Harry - 1

1.7K 115 7
                                    

Hey, semua!

Ini adalah sesi Harry yang ceritanya ditinggal keluar negeri sama Ginny. Alhasil, dia jaga anak-anak sendirian. Untuk yang pertama, giliran James dulu, ya! Happy reading!

-------------------------------

"Susu anak-anak—"

"Ya."

"Di lemari paling atas. Untuk Lily yang ada logo strowberrynya."

"Aku tahu."

"Jangan ajak mereka tidur sampai larut malam! Jangan ngemil malam-malam!"

"Siap!"

"Jangan makan sembarangan. Kalau bisa, masak sendiri. Jangan makan junk food."

"OK."

"Harry—"

"Ya?"

Ginny berhenti. Ia memberi kode pada teman-temannya agar berkumpul di dalam kantor redaksi terlebih dulu. Ginny masih membutuhkan waktu sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan suaminya untuk bertugas di belahan dunia lain. Ia akan pergi ke daratan Amerika. Ditatapnya mata Harry yang selalu membuat kerja jantungnya lebih semangat. Rasa itu selalu ada tiap jarak keduanya sedekat ini. Siap untuk saling memeluk. Diraihnya tangan Harry pelan-pelan lantas menciumnya.

"I love you, my husband." Ucap Ginny sontak meluluh lantakkan keacuhan Harry menanggapi pesan-pesan Ginny. Mata Harry berubah sendu. Rasa berat merelakan istrinya pergi bertugas kembali datang.

"Ow.. Biarkan aku memelukmu sekali lagi, love! I love love love you!" balas Harry tak kalah romantisnya. Mereka saling berpelukan. Sejenak setelah mereka melepaskan diri, pelukan itu dengan cepat berganti dengan ciuman yang dalam. Hingga hampir lebih dari satu menit kemudian, seseorang berteriak memanggil.

"Mr. Potter, tenanglah. Anda masih bisa melanjutkan ciuman kalian dua hari lagi, bahkan lebih dari tadi. Aku pastikan Minggu malam, Anda tidak akan tidur sendirian lagi." Kata April muncul dari balik bilik meja kerjanya.

Mata Ginny terbelalak, sigap langsung mendorong tubuh Harry menjauh. Ia malu setengah mati. "Aku tadi juga mencium suamiku, kok, tenang saja." April mendekat ke telinga Ginny dan berbisik, "janjikan pada suamimu kau akan memberikan ciuman bahkan service yang lebih saat kau pulang nanti, Ginny." Katanya pelan.

"Aku bisa mendengarmu, Mrs. Austen," tegur Harry bergaya tegas.

April terpaku tak percaya. "Oh, aku lupa jika Auror juga dilatih kepekaan pendengarannya—"

"Mrs. Austen!" panggil Harry dengan penekanan sempurna pada nama keluarga suami April.

Ginny memukul pundak Harry pelan meminta Harry berhenti menggoda sahabatnya di Daily Prophet. "Sudah, sudah. Kita berangkat dulu, Harry. Hati-hati di rumah, ya. Jaga anak-anak."

"Tentu saja, love. Kau juga hati-hati. Dan—" Harry berganti melirik ke arah April, "Anda juga, Mrs. Austen. Hati-hati selama di sana. Suami anda juga menunggu service terbaik Anda sepulangnya nanti. OK!" Goda Harry sambil terkikik geli.

"Ow, tentu saja, Mr. Potter. Asalkan anda tak main-main dengan suami saya." April, yang memang suka sekali lelucon tak mau kalah kembali menggoda Harry, dan sejauh ini lelucon itu sudah semakin gila, begitu menurut Ginny. Cepat-cepat, April ditarik menjauh agar Harry tidak lagi-lagi melanjutkan joke-joke mereka.

Harry melambaikan tangan untuk kesekian kalinya. Ia cukup mengantarkan Ginny menuju perapian yang berada di sekitar ruang rapat redaksi. Setelah April, giliran Ginny masuk lantas menjatuhkan bubuk floonya. Ginny menghilang. "Ahh, pergi. Sekarang aku sendirian." Gerutu Harry melangkahkan kakinya keluar dari kantor pemasaran Daily Prophet.

Hey, Kids!Where stories live. Discover now