Bagian 48 ✅

1.1K 67 0
                                    

"Sekarang terserah kamu Ailita, putri Mama yang tersayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekarang terserah kamu Ailita, putri Mama yang tersayang. Putri nya Lilly Clarissa Adinata. Gadis kecilnya Mama, Ailita Citra Clarissa Adinata."

"MAMA!!!!!!!" Teriakan menggelegar itu terdengar dari kamar yang bernuansa abu-abu gelap milik Dava.

Ailita mengerjapkan matanya berkali-kali, ternyata hanya mimpi! Nafasnya tak terkontrol dengan baik, hingga suara pintu membuatnya menoleh ke arah sumber suara.

"Ailita!!" panggil Dava saat menerobos masuk ke dalam kamar.

Ailita langsung saja memeluk Dava dengan erat hingga membuat Dava terkejut bukan main. Dava pun membalas pelukan Ailita, terlihat jelas jika Ailita sedang ketakutan saat itu. Suara isak tangis mulai menyebar di dalam kamar itu, isakan gadis kecil itu tak kunjung berhenti.

Dava tak habis-habis nya mengelus puncak kepala Ailita agar gadis itu bisa berhenti menangis, namun hasilnya nihil, Ailita terus menangis.

"Sustt, jangan nangis dong, entar cantik nya ilang lho." Di saat seperti ini Dava masih sempat menggoda Ailita.

"Astaga jangan nangis Lit. Entar di kira Mama, aku ngilangin keperawanan kamu," ucap Dava ngasal.

Ailita terus menangis sambil memukul kuat dada bidang Dava, ingin rasa Ailita teriak sekarang juga. Bisa-bisanya Dava bercanda di saat tegang seperti ini. Ailita semakin menguatkan tangisan nya, dia benar-benar takut jika perkataan mimpinya itu kenyataan.

Hingga suatu perlakuan membuat gadis itu diam mati kutu, menegang dan mematung. Sedari tadi Dava sangat gemas melihat Ailita terus menangis, dan dengan sengaja Dava mengecup sekilas pipi gadis itu yang mampu membuat Ailita menegang dan membeku di tempat.

Ailita menghentikan tangisannya lalu dia mendungak menatap Dava yang sedang memamerkan senyum tanpa dosanya. Ailita menatap tajam ke arah Dava, berani-berani nya dia mencium Ailita di saat yang tidak tepat.

"Kurang ajar ya kamu!" omel Ailita.

"Makanya jangan nangis mulu, aku kan jadi bingung," ucap Dava membela diri.

"Kamu kenapa? Mimpi?" lanjut Dava.

"Nggak papa, cuma mimpi biasa doang."

"Mimpi biasa bisa menjadi mimpi yang luar biasa Ailita, aku pernah denger dari orang-orang kalo ada sebagian mimpi yang bisa jadi kenyataan," ujar Dava bijak.

"Kamu bijak banget sih? Belajar dari mana?" gemas Ailita mencubit pipi Dava.

"Aku emang bijak."

"Kamu mimpi apaan?" tanya Dava.

"Mimpi Mama."

"Mama? Gimana Mimpi nya? Aku pikir tadi kamu mimpiin kalo kita lagi di pelaminan."

Ailita terkekeh dan menggeleng gelengkan kepalanya, "Ada-ada aja sih kamu. Masa aku mimpi nya begituan?" ucap Ailita yang masih terkekeh.

"Ihh kamu gimana sih? Bagus dong kalo kamu mimpi kita lagi di pelaminan. Kan bisa cepet-cepet berduaan sama kamu," goda Dava mengedipkan sebelah matanya yang di sertai senyuman jahil.

Ailita Ombrophobia [END] (Terbit)Where stories live. Discover now