1

1.6K 171 16
                                    

Publish Ulang!

****

Musim semi menampakkan kembali di pagi hari yang cerah dengan kilauan cahaya matahari yang menyambut kedatangan sang penghangat jiwa di Kota seindah yang kini mereka singgahi. Empat Tahun berlalu begitu cepat. Hari demi hari bergulir bagaikan kincir angin yang berputar dengan teratur penuh irama. Tak terasa mereka sudah melewatkan waktu sejauh itu. Setiap hari di sibukkan dengan jadwal penuh yang hampir menyita semua waktu istirahatnya. Sampai ia tak sadar jika musim semi kali ini tepat ke empat tahun mereka menetap di Negara Sidney. Padahal ia masih ingat dengan jelas saat dimana ia harus meninggalkan hiruk pikuk yang ramai, serta meninggalkan keindahan tanah kelahirannya di Korea.

Hidup berdua bersama sang Istri tercinta membuat bebannya sedikit berkurang. Setidaknya meski berpisah dengan saudara, bahkan sahabat dekat, ia masih nemiliki seseorang yang selalu berada di sampingnya. Istrinya adalah penyemangat paling berharga dalam kehidupannya.

Pria itu tengah berbaring dengan posisi menyamping ke arah kanan menghadap jendela berukuran besar yang di lapisi kaca tebal. Matanya mulai bergerak gelisah saat silau matahari mengganggu kegiatan tidurnya.

Di lain sisi sang Istri sengaja membuka jendela besar itu berniat udara di pagi yang menyejukkan memasuki area kamarnya yang luas.

Ia melipat tangannya dengan menggelengkan kepala melihat sang Pria masih tetap tidak bergerak dari tempat tidurnya. Ia berjalan menghampiri Pria tersebut, menggoyangkan lengannya dengan gerakan halus.

"Rupayanya kau tidak ingin bangun hmm? Ini sudah siang, Oppa. Cepatlah bangun jika kau tidak ingin aku menyirammu sekarang juga!!" tutur wanita itu tersenyum simpul saat aksinya berhasil membangunkan Suaminya.

Perlahan Seojoon membuka matanya, menggaruk hidungnya yang terasa gatal. Bibirnya membentuk sebuah senyuman melihat wanita cantik yang kini tengah duduk sambil menatapnya.

"Good Morning Honey..." ujar Seojoon sembari menarik tubuh wanita itu berbaring di sampingnya.

"Aishh.. Jelas ini sudah siang, Oppa. Ayo cepat bangun!! Bisa-bisa kita terlambat huh?" Ji Won mengumpat dengan kesal. Tangan mungilnya mencoba melepaskan diri dari pelukan Seojoon yang menjeratnya.

"10 menit lagi, Sayang.."

"Tidak!!"

"Baiklah 5 menit lagi? Ku mohon beri aku waktu 5 menit lagi"

"Tidak. Tidak. Pokoknya tidak bisa!!"

Seojoon memanyunkan bibir saat menyadari ia kembali kalah dari sang Istri.

"Ah baiklah aku akan bangun sekarang juga"

"Eoh, kau harus bangun, lalu mandi, lalu kita sarapan sebelum kita tiba di bandara. Oppa.. Kau tidak lupa kan tujuan kita hari ini?" Ji Won menyipitkan matanya menelisik setiap perubahan di wajah Seojoon.

"Tentu. Mana mungkin aku melupakannya. Kajja kita bergegas. Aku tak sabar ingin segera menginjakkan kaki di Korea. Ah rasanya aku benar-benar merindukan suasana disana" setelah mengucapkan kalimatnya ia menekukan wajahnya sesendu mungkin.

"Setelah kita sampai disana. Kau harus segera mencarinya, Oppa. Aku yakin dia pasti membutuhkanmu"

Mendengar ucapan Ji Won semakin membuat raut wajah Seojoon terlihat sendu. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Rasa rindu pada seseorang kembali terasa begitu menyiksa hidupnya. Bukan rindu pada orang tua, karena kedua orang tuanya sudah meninggal enam tahun yang lalu. Rindu yang kini ia rasakan pada seseorang yang begitu berarti baginya. Seseorang yang selama bertahun-tahun ini berjuang bersama seperti layaknya saudara kandung.

Be Loyal With MeWhere stories live. Discover now