Bersama Wa nanang

57 2 0
                                    

Dengan berat hati, aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah wa nanang. (Kakaknya mama).

Wa ayum (Istri wa nanang) sangat ramah padaku. Beliau juga sangat menyayangiku, Apalagi disaat aku sakit. Dia rela berjalan jauh menuju rumah sakit menggendongku. Apapun yang aku inginkan selalu dikabulkan. Seperti aku ingin makan sop ayam dan Baju baru, dan yang lainnya.

Namun, setelah satu bulan lamanya. Entah mengapa Sikap wa ayum terhadapku sepertinya berubah. Ada yang mengganjal difikiranku. Mungkin saja wa ayum sedikit merasa keberatan karena keberadaanku yang selalu merepotkan. Karena, selain harus megurus peekerjaan rumah tangga dan mempuNyai anak satu lalu harus berjualan di warung SMP, wa ayum juga harus mengurus aku yang rewel nya kebangetan. Sesekali pasakan wa ayum terlalu kepedasan untuk anak usiaku saat itu. Rasanya yang begitu pedas membuatku bolak-balik kamar mandi. Hingga beliau berkata padaku

Katanya mulai sekarang aku gak boleh buang air besar & kecil dikamar mandi. Dan aku harus melakukan itu semua ditempat tidurku.

Firasatku benar. Ini akan menjadi sejarah paling buruk dalam hidupku. Jauh lebih buruk daripada saat aku tinggal dirumah NYAI.

Yang masih terngiang ditelingaku saat ini adalah adalah

"kalo kamu gak buang air besar ditempat tidurmu sekarang, kamu akan ditinggal dirumah sendirian karena semua orang akan pergi ke acara kenaikan kelas a fauzi" Ujarnya

Aku gak mau ditinggal sendirian dirumah.

sejak saat itu dan seterusnya aku buang air besar & kecil ditempat tidurku. Karena kalau tidak begitu, aku akan kena cubitan diseluruh badanku.

Padahal kalau dipikir-pikir, mungkin aku ini terlalu merepotkannya? Karena itu, aku mulai belajar membantu wa ayum beres-beres rumah, seperti menyapu, mengepel, mengangkat jemuran dan melipatnya hingga masuk kedalam lemari.

Suatu hari, aku kedatangan tamu dari jauh, katanya sih dia mau bantu-bantu diwarung wa nanang. Katanya juga dia masih saudara. Dan ternyata, dia adalah kakaknya teh lala. Panggil saja namanya farida.

Banyak hal yang mengerikan saat itu. Selain aku yang disuruh buang air ditempat tidur, aku juga sering difitnah mengambil uang warung.

Hari itu, pertama aku duduk dibangku sekolah SD Kelas 1.

Di sekolah, aku duduk sebangku dengan lindy dan Rohmah. disebelah kananku adalah lindy, disebelah kiriku adalah Rohmah. Dan dibelakangku ada Risni, yang lumayan jail padaku.

Lindy adalah teman pertamaku setelah yayu. Dia adalah teman yang setiap hari aku samperin ke rumahnya untuk berangkat sekolah bareng. Tapi dia tidak sendiri, dia punya sepupu, namanya megi. Lindy memang baik dan pintar, tapi disaat aku bertanya sesuatu yang tidak aku mengerti, dia selalu memukul kepalaku dengan pensil. Kelakuannya sama dengan risni.

Setiap pagi diperjalanan menuju sekolah. aku, lindy dan megi selalu memetik buah yang pohonnya sangat pendek yang membuat kita mudah untuk memetiknya. Buah itu berwarna hitam. Tapi, karena rasanya yang manis, kita kebiasaan berebut buah itu setiap pagi. saat itu kami belum tahu buah apa itu namanya. Hanya saja, setelah dewasa aku tahu, katanya buah itu namanya buah harenong (Bahasa sunda).

Dan yang duduk di bangku sebelah kiriku adalah Rohmah. Rohmah adalah teman terbaikku, teman yang selalu bisa mengerti aku, dia tahu aku tidak suka membawa uang ke sekolah, saat aku haus, aku selalu diajaknya ke rumah dia, yang letaknya kira-kira lima meter dari gerbang sekolah. Dan karena aku sering kehausan saat disekolah, aku jadi sering main ke rumahnya saat istirahat dan sepulang sekolah.

Aku sangat Merindukan rohmah, dia bagaikan kakak bagiku. Aku masih belum tahu kabarnya sampai dewasa sekarang.

Setiap berangkat sekolah, aku tidak pernah membawa uang sepeserpun. Aku hanya membawa goreng bakwan pagi, yang semua orang pasti tau gimana wujud dan rasanya setelah beberapa jam kemudian.

KETIKA MATAHARI TERBENAMWhere stories live. Discover now