Chapter VI

376 20 2
                                    

Chapter VI

Btw, readers. Cerita ini alurnya, maju-mundur ya. Kalau gak ngerti, tanya aku.

Nemu typo, atau kata-kata yang ga sesuai, bisa kali comment, jadi aku bisa tahu. Okehh, readers. Happy reading ya guys :)

FlashBackOn

Akhirnya aku kembali kerumah setelah 1 minggu berada dirumah sakit, aku kembali menempati kamar tidur'ku, sedangkan Dira dikamar tamu. Adrian bilang, dia tidak bisa jauh dengan Revan. Tentu saja adrian bukan memilih'ku secara langsung, dia membutuhkan aku karena Revan harus ku beri ASI.

" Hei, revan nangis, cepat bangun. Kasihan revan, mungkin dia haus" ujarnya dari kamar sebelah.

Aku yang sedang mengendong revan hanya tersenyum. " aku sudah menyusui'nya,. Tapi dia masih saja menangis,"

Adrian masuk ke kamar'ku dan mengambil alih revan. Dipintu kamar aku melihat dira yang menatap'ku penuh kebencian. Aku hanya berkata maaf.

" revan sayang, kenapa nangis terus? Mau digendong sama Ayah ya? Kangen ayah ya sayang," ujar revan sambil terus mengendong evan.

Hanya beberapa menit saja, revan sudah tertidur dengan lelap'nya.

" kau tidak bisa menidurkan anak'mu sendiri,. revan dengan mudahnya terlelap oleh'ku"ujarny.

" aku tak tahu,. Mungkin revan rindu padamu, kau sudah tak pulang 3 hari" selama 3 hari, revan berlibur ke Bali dengan Dira, itupun tadinya 1 minggu. Adrian kembali diluar rencana mereka, karena dia merindukan revan. Putra'nya.

" revan sudah tidur," Adrian mengembalikannya padaku. Tak sengaja jemari kami bersentuhan. Aku langsung menundukan kepala'ku.

Belum lama revan kugendong, dia menangis lagi. Dan Adrian berbalik lagi.

" kau mau sepanjang malam ayah gendong ya sayang, baiklah. Malam ini, ayah hanya milik'mu." ujar Adrian dan meletakan revan ditemapt tidur'ku, Adrian tidur disampingnya, mengelus permukaan wajah mungil revan dengan sayang. Mengecupnya berulang kali. Aku sangat bahagia, meski bukan aku yang dicintai olehnya, aku rela. Aku bahagia karena Adrian sangat sayang pada revan

Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur dengan lelap'nya. revan dan Ayah'nya. Aku mengambil duduk disamping mereka, menatap wajah mereka yang terlelap, kau memang tercipta dengan sempurna, Adrian dan revan, kalian sangat mirip.

" Mba anggun, ikut aku" dira masuk ke kamar'ku dan menarik'ku keluar.

" ada apa, dira, ini sudah larut malam,"ujarku dan melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas malam.

" kenapa kau mengangguku,"ujarnya dengan nada yang cukup tinggi.

" pssst, bisa kau rendahnkan nada bicara'mu, revan sedang tidur,"ujarku.

" aku tak peduli, kenapa kau mengangguku?"tanya'nya lagi dengan suara lebih keras lagi.

" apa yang membuat kalian berisik disaat putra'ku sedang tidur?"aku mendengar suara Adrian mendekat.

Dira mendekat dan mencium adrian didepan'ku tanpa merasa bersalah padaku.

Awalnya adrian membalas semua perlakukan dira sampai terdengar lagi suara revan menangis sangat keras. Aku berlari kedalam kamar, "Adrian,"

" ada apa? Kenapa kau berteriak?"tanya Adrian.

" apa kau meninggalkan revan begitu saja, tanpa membatasi'nya dengan guling, revan jatuh dari tempat tidur,"ujar'ku tersengal-sengal dengan revan masih saja menangis.

" Ya tuhan, benarkah? Maafkan ayah sayang, tadi ayah mendengar bunda dan tante dira membuat kegaduhan,"ujar Adrian mengelus kepala revan.

" Mas Adrian, ayolah kembali ke kamar'ku," ujar dira masih megelayuti Adrian.

AnggunWhere stories live. Discover now