Bersama Bapak

59 3 0
                                    


Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya. Mama dan bapa bercerai. Aku dan idiq dibawa oleh bapak ke jakarta.

Dijakarta, aku dan idiq dititip ke ibu warung yang letaknya tidak jauh dari mes. (Tempat tinggal yang disediakan perusahaan untuk karyawan)

Saat itu, usiaku mungkin belum genap 4 tahun. jadi aku hanya ingat remang-remang. idiqpun masih bayi dan dia masih minum susu formula.

Karena keadaan yang miris, bapak berfikir kalo idiq harus mendapatkan perawatan yang layak, lalu bapak menitipkan idiq ke NYAI (ibu nya bapak) di sukabumi. Dan tinggalah aku sendiri yang bersama bapak di mes.

Beberapa minggu lamanya tinggal bersama bapak, aku suka bermain dengan siapa saja, dan selalu nangis merengek saat bapak pulang kerja ingin ini dan itu. Mungkin bapak lelah, tapi beliau tidak pernah menggubris rasa lelahnya. Demi aku.

Aku yang slalu ingin makan dengan agag iya agag, (Daging ayam) aku memanggilnya begitu saat aku kecil.

Suatu hari, bapak membuat sate di mes tempat tinggal kami, banyak daging dibelakang mes. Kalo dipikir-pikir sepertinya hari itu adalah hari idul adha. Iya.. daging-daging itu adalah daging qurban.

Setelah menonton bapak mayumar daging, kemudian membuat bumbu sate, aku dan bapak langsung makan kemudian bersiap untuk bermain ke dupan.

Mungkin hari itu adalah hari yang bahagia. Iya harusnya aku bahagia. Tapi nyatanya tidak sebahagia dulu saat jalan-jalan bersama bapak, idiq dan mama.

Namun apa daya. Hari itu aku berusaha riang karena bapak yang berusaha membuatku senang setelah beberapa hari ini aku di tinggal di mes sendirian sedangkan bapak bekerja.

Pada hari itu, bapak juga menelpon NYAI untuk memastikan kabar idiq. Tapi hasilnya adalah NYAI menyuruh bapak memulangkan aku ke sukabumi juga karena melihat keterbatasan bapak merawat aku sendiri.

Kemudian, setelah jalan-jalan ke dupan., diantarlah aku ke sukabumi oleh bapak. Dengan berat hati, aku harus berpisah dengan bapak. Walau sebenarnya aku tak apa tinggal sendirian di mes saat bapak kerja, seandainya saat itu aku sudah dewasa, aku akan teriak kepada NYAI dan mengatakan.

"Aku hanya ingin dengan bapak"

Dan hari itu, hari dimana kita makan sate dan jalan-jalan ke dupan bersama ternyata hari terakhir yang aku miliki bersama bapak. Iya memang hari terakhir, karena Setelah hari itu aku pergi kerumah NYAI, sampai aku beranjak dewasa.

Ku peluk bapak erat-erat sambil dalam hati berkata bapak jangan pergi, kemudian air mataku seakan bersujud memohon kepada bapak agar tidak pergi.

Kejadian itu kembali seperti saat dimana aku ditinggal bapak. Namun bedanya, saat ini lebih menyakitkan karena tidak ada mama juga disampingku.

Tidak ada kekuatan bagiku untuk menahan bapak pergi, kulepas kepergian bapak dengan tangisku yang sekencang-kencangnya. Sampai bapak tidak terlihat diambang pintu rumah NYAI.

Ternyata firasatku benar. Setelah kepergian bapak, semua orang berubah, senyum manis yang awalnya menyapaku dengan tenang, kini menjadi amarah, saking cepatnya. seakan semua berubah hanya dengan kata BIMSALABIM ,

KETIKA MATAHARI TERBENAMWhere stories live. Discover now