Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

08 | Kehidupan Baru (b)

34.7K 4.1K 165
                                    

"Nikko, pokoknya jangan pernah keluar rumah,"

Begitulah pesan Hannah saat melihat Nikko yang duduk tenang di atas ranjang. Dia ikut tenang kalau laki-laki ini tak menunjukkan gejala tidak suka seperti meretakkan meja atau semacamnya.

Gadis ini menoleh kepada Reno dan Rini yang sudah berdiri di sampingnya.

Rini senyum-senyum terus melihat Nikko, sedangkan Reno jijik melihatnya. Saudara kembar ini memiliki pemikiran yang berbeda terhadap laki-laki asing yang dibawa pulang oleh sang adik.

"Aku mau sekolah, aku titip dia, ya, dia gak akan kasar pada kalian, walaupun ditembaki kayaknya diam saja," ucap Hannah sedih mengingat kejadian sopir bus kemarin itu.

Rini mendekati Nikko. "Dia ini, kok, jarang bicara, sih? Gak ada masalah, kan?"

"Cuma kesulitan bicara, tapi paham omongan kita, kadang."

"Aku ajarin bicara gimana?"

"Terserah, yang penting jangan macam-macam."

"Nemu Tarzan gini harus diajarin bicara dulu."

Serah dah, pikir Hannah sudah mengerti kalau tampang kakaknya itu sudah naksir berat pada Nikko.

Reno mulai waspada. "Kalau dia ngikutin kamu gimana, Han? Kamu mau leher kakakmu ini dipelintir?"

"Ya, ya, di sini, kan, ada fotoku banyak. Tunjukkan saja padanya, pasti dia diam. Kuharap, sih. Masa iya aku harus bolos terus?"

"Kamu ini, pulang kemah bukannya bawa oleh-oleh, malah bawa monster."

"Kalau gak mau mengurusnya, gak masalah. Dia bisa, kok, ke kamar mandi sendiri. Lagi pula aku cuma setengah hari di sekolah. Aku hanya khawatir dia keluar mencariku." Hannah mulai merapikan seragamnya, lalu berlari pergi.

"Tapi ...."

Hannah tak mau mendengar apa pun lagi, dan kemudian langsung meninggalkan ruangan itu seraya berteriak, "Sudah, ya, aku berangkat!"

"Dia akan mencekik kita, Rin, sebaiknya kita kurung dia di sini saja. Toh, lihat, dia sudah seperti orang gila," bisik Reno melihat Nikko yang memeluk guling dengan foto Hannah.

Rini memberanikan duduk di pinggiran ranjang. Dengan sangat pelan, dia berusaha menyentuh lutut Nikko.

Awalnya, dia mendapat tatapan agresif, tapi karena dia terus menyunggingkan senyuman serta berkata, "Aku kakaknya Hannah ... Kita teman, ya.."

Akhirnya Nikko mengangguk.

"Rin, mau apa?" tanya Reno cemas. "Jangan dekat-dekat, dia bahaya. Aku kemarin nelepon Om Edwin, tapi masih enggak ada respons. Aneh, mungkin saja Hannah bohong tentang dia. Kita lapor polisi saja gimana?"

"Jangan."

"Terus?"

Rini berusaha mendapatkan perhatian Nikko. "Hei, namaku Rini."

"Nikko." Nikko mau memandangnya.

"Di mana rumahmu sebenarnya?"

Nikko hanya diam.

"Jangan mengajak bicara batu, Rin. Sudah. Ayo, keluar. Jangan sampai ginjal kita diremukkan juga." Reno mulai berjalan ke pintu. "Ayo ...."

"Keluar aja, aku mau foto-foto dengannya. Dia ini ganteng, kayaknya usianya sama denganku, kuajak foto dulu, dipamerin di IG."

"Dasar gila."

"Huss ... huss ...."

Reno keluar sendiri tanpa peduli lagi. Kepalanya terus menggeleng seolah tidak paham jalan pikiran para perempuan di sini.

NICHOLAStein ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang