Akhirnya Aku Pulang

38 2 0
                                    

Ku lihat jam ditanganku, waktu sudah menunjukan pukul 17.00, Aku takut, karena ku tau, sebentar lagi matahari akan segera tenggelam.

Ini detik-detik saat matahari akan tenggelam. itu artinya waktu dimana hari dengan keadaan yang setengah gelap.

Bagaimana jika saudaraku belum tiba juga sampai larut malam?

Selain gelisah aku juga sedikit haus, dan aku pergi membeli air mineral ke Alfam*rt.

Didalam toko, ada seorang anak perempuan yang lucu,dia bagaikan jelmaan dari teh Lala dimasa lalu.

Dan,.. sepertinya cerita ini harus segera dilanjutkan

***

Kembali ke masalalu,

Tibalah aku dirumah wa nanang bersama mama, tubuhku memang ada disana, tapi pikiranku lain.

Hati dan pikiran anak bocah yang baru kelas 2 SD itu mengatakan, bahwa ia harus kembali ke rumah ditengah sawah tadi.

Melihat wajah mama yang sepertinya lelah, aku merasa kasihan jika aku harus meminta diantar ke rumah teh lala lagi. Dengan terpaksa, aku masuk kekamar dan tertidur.

Dalam tidurku, aku masih bermain dengan teh lala disawah. Bermimpi kita bersenda gurau disana.

Suasana dirumah itu, masih aku rasakan, hingga aku membawanya kedalam mimpi.

Sebangun tidurku, suara bising jalanan terdengar sangat nyaring ditelingaku. Dan seperti ada tamu di depan rumah, tapi aku tidak terlalu penasaran tentang siapa yang ada diluar, aku hanya fokus untuk mengangkat bajuku dibelakang.

Kulihat jendela,

Warna sore hari yang merah, membuatku sadar waktu sudah sore dan sebentar lagi matahari akan tenggelam.

Sore itu, hatiku bimbang, fikiranku semrawut, serasa aku ingin pulang hanya mengikuti kemanapun kakiku melangkah.

Hatiku sedih, diiringi dengan irama angin yang mulai tertiup sepoi membuat dedaunan diuar ikut melambai dan berkata jangan menangis.

Semua bayang tentang rumah ditengah sawah muncul, tawa teh lala yang masih terngiang, dan langkah teh lala saat dibawah pohon mangga itu kembali terlihat.

"Yasudah ly, kamu udah mau pulang sekarang. Ini manggah nya bawa saja untuk mu"

Suara yang bergetar itu,.. membuatku hanyut dalam kesedihan.

Hatiku bilang, aku harus kembali kesana, aku harus menebus kesalahan. karena aku telah meninggalkan teh lala sendiri disana.

Hari mulai gelap, tangisku pecah disana tanpa seorangpun disampingku. Tak ada yang mau mendengar inginku, tak ada yang peduli dengan kesedihanku.

Dibawah tenggelamnya matahari sore itu, aku hanya bimbang, ragu-ragu, takut dan khawatir seorang diri.

Beberapa kali ku yakinkan diriku,

"Jangan sekarang, nanti juga kamu akan menemuinya lagi"

Ku seka air mataku, melangkah ke kamar mandi mengambil air wudhu lalu berangkat ke pangajian.

Dipengajian, pikiranku melayang.

Selesai Isya, aku pulang dari tempat ngaji,

Masuk kamar, lalu termenung disana sendiri.

Tetap memikirkan, kenapa aku selalu ingin pulang kesana.

"Cijoho"

Iya kata itu. Aku ingat

Pada saat aku bertemu kakak tertua mamaku tempo lalu dirumah emak, beliau pernah bilang. Katanya,

"Mamamu bukan yang ini dan yang itu, mamamu yang sesungguhnya itu yang ada di Cijoho"

Iya. Aku masih ingat kata-kata itu.

Bagaimana beliau bisa bicara seserius itu kepada bocah kecil jika bukan itu kebenarannya.

Malam itu, aku bulat meyakinkan diri, bahwa Aku harus kembali ke rumah teh lala.

Hari itu aku tau harus kemana aku pulang sesungguhnya.

Hingga tiba pada suatu pagi yang telah ditakdirkan.

Aku menangis sekencang-kencangnya didepan wa nanang agar aku bisa diantarkan ke rumah teh lala

Iya Rumah "Cijoho".

Wa nanang pun segera menjemput mama, dan mamaku dengan amarahnya yang menggebu terpaksa harus mengantarkan aku kembali ke rumah teh lala dengan tas besar yang berisi semua barang dan baju-bajuku.

***

KETIKA MATAHARI TERBENAMWhere stories live. Discover now