IX - Pelarian

12 2 2
                                    

"Kau tidak sedang bercanda, 'kan?" tanya Reva dengan marah. Ia masih ragu dengan omongan Naomi karena kemampuan akting sang aktris yang seharusnya tidak ia ragukan. Naomi bisa jadi sebegini kaya sampai punya dua apartemen kan karena kemampuan aktingnya baik. Reva harus hati-hati menghadapi orang seperti ini.

"Tidak!" seru Naomi sambil memaksakan diri untuk menoleh ke belakang. Air mata menggenang di pelupuknya. "Apa aku kelihatan seperti sedang bercanda?!"

Ketegangan masih mengisi ruangan selepas telepon dengan pria tidak dikenal yang disebut-sebut Naomi sebagai penculik Izanami selesai. Pernyataan Naomi mengenai Izanami tidak akan dikembalikan oleh pihak ketiga itu tentu saja mengejutkan bagi Reva. Ada dua hal sebenarnya yang saat ini ia khawatirkan. Pertama, seperti yang ia ucapkan sebelumnya, ia ragu dengan kebenaran pernyataan itu karena Naomi memiliki kemampuan akting yang luar biasa. Kedua, ia khawatir kalau pernyataan itu bernilai benar dan pria di telepon tadi benar-benar tidak berniat mengembalikan Izanami kepada kedua orang tuanya."

"Kau ini pemain film," sahut Reva santai. "Akting tidak sulit buatmu."

"Aku tidak berbohong! Putri Akira benar-benar berada dalam bahaya!"

"Aku sendiri yang akan menilai itu," ujar Reva dingin dan cepat. Gadis itu menggunakan ponsel Naomi sejenak, lalu mengirimkan semua data yang ada di dalam sana kepada Lev. Tentunya ia juga menyertakan pesan kepada Lev untuk mengirimnya ke Katsuo yang kemungkinan besar dapat menerjemahkan seluruh informasi dari ponsel Naomi. "Sekarang, di mana kau menyimpan kontraknya?"

"Kontrak?" Naomi terbatuk pelan. "Kontrak apa?"

"Kontrak dengan orang tadi yang membuatmu setuju untuk tidak mengembalikan putri Andosan," ujar Reva. "Jangan pura-pura bodoh."

"Tidak pernah ada kontrak seperti itu!" seru Naomi gusar dengan wajah panik. "Tidak ada, sungguh! Kaupikir aku tidak terlatih membaca kontrak panjang? Kami bahkan tidak pernah bertemu muka!"

Reva membeku untuk sesaat. Tidak pernah bertemu muka, katanya? Kalau memang mereka hanya melakukan keseluruhan transaksi melalui telepon dan pesan sebagai media, lantas bagaimana Naomi bisa dinyatakan "terikat kontrak" padahal ia juga tidak pernah menandatangani apa-apa?

Atau ... yang dimaksud pria itu bukan tanda tangan?

"Aku sudah melakukan apa yang kaumau!" seru Naomi di sela-sela diamnya Reva. Gadis itu tidak tahu ya Reva sedang berpikir? "Tidak bisakah kau melepaskanku saja?"

"Apa kau sudah membayar mereka?" tanya Reva lagi. Tidak akan ia pedulikan permintaan Naomi sampai ia memperoleh seluruh informasi yang ia butuhkan untuk menyelamatkan Izanami. "Pria di telepon tadi, maksudku."

"Sudah," dengus Naomi, terdengar putus asa berusaha bangkit. Sesekali gadis itu masih meringis kesakitan, mungkin luka di bahunya mulai bereaksi berlebihan. "Aku sudah bayar lunas sejak hari pertama aku memintanya menculik putri Akira."

Reva tertegun. "Bukti pembayarannya masih kausimpan?"

"Bukti elektroniknya ada," jawab Naomi. Gadis itu sudah benar-benar lelah berusaha rupanya. Kini dia membiarkan kepalanya terkulai di lantai. "Untuk apa kau tanya-tanya begini? Kau ini pegawai bank atau apa?"

Kalau bukti elektroniknya ada, berarti pasti ada di HP-nya, batin Reva sambil berusaha agar tetap kelihatan tidak acuh dengan perkataan Naomi—diam-diam sebenarnya ia ingin tertawa. Gadis yang tengah menyamar itu kembali bertanya, "Informasi apa lagi yang dapat kauberikan padaku?"

The Abducted AndoWhere stories live. Discover now