Wattpad Original
There are 8 more free parts

03 | Bertemu Lelaki Asing (b)

42.7K 5.3K 1.4K
                                    

Malam pun tiba.

Dugaan Hannah terbukti benar. Setelah menaruh gulingnya di atas ranjang, menyelimutinya, lampu kamar dimatikan serta menunduk di sebelah ranjang, beberapa jam kemudian, pintu pun dibuka seseorang.

Mampus, ucapnya tertawa jahat dalam hati. Seringaian juga mulai menghiasi bibir tipisnya. Dia selalu totalitas saat bersikap bak tokoh antagonis di televisi.

Dia semakin waspada saat sosok itu mulai mendekati guling. Saat wajah kotornya mulai terlihat, Hannah berdiri seraya menyalakan tombol lampu kamar.

"Aha!" Ia tergelak penuh kemenangan. "Mesum! Pasti kembali untuk berbuat mesum! Halo, apa kabar?"

Laki-laki berkulit cokelat itu langsung mengerang ketakutan, kemudian meringkuk di bawah ranjang. Ia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya agar tidak terkena cahaya. Sudah dipastikan dia benci sekali cahaya.

Hannah menjadi kaget. "Eh? Kenapa?" Dia Mendekati laki-laki aneh itu perlahan. Perasaannya menjadi gelisah karena berpikir kalau sebenarnya dia adalah anak tetangga yang terganggu mentalnya. "Eh ... halo? Ma ... maaf, aku kira ...."

Suara erangan kembali terdengar, persis sekali saat kucing yang tidak mau didekati.

"Oke, oke, siapa kamu ini?" tanyanya dengan suara lembut sembari pelan-pelan menarik selimut. Senyuman jahatnya berubah menjadi hangat. "Kamu siapa? Halo? Bisa bicara, kan?"

"Nikko," jawab laki-laki itu dengan suara lirih. Suara kepakkan nyamuk bahkan lebih keras ketimbang suaranya.

"Nikko?"

"Nikko."

Hannah mendadak ketakutan. Seumur hidup baru kali ini dia melihat tubuh seorang lawan jenis yang seusia dengannya tanpa sehelai benang pun. "Kenapa kamu ada di sini? Di mana rumahmu? Siapa? Ke—kenapa telanjang? Sebentar ... Menjauhlah dariku ...."

"Kenapa kamu di sini?" Sosok bernama Nikko ini terus saja mengulang ucapan Hannah layaknya dia adalah gema dari suara gadis itu.

"Jangan mengulang ucapanku!" Hannah jengkel sambil membuka selimut itu dengan paksa.

Dia tersentak kaget karena tahu-tahu laki-laki itu merangkak mendekat, lalu melingkarkan tangan di perutnya sangat erat sampai dia tak bisa berkutik lagi.

"Om Edwin! Ada orang gila di kamarku! Tolooong!" teriaknya mengangkat tangan. Ia tidak mau menyentuh tubuh kotor laki-laki itu yang mengaku bernama Nikko itu. Bahkan dia sampai menengadahkan wajah agar tidak terlalu dekat. Debaran jantungnya berpacu cepat, tak karuan.

"Gila?" ulang Nikko.

"Ahh! Ngapain kamu meluk aku? Lepas, lepas, lepas, aaaah, jauhi aku! Baumu busuk sekali! Sudah berapa bulan gak mandi? Aku mau muntah. Om Edwin tolong!"

"Gila? Aku suka kamu."

"Om Edwiiiiin!" jerit Hannah melengking nyaris terdengar seperti pterodactyl.

Suara keras itu sungguh menggelegar di seisi rumah kuno ini. Berulang kali Hannah menjerit, meronta dengan mata terpejam karena takut dan tak bisa melepaskan diri dari pelukan si sosok asing.

Om Edwin akhirnya datang juga dengan langkah yang terburu-buru. Dia masuk ke kamar dengan berkata keras, "Apa lagi Hannah! Ini tengah malam! Katanya tidak akan mengganggu ...."

Ucapannya terhenti tatkala melihat keponakannya dipeluk remaja yang mirip orang gila jalanan.

"Ya Tuhan, apa itu?" Ia ngeri.

Mendengar suara Om Edwin, entah mengapa malah mengundang kemarahan bagi Nikko. Dia memberikan lirikan tajam, lalu menyerangnya dengan langkah cepat. Sikapnya bak hewan liar yang dalam sekejap saja sudah mencengkeram leher mangsa.

NICHOLAStein ✔Where stories live. Discover now