***
Hari ini pun tiba.
Adiba dan Alby bersiap untuk berangkat ke Korea.
Beberapa staff mengantar mereka menuju bandara. Alby yang mengenakan kemeja digulung sampai siku dan kacamata hitamnya memang terlihat keren.
Tapi, Adiba hanya mampu menundukkan pandangannya. Ia bahkan tidak berani mengeluarkan satu patah kata pun dari mulutnya.
Pesawat pun akhirnya baording. Di perjalanan, Alby sibuk dengan tab yang berisikan presentasinya. Dan, Adiba sibuk membaca catatan-catatan yang diberikan oleh Zumi sebelum ia berangkat.
Benar saja, perjalanan ini akan terasa amat canggung di antara keduanya.
Setelah kurang lebih 7 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di Bandara Incheon, Korea Selatan.
7 jam yang melelahkan. Dan, tanpa perbincangan.
Adiba menghela napasnya. Ia menarik kopernya untuk memesan taksi.
Ternyata, langkahnya kurang cepat.
Alby sudah lebih dulu menghubungi staff yang berada di Korea untuk menjemput mereka.
Staff yang baru saja tiba langsung membantu mereka. Keduanya masuk ke dalam mobil. Dan, bersiap untuk menuju apartment Alby di Seoul.
Selama perjalanan, Alby melihat Adiba tertidur. Kepala perempuan itu bersandar di jendela mobilnya.
Tanpa pikir panjang, ia menggeser posisi duduknya. Dan, menempatkan kepala Adiba untuk bersender di bahunya.
Adiba yang terlelap di tidurnya pun tidak menyadarinya.
Alby mengetik sebuah pesan di ponsel untuk staffnya yang sedang menyetir.
Alby: keliling dulu sebentar, jangan langsung ke apartment.
Sang staff mengangguk pelan. Ia adalah orang terpercaya Alby yang dikirim Alby untuk mengurusi segala keperluan dan bisnisnya di Korea.
Joni, namanya.
Mobil Alby berkeliling menyusuri jalanan Korea pagi itu. Alby menatap gedung-gedung pencakar langit yang begitu tinggi. Ia juga melihat tempat toko fashion-nya yang akan dibuka beberapa pekan lagi.
Setelah sekitar satu jam berkeliling, Joni bertanya pada Alby.
"Pak, ini langsung ke Apartement?"
Alby melirik ke arah Adiba yang masih pulas dalam tidurnya. Posisinya masih sama dari Alby sandarkan kepala perempuan itu pada bahunya.
"Ke Sungai Han, aja, Jon."
Joni mengangguk.
Di sana, di dalam mobilnya, Alby duduk. Memandangi Sungai Han yang tenang. Dan, membiarkan kepala perempuan yang ada di sampingnya terus tertidur tanpa ingin membangunkannya.
Joni, si staff, menunggu di luar. Ia sibuk memainkan ponselnya, tanpa mau menghiraukan apa yang sedang dilakukan bosnya.
Awalnya, ia bingung. Pasalnya, Alby adalah orang yang terencana. Ia selalu memiliki jadwal yang harus dilakukan. Dan, itu selalu tepat.
Biasanya, sesampainya Alby di Korea, ia akan langsung menuju Apartmentnya untuk melepas lelah. Tapi, kali ini, ia meminta untuk berkeliling. Dan, sekarang ia hanya duduk terdiam sambil menunggu Adiba bangun.
Menyadari apa yang tengah Alby lakukan, Joni tersenyum. Ia seolah mengerti dengan keadaan yang sedang ia hadapi.
Dua jam sudah mereka berada di Sungai Han. Tanpa melakukan apapun.
Alby pun tak kuasa lagi menolak tubuhnya yang lelah. Ia menyandarkan kepalanya pada kepala Adiba yang masih bersandar di pundaknya.
Keduanya pun tertidur lelap.
Dalam hitungan jam lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The CEO
General FictionAkhir dari sebuah cerita memang rahasia Semesta. Namun, usaha yang ditempuh tergantung masing-masing manusia. Mereka yang mau bertahan menyembuhkan luka. Atau, mereka yang menyerah begitu saja.