat kasar.

Dan aku lagi-lagi hanya tersenyum atas semua perkataan kasar yang dia lontarkan padaku.

" cepat pergi, aku muak melihatmu" dia mengusirku lagi.

" tapi,"ujarku.

Kulihat dia berdiri dan melakukan panggilan telepon.

Tak lama kemudian aku mendengar suara ketukan pintu

" masuk saja Dira," ujarnya.

" hai dira, apa kabar?" tanyaku pada dira.

" Baik , Mba anggun. Mba kok ada disini?" Tanya dira.

" aku,.." aku belum selesai menjawab pertanyaan dira, Adrian sudah memotong ucapanku.
" Dira, kosongkan jadwalku hari ini. Kita akan meninjau beberapa tempat untuk pembangunan hotel"

" baik, pak dan permisi mba dira" ujar dira sambal tersenyum padaku.

Adrian menoleh padaku.

" darimana wanita kumel , bodoh dan rendahan sepertimu mengenal dira?" tanyanya

" aku bersahabat baik dengan Ditya, kakaknya, dan aku juga yakin kau mengenal ditya dengan sangat baik," jelasku.

Aku melihat guratan keraguan padanya. " kau juga mengenal ditya, "

Aku mengangguk, " iya, aku mengenalnya, dia temanku sewaktu kecil dan..."

Lagi-lagi dia memotong ucapanku, " ahh, mungkin ibumu/nenekmu pernah jadi pembantu dirumahnyanya"

" apa dira tak tahu, kalau aku istrimu?" tanyaku.

Dia tertawa terbahak-bahak. " apa untungnya, lagipula kau sama sekali tidak penting sama sekali"

Ahh ya, seingatku sewaktu aku menikah, dira masih di Aussie. Apa ditya tak memberitahunya??

Sedangkan seisi perusahaan ini saja tahu. Atau dia pura-pura tak tahu..

" kalau bukan mamah yang memintaku menikah denganmu yang merupakan cucu dari mantan pembantunya, mungkin aku akan menolak," jelasnya.

" iya, aku tahu, kau terpaksa menikah denganku. Maaf kehadiranku menyiksamu" ujarku sambil berjalan menuju kursi kebesarannya.

" mau apa?" tanyanya

Aku mengambil tanganya dan mencium punggung tangannya " Assalamualaikum, aku pamit pulang ya. Jangan lupa makan siangnya dimakan"

Dan akupun berjalan gontai keluar ruangan.

" Mba Anggun, mba kenal sama Pa Adrian ya? Dimana? Emang dulu mba juga 1 kampus sama pa Adrian dan mas ditya? Setahu dira, cuma S1 aja ya sama mas ditya" rentetan pertanyaan yang dira lontarkan padaku hanya kujawab dengan senyuman.

" Ih mba anggun kok malah senyum-senyum sih" ujar dira.

" Nenek aku kan pernah kerja dirumah orangtuanya Pak adrian, aku kenal dari sana" jelasku.

" ohh benarkah, jadi mba kenal baik dengan keluarga pa Adrian ya?" tanyanya lagi

" tidak juga, yasudah ya dira, mba mau pulang," ujarku.

" mba ga jadi ke Aussie, katanya mba dapet beasiswa lagi dan kali ini disana ya?" ujarnya lagi.

Aku hanya menggeleng, " aku sudah lama meninggalkan Indonesia, dira. Sudah waktunya aku pulang dan menata masa depanku"

" Mba tuh sesuai nama, anggun, baik, lembut, cantik, sederhana, aku bener-bener iri deh sama mba dira, soalnya Mamah sama kakak suka bandingin aku sama Mba dira" ujarnya lagi sambil tertawa.

Aku tertawa " kamu tuh ada ada saja dira, kok bisa iri sama aku, kamu jauh lebih cantik, modis, aku harusnya yang iri sama kamu"

Dira tertawa sambil berbisik ditelingaku " wajar saja, mas ditya cinta mati dari dulu sama mba anggun. Aku setuju loh kalau mba anggun nikah sama mas ditya, aku jadi punya kakak perempuan yang menakjubkan atau semakin dibandingin yaa nanti"

" dasar, udah ah, aku mau pulang dulu, dah Dira" ujarku sambil beranjak pergi.

" Mba anggun, tunggu sebentar deh," teriakan dira membuat langkahku terhenti.

" aku mau kasih tau rahasia penting sama mba anggun, tapi, mba anggun jangan cerita sama mas ditya ya, please" ujar dira dengan wajah cantiknya.

Bisikan dira ditelingaku bagaikan petir disiang bolong, aku menatap kedua matanya tak percaya.

" janji ya jangan bilang sama mas ditya, kalau aku pacaran sama adrian, belum lama sih, Cuma udah cinta aja, soalnya udah yaa gitu deh, gimana sih layaknya orang pacaran ajaa" ujarnya. lagi-lagi sambil tertawa, namun kali ada yang tersirat.

Aku hanya mengangguk dan berjalan gontai menuju lift.

Dan ketika aku ingin berbalik pada dira untuk menjelaskan siapa aku sebenarnya, yang kudengar hanyalah hal hal yang tak pantas dilakukan oleh dua manusia yang belum ada ikatan apapun. Aku mendengar nafas yang memburu dari keduannya, kenapa dia melakukan dengan wanita yang bukan istrinya, bukankah disetiap malam, dia juga melakukannya padaku. Tapi kenapa bersama dira, dia berkata dengan lemah lembut, sedangkan denganku, dia menutup kedua matanya.

Dia hanya menikmati apa yang ada dihadapanya, dia tak pernah lembut memperlakukanku, kasar, tapi, aku menyukainya, sekasar apapun itu, sesakit apapun apa yang dia ucapkan. Entah apa yang merasukiku, aku mau diperlakukan seperti itu olehnya, karena kufikir hanya aku tempatnya untuk pulang, dan aku istri sahnya. Tapi setelah aku melihat semua ini, apa yang harus kulakukan?? Mengapa dia tega melakukan ini padaku, seburuk itukah wajahku?? Seburuk itukah penampilanku? Apa sesama manusia pantas menilai dengan fisik saja?? Haruskah aku menjatuhkan harga diriku padamu agar kau mau menatapku walau hanya beberapa detik??

Serendah itukah aku dimatamu,. Atau apa karena aku seorang cucu dari pembantu keluarga'mu?? Apa yang harus kulakukan??

FlashBackOff

TBC

AnggunWhere stories live. Discover now