4

507 124 30
                                    

****

"Terserah katamu. Oh Bibi sampai lupa menanyakan ini padamu.. Bagaimana pertemuanmu dengan Seo Yi Ahn? Bibi dengar dia sudah mendatangimu ke tempat kerjamu, kan?"

"Oh i-it-itu.."

"Yi Ahn sangat cantik, dia wanita yang baik juga. Bibi yakin, pertemuanmu dengannya pasti berjalan sangat lancar.."

Hembusan napas berat terdengar untuk ke sekian kali berapa yang keluar dari mulut Shinhye. Gadis itu duduk di samping Yonghwa dengan wajah yang menyamping menghadap kaca mobil. Sekilas matanya memang terlihat sedang menikmati keramaian yang di pertontonkan di sepanjang jalanan. Namun, siapa sangka justru kenyatannya berbeda, kedua matanya kosong, Shinhye melamun, mengabaikan semua orang termasuk mengabaikan Yonghwa yang sedari tadi menatapnya sedih.

Yonghwa sangat hapal dengan karakter Shinhye. Diamnya wanita itu saat ini menandakan jika ia tengah bersedih akan ucapan bibi Hana beberapa waktu yang lalu, saat mereka berbincang di rumah sakit.

Seharusnya Yonghwa tidak membiarkan Jung Hana mengucapkan kalimat tentang Yi Ahn di depan Shinhye. Apalagi Yonghwa sama sekali tidak mengenal wanita itu dengan pasti. Namun, semuanya sudah terlambat entah mengapa tiba-tiba bibinya bertanya seperti itu padanya. Bahkan, Yonghwa sendiri pun tidak mengerti maksud dan tujuan wanita paruh baya itu.

Dan sialnya bukannya Yonghwa menjelaskan dan menenangkan hati Shinhye. Justru ia akan semakin menambah kesedihan di hati Shinhye dengan mengajak wanita itu makan siang bersama dengan bibi Hana. Meskipun semua itu bukan sepenuhnya kemauan Yonghwa, melainkan Hana sendiri yang mengajaknya lebih tepatnya memaksa Yonghwa untuk makan siang bersamanya.

Yonghwa ingin menolak dengan alasan Shinhye perlu beristirahat, namun justru cengkraman Shinhye di tangannya memberi isyarat untuk Yonghwa menerima tawaran bibi Hana dan mengatakan jika ia baik-baik saja. Tidak alasan lain dengan terpaksa Yonghwa menyetujuinya. Dan disinilah mereka sekarang, duduk saling berhadapan di sebuah restaurant yang sangat mewah yang sudah di pastikan jika hidangan-hidangan disini sangatlah mahal, dan tentu juga lezat pastinya.

"Kau ingin memesan apa, Yong?" Jung Hana, wanita kisaran usia di atas setengah abad itu bertanya pada Yonghwa sembari tersenyum ramah.

"Sebentar, kau ingin memesan apa, Sayang? Yang ini atau menu ini?" ujar Yonghwa malah bertanya balik pada Shinhye membuat Jung Hana melihatnya tidak suka.

"Pesankan dia satu porsi Ramen saja sudah cukup, dan minumannya air putih saja. Nah sekarang giliranmu yang pesan. Kau mau pesan apa? Biar bibi pilihkan untukmu"

Sepasang suami-istri itu menatapnya kaget. Kalimat menohok bibi Hana membuat Shinhye semakin bersedih. Wajahnya muram dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Shinhye sadar jika perlakuan seperti ini pasti akan ia dapatkan mengingat jika keluarga Yonghwa memang tidak pernah menyukai kehadirannya lebih tepatnya mungkin membencinya.

Namun, usapan halus di atas lengannya membuat Shinhye memasang wajah ceria dan tersenyum manis menatapnya. "Gwaenchana. Justru saat ini aku ingin sekali menyantap ramen" kata Shinhye mengangguk yakin.

Yonghwa semakin memandangnya tidak tega, melihat istrinya di perlakukan seperti itu oleh bibinya membuat Yonghwa semakin tidak terima rasanya. Ia ingin melawan, namun balik lagi meski begitu Yonghwa tetap harus menghormatinya, bibinya yang menjadi satu-satunya keluarga Yonghwa sekarang.

Be Loyal With MeWhere stories live. Discover now