Harry - 2

1.2K 111 3
                                    

Giliran Albus! Happy reading!

--------------------------

Kamar masih gelap. Harry menggeliat pelan takut mengusik tubuh yang masih nyenyak tertidur di sisinya. Rambut merahnya tampak acak-acakan dengan mata sempurna masih terkatup rapat. Parasnya cantik meski ada bekas liur kering di dagu serta cetakan lipatan sarung bantal yang membentuk garis timbul di pipinya. Harry tersenyum.

"Mirip Ginny." Batin Harry. Tangannya tergerak untuk menyingkap rambut-rambut di sekitar pelipis putrinya itu.

Lily merengek ingin tidur bersama ayahnya semalam. Sepulang dari restoran, Lily sempat asik bermain dengan James dan juga Albus. Harry tak tahu mereka sedang bermain apa, yang Harry lihat hanya ketiganya asik bermain games dimana Lily selalu kalah tiap kali melawan kedua kakaknya. Teriakan frustasi Lily yang terus digoda kakak-kakaknya membuat dirinya kelelahan dan mengantuk. Harry memberikan jam malam hingga pukul sepuluh untuk ketiganya. Harry tidak melupakan pesan Ginny untuk tidak membiarkan ketiga anaknya tidur terlalu malam.

Daripada Harry yang harus tidur di kamar Lily dengan ranjang yang tidak begitu besar, ia memilih mengajak Lily agar mereka tidur di kamar utama. Dengan senang hati, Lily langsung mengambil posisi di sisi tempat ibunya biasa tidur sambil sesekali mendapat usapan nyaman di kepalanya dari sang ayah. Kebiasaan Lily tiap ditemani tidur oleh siapapun.

"Ow.. sshh, masih mau tidur lagi?" Harry tak sengaja menarik selimut yang diapit tangan Lily hingga mengusik tubuh kecilnya. Lily hanya merenggek pelan. "Sorry, sweetheart." Bisik Harry menenangkan.

Sejenak setelah memastikan Lily kembali untuk tidur, Harry coba untuk mencari tahu pukul berapa ia sudah bangun. Diraihnya kacamata bundar di sisi meja, Harry memakainya. Rasa kantuk tak lagi seberat tadi, badan Harry sedikit lebih segar sekarang. Pukul 4.10 am, masih sangat pagi sekali. Ia gerakan tubuhnya ke kanan dan kiri. Semacam peregangan rutin yang selalu Harry lakukan tiap bangun tidur.

Harry menyibak gorden jendela kamarnya untuk mencari tahu keadaan di luar rumah. Sepi dan langit masih tampak gelap. Belum sempat ia menutup kembali kain gorden di jendelanya, dari kejauhan tiba-tiba nampak seekor burung hantu terbang mendekat ke rumahnya. Cepat-cepat Harry membuka lebih lebar gorden serta kaca jendela yang masih tertutup.

"Ada surat?" tanya Harry setelah menerima baik kedatangan burung hantu berwarna abu-abu di kamarnya. Harry memberikan sedikit remahan biskuit Lily dari atas meja rias Ginny yang sempat tak termakan pada si burung hantu itu sebelum kembai pergi.

Harry membuka amplop yang ia tahu berasal dari sebuah perusahaan rekaman sihir terbaik di Inggris. "Ini pasti ada hubungannya dengan Lily," batin Harry sembari mengekor ke arah Lily yang masih terlelap. Apakah kabar baik atau sebaliknya, Harry memutuskan untuk membacanya di luar kamar.

"Di ruang tengah mungkin nyaman." Batin Harry.

Sesampainya di ruang tengah, betapa terkejutnya Harry ketika mendengar suara-suara aneh seperti suara hirupan, mengecap, dan.. terbatuk.

"Al?"

Albus merbalik mencari tahu seseorang yang memanggilnya dari belakangnya. Didapatinya sang ayah sudah berdiri sambil memasang wajah kebingungan. "Dad? Kau sudah bangun? Sorry, Dad. Aku tadi terbangun, ini.. aku sedang berusaha mencari sesuatu yang bisa membuatku kembali mengantuk." Al menunjukkan cup kecil bertuliskan yogurt dengan gambar anggur.

"Kau tak menawari Daddy yogurtmu, Al?" tanya Harry. Ia memilih duduk tepat di depan Al yang kini melanjutkan acara makan yogurtnya. Al berhenti menyuapkan sesendok yogurt ketika Harry mulai membuka surat yang ia bawa dari kamar.

Hey, Kids!Where stories live. Discover now