한결 . selesai

1.2K 237 35
                                    

untuk Kak Seungyoun.
dari Hangyul.

Saat Kak Seungyoun membacanya, berarti aku tidak disini. Karena aku tidak akan memberitahumu dimana letak surat ini kalau aku masih disisimu.

Seungyoun... boleh kupanggil begitu? Melelelahkan memanggilmu dengan embel-embel, rasanya tidak pas. Memanggilmu Seungyoun saja rasanya lebih nyaman.

Pertama kali aku bertemu denganmu adalah seorang Cho Seungyoun sang pianis pemenang kompetisi piano. Dohyon adalah adikku, dia sangat kecewa saat menjadi juara kedua. Dia terlihat menyedihkan saat itu, tapi aku melihatmu hancur diatas panggung.

Apa yang ada dipikiranmu? Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak terlihat senang? Aku ingin bertanya banyak hal.

Kau tidak menyenangi piano lagi kata mereka. Itu adalah akhir karirmu, tapi bolehkan aku bersyukur itu menjadi awal pertemuan kita?

Aku masuk ke sekolah yang sama denganmu, bertemu denganmu. Banyak orang yang mengatakan aku menyebalkan. Begitu pula denganmu, tapi nyatanya masih mengajariku angka-angka bodoh yang tidak kumengerti sama sekali. Kau tidak terlihat ingin pulang.

Apa rumahmu tidak disana?

Boleh aku menjadi rumahmu? Aku menampar diriku sendiri saat itu kemudian kau terkejut dan segera berlari ke uks mencari kompres dingin.

Setiap pulang sekolah, sore pukul tiga kita saling menunggu di atap sekolah. Aku menyukainya, ketika kau kebingungan karena pelajaran yang kau lupakan dalam materiku. Aku tidak menyukainya, ketika ada rasa yang muncul tiap detiknya.

Seungyoun, aku menyukaimu. Menulisnya terasa menggelikan, maka aku diam saja.

Baru kusadari beberapa waktu kau mencoba untuk jatuh. Aku sempat merasa takut tak karuan. Tapi kau menggagalkannya sendiri. Aku menyadari sesuatu.

Seungyoun, kau menunggu seseorang. Siapa? Apa kau sudah menemukannya? Atau belum?

Bolehkah aku menjadi orangnya?

Aku sering menahanmu mengajariku lebih lama, meminta pulang bersama. Aku begitu egois dan kau tidak pernah mempermasalahkannya.

Beberapa bulan kemudian, aku merasakan sakit hebat. Pusing di kepala sering kualami dan pernah satu hari rasanya begitu menyakitkan; sebuah keberuntungan malam itu aku tidak mati kecelakaan. Rasa sakit dan takutnya membaur jadi satu dan yang kuingat saat itu adalah aku merapalkan namamu. Gila. Hangyul itu gila.

Aku tidak masuk beberapa hari setelah itu karena berada di rumah nenek di pinggir kota. Dua kali beruntung, deru mobilmu sampai membangunkanku dan mengumpat. Tapi bintangnya begitu indah ya... Aku tidak yakin bisa melihatnya lagi setelah ini. Apabila aku tidak bisa melihat bintang, aku ingin selalu melihatmu, Seungyoun.

Oh iya. Apa aku pernah bilang aku juga menyukai sepakbola? Kudengar kau sekolah sepakbola di Brazil, mungkin suatu saat nanti kita bisa duel kalau aku sudah sembuh. Aku juga ingin lihat bagaimana bentuk negara yang kau agung-agungkan karena menoreh banyak memori manis buatmu.

Dari sanalah senbazuru itu muncul. Tiap kertas berwarna yang kutuliskan namamu dan menggantungnya di langit-langit kamarku. Aku memantapkan hati, aku ingin selalu bersama Seungyoun kalau bisa.

Lantas aku berpikir. Apa yang akan membuatmu tinggal? Apakah itu sesuatu yang kau cintai? Brazil? Piano? Sepakbola? Matematika? Atau sesuatu yang lain?

Aku tidak bisa menemukan jawabannya. Karena kau meninggalkan piano yang awalnya jadi sesuatu yang kau cintai. Aku berhenti disana.

Dohyon mengikuti kompetisi lagi dan keluar sebagai pemenang. Wajahnya begitu senang diatas panggung, dan aku berpikir apa aku bisa mengembalikan senyumanmu dengan hal yang pernah kau cintai?

10 reasons why | seungyul [✅]Where stories live. Discover now